☘ - Fourteen

17.6K 748 11
                                    


      Suasana kelas X AK 1 pagi itu begitu ramai. Bel masuk jam pertama sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu, namun guru yang mengajar pelajaran pertama di kelas itu tidak datang karena izin sedang sakit. Jadi kesempatan itu pun tidak disia-siakan oleh para murid X AK 1.

      Teriakan dari sisi ke sisi membuat kelas itu menjadi gaduh. Kumpulan cowok-cowok berteriak karena sedang menonton suatu pertandingan sepak bola melalui laptop yang dibawa dari salah satu temannya. Sedangkan kumpulan cewek-cewek berteriak karena mereka yang memang rempong jika sudah bergosip mengenai cogan-cogan di SMK Cakrawala.

      Tapi tidak dengan kedua remaja yang saling duduk bersisian tengah membaca sebuah buku di tangan masing-masing. Dina dan Dimas terlihat begitu tenang dengan dunia mereka, sampai pada akhirnya Dina yang memang tidak terlalu suka keramaian, merasa kesal karena kumpulan cewek yang berada tepat di sebelah kanannya sibuk berteriak histeris dan tertawa bersama hanya karena cogan-cogan kaka kelas yang mereka sukai.

      Dia lalu menutup novelnya dan menutup kedua telinganya dengan tangan. Sebenarnya Dina ingin sekali menegur cewek-cewek itu. Namun entah kenapa Dina tidak berani melakukannya. Selain karena dirinya yang masih berstatus sebagai anak baru, dia juga takut kalau cewek-cewek itu nantinya akan menggertaknya balik.

      Dina lalu menoleh ke kiri, di mana Dimas masih asyik membaca buku fisiologi yang di pinjamnya di perpus dengan sebuah earphone yang menyumpal di kedua telinga cowok itu.

      "Dimas?" panggil Dina namun si pemilik nama tidak menoleh ataupun menyahut.

      "Dimas?!" kali ini suaranya agak ditinggikan namun tetap saja cowok itu tidak bereaksi.

      Kesal karena merasa dicueki, Dina lalu melepas salah satu kepala earphone yang dipakai Dimas, lantas dengan sekuat tenaganya Dina berteriak tepat di lubang telinga Dimas.

      "Astaga! Dina!" kaget Dimas seraya langsung menoleh ke arah Dina dan mengusap-usapa telinganya yang terasa berdengung akibat suara Dina yang begitu cempreng. Sedangkan Dina hanya tertawa melihatnya.

      "Lagian sih, dipanggil-panggil dari tadi nggak nyaut-nyaut."

      Dimas berdecak. "Bikin kaget aja lo! Untung gue nggak punya penyakit jantung, kalo punya bisa-bisa mati di tempat gue," kesal Dimas.

      "Yaelah, lebay banget kamu," ejek Dina seraya tertawa.

      "Bodo amat, Din." Dimas mendengus kesal. "Lagian ngapain lo manggil gue?"

      "Di sini berisik banget, aku nggak konsen baca novelnya. Kita keluar aja, yuk?" ajak Dina.

      "Keluar ke mana? Males ah. Lagian namanya juga kelas nggak ada guru, ya wajar aja kalo berisik," jawab Dimas seraya bersiap untuk kembali membaca bukunya. Namun belum sempat membuka lembaran yang tadi dibacanya, Dina sudah kembali menutup buku itu.

      "Ah, ayolah Dimas, aku nggak suka berisik. Keluar aja, yuk? Ke taman belakang kek, atau ke kantin kek gitu. Ayo, Dim," rengek Dina seperti anak kecil yang minta dibelikan permen seraya menggoyang-goyangkan lengan Dimas.

      "Ck, males Dina. Gue mager keluar. Kalo mau lo aja gih. Gue tunggu di sini,"

      "Nggak mau sendirian, maunya sama Dimas. Please ...." Dina sengaja mendekat dan mengedip-ngedipkan kedua matanya dengan lucu berharap Dimas akan menerima permintaannya.

      "Tapi, Din—" Belum sempat Dimas menyangkal Dina kembali, pandangannya teralihkan dengan berdirinya seorang cowok dan seorang cewek di depan kelas mereka dengan menggunakan jaket almater OSIS.

Ketua OSIS Vs Bullying Girl [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang