☘ - Sixteen

16.3K 710 25
                                    


       Hari ini Rena datang pagi namun menjelang siang. Jam sudah menunjukan pukul 06.30 yang artinya bel masuk jam pertama sudah berbunyi. Langkah Rena yang begitu pelan terlihat jika dirinya sama sekali tidak peduli kalau dia telat dan akan terkena hukuman. Tapi bukan itu penyebab langkah Rena begitu pelan. Pelan dalam artian kalau Rena saat ini lebih mirip seperti mayat hidup berjalan.

      Bagaimana tidak? Rena saat ini berjalan dengan langkah yang sempoyongan. Seperti orang yang belum makan selama sehari. Kantung matanya terlihat begitu jelas dengan wajah yang memerah. Sesekali Rena mengeluarkan suara cegukan dari mulutnya.

      Itu semua karena kejadian semalam. Ketika Dion sudah mengantar Rena pulang ke apartemennya, ternyata cowok itu mengajak Rena untuk minum bersama di dalam apartemen Rena. Dan karena Rena juga termasuk penyuka minuman keras, tentu saja dengan senang hati Rena menyetujui. Alhasil, sepasang remaja itu pun berpesta berdua di dalam apartemen Rena dengan banyaknya botol-botol berisi wine yang mereka tenggak hingga tak tersisa. Lalu ketika paginya Rena terbangun dan menemukan dirinya sudah berada di dalam kamarnya. Dan sampai saat ini pun efek alkohol dari minuman tersebut masih ada di tubuh Rena. Makanya cewek itu berjalan sempoyongan karena mabuk yang masih menguasai tubuhnya.

      "Eh, so-sori," kata Rena meminta maaf ketika dirinya tidak sengaja menabrak seseorang. Alkohol membuat mata Rena jadi menyipit makanya cewek itu tidak terlalu jelas melihat apa yang ada di depannya.

      "Ck, udah telat bikin masalah lagi. Dasar pembuat masalah," dengus cowok yang tadi ditabrak Rena itu.

      Rena yang masih mampu mendengar walaupun samar-samar, seketika langsung membalikkan tubuhnya.

      "Apa? Lo bilang apa?" tanya Rena masih dengan matanya yang menyipit.

      "Pembuat masalah. Masih kurang jelas lagi? Oke ...." Cowok itu menjeda. "Lo, cewek pembuat masalah," lanjutnya dengan suara yang ditinggikan.

      Karena kesal dirinya dibilang seperti itu, Rena pun maju, bersiap untuk menghajar cowok itu. Namun ketika sudah dekat Rena kehilangan keseimbangan tubuhnya. Pandangannya menggelap, kemudian Rena jatuh tidak sadarkan diri tepat berada di pelukan cowok itu yang tadinya sedang memegangi beberapa kertas. Alhasil, kertas-kertas yang dipegang oleh cowok itu pun berserakan ke mana-mana, tergantikan dengan sosok cewek berparas cantik yang berada di pelukannya saat ini.

      "Lah, nih cewek kenapa? Kok malah pingsan? Woy, bangun lo!" Cowok itu, Varo, menepuk-nepuk pipi Rena. Namun tidak ada respon dari cewek itu.

      Varo yang bingung, celingukan kesana- kemari. Berharap ada orang yang bisa dimintai tolong. Namun nihil. Koridor yang saat ini Varo pijaki tidak ada orang sama sekali. Akhirnya karena tidak ada pilihan lain, Varo menggendong tubuh Rena dan membawanya ke UKS.

      Baru saja Varo akan sampai di UKS, seseorang yang muncul dari balik tembok mengundang perhatian Varo.

      "Rafa!" panggil Varo ketika Rafa baru saja ingin menuju ke arah ruang guru.

       Dari jauh Rafa menoleh, saat dilihatnya ternyata Varo yang memanggilnya, cowok itu segera mendekat ke Varo.

      "Ada apa, kak? Loh, ini kak Rena kenapa?" tanya Rafa begitu melihat Rena yang tidak sadarkan diri di gendongan Varo.

      "Udah jangan banyak tanya dulu. Bantu saya, Raf. Tolong ambil kertas-kertas yang berserakan di depan ruang pak Yanto. Setelah itu bawa ke ruang OSIS. Soalnya saya harus bawa cewek ini ke UKS. Dia pingsan," kata Varo.

      "Oh, oke, kak. Jangan khawatir, kak. Saya akan ambil kertas-kertas itu. Sekarang kak Varo segera bawa kak Rena ke UKS aja. Takut terjadi apa-apa sama kak Rena."

Ketua OSIS Vs Bullying Girl [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang