☘ - Twenty Two

17.2K 730 28
                                    


"Aku tidak tahu harus berkata apa lagi. Tapi yang pasti ini sangat menyenangkan."
-Rena Oktaviani

~×~

      Varo memerhatikan sekitar tempat itu. Sepi. Tak ada orang sama sekali. Padahal di samping gang di mana saat ini Varo berpijak terdapat club. Biasanya club itu setiap hari selalu ramai oleh pengunjung, tapi tidak tahu kenapa sekarang club itu lebih terlihat seperti bangunan tua tanpa penghuni. Bahkan bagian depan club itu terdapat lapisan besi berbentuk jeruji. Apakah club itu ditutup?

      Ah entahlah Varo tidak ingin memusingkan club itu. Sekarang kembali ke awal, dimana sekarang tujuan Varo saat ini adalah masuk ke dalam gang itu. Setelah menimbang-nimbang untuk masuk sambil berdiri di depan gang, akhirnya dengan pelan-pelan Varo melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam gang. Meski terlihat santai, mata hijau nan tajam Varo tidak berhenti untuk terus melirik ke sana ke mari, mengawas sekitar gang itu karena siapa tahu saja ada pergerakan tiba-tiba yang tidak Varo ketahui.

      Saat ini Varo memang sendirian di sini, karena tadi Varo telah menyuruh Aldi dan Thala untuk menunggunya di depan ruko  samping club. Namun sudah berpesan pada kedua sahabatnya agar terus mengawasi ponsel mereka. Karena Varo akan segera memanggil mereka ketika dia sudah bertatap muka dengan Dion.

       Masih dengan langkah yang santai tidak hentinya Varo untuk tetap terus waspada. Keadaan sekitar gang sangat sunyi dan gelap. Hanya ada satu penerang yang berasal dari satu lampu di atasnya. Itupun tidak menerangi keseluruhan gang tersebut. Dan bisa Varo lihat dari jarak sekitar tiga meter, ada sebuah bayangan manusia yang sedang berdiri di hadapannya. Varo yakin kalau itu mungkin salah satu di antara mereka.

      Masih mempertahankan ekspresi datarnya, Varo berdehem.

      "Woy, gue udah dateng. Sekarang lo muncul." Varo berkata tegas dengan sebelah tangan tenggelam di saku celana jeans yang dipakainya.

      Setelah itu Varo mendengar suara langkah kaki yang menghampirinya. Seketika saja mata Varo memicing. Dan dari kegelapan yang pekat di hadapannya, muncul lah beberapa orang yang memakai pakaian serba hitam dengan sebuah tudung jaket yang menutupi kepala mereka.

      Varo mendengus. Ternyata benar yang dikatakan kedua sahabatnya. Dion tidak hanya membawa kedua temannya saja tapi dia juga membawa kawanannya. Lalu apakah yang akan terjadi setelah ini? Apakah Varo akan dikeroyok oleh mereka? Varo terkekeh dalam hati, dia tidak menyangka jika Dion bisa sepengecut ini.

      "Jadi, lo bawa kawanan?" tanya Varo tersenyum miring sambil memandang Dion yang berdiri paling depan seperti pemimpin—oh atau memang Dion lah pemimpin mereka.

      "Ya, mereka emang kawanan gue," jawab Dion seraya membuka tudung jaketnya yang menampilkan jambul di bagian depan rambutnya.

      Varo mendengus geli seraya memalingkan wajah ke arah lain. "Nggak nyangka gue. Ternyata lo ngajak gue ke sini buat nunjukin rasa pengecut lo? Begitu?" Varo memandang remeh Dion yang kini menunjukan ekspresi bingung di wajahnya. "Dion-Dion, ternyata selain lo itu pecundang, lo juga pengecut."

      "Jaga omongan lo, Varo," kata Dion memperingati sambil menunjuk Varo dengan jari telunjuknya. "Gue nggak pengecut. Dan juga gue ngajakin lo ke sini itu bukan buat nunjukin rasa pengecut gue. Tapi gue ngajak lo ke sini itu untuk memberi peringatan ke lo."

Ketua OSIS Vs Bullying Girl [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang