Sehingga niat tersebut tidak pernah terwujud hingga saat ini, sebelum masuk ke dalam mobil Abak menatap Aery untuk beberapa saat lalu menolehkan pandangannya ke arah lain.

Aery hanya tersenyum meledek, ia mengusap air mata yang ternyata sudah berjatuhan membasahi pipi mulusnya. Lalu masuk ke dalam rumah yang di susul oleh Alwan di belakang, saat ini ia tidak ingin peduli akan Abak lagi terserah jika wanita itulah yang di pilihnya.

Di sofa terlihat Ama yang sedang duduk sambil menatap layar ponsel, itu berarti Ama tahu jika Abak datang membawa wanita lain dan apakah berdiam diri sambil memainkan ponsel adalah tanggapan dari Ama? Oh Aery benar-benar bingung melihat tingkah orangtuanya yang bahkan tidak peduli akan perasaan satu sama lain.

"Jangan bilang kalau Ama juga punya selingkuhan, makanya reaksi Ama gak peduli kalau Abak datang bawa wanita lain," ucap Aery sembarangan.

Alwan yang sedang berjalan ke luar karena tidak ingin mencampuri urusan rumah tangga orang lain menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan Ama dengan nada tinggi, "Jangan pernah campuri urusan orangtua! Kamu itu gak tau apa-apa jadi diam dan urus urusan kamu sendiri. "

Alwan hanya menoleh ke arah pintu yang separuh terbuka, ia tidak bisa melihat ke dalam karena gelap. Lalu dengan langkah panjang berjalan ke motornya yang terparkir selurus dengan pintu rumah.

Urat leher Ama menegang seiring dengan ucapannya yang kasar dan keras sehingga Aery tertegun mendengarnya. Ama berjalan ke arah Aery menusuk gadis itu dengan tatapan mematikan, dengan sangat jelas Aery bisa melihat kemarahan yang memancar dari mata ibunya. Padahal ia hanya mengatakan kalimat itu dan reaksi Ama begitu besar berbeda dengan responnya ketika melihat Abak dengan orang luar.

Sungguh aneh, sebenarnya apa yang terjadi? Apa yang sedang mereka rencanakan? Semua pertanyaan bergelimpangan memenuhi saraf otaknya yang mulai menegang. Ama pergi meninggalkan Aery sendiri di rumah bahkan bi Supiak dan pak Buyuang tidak berani menampakkan diri.

Alwan membungkus kepalanya dengan helm, melindungi rongga otak jika suatu saat terjadi hal yang tidak diinginkan. Ama memandang Alwan saat berselisih ketika hendak menuju mobil, ia berharap pria itu dapat menenangkan Aery sekaligus menjadi penyemangat karena pada dasarnya Aery tidak tahu kebenaran yang tengah di sembunyikan. Seandainya Aery tahu yang sebenarnya maka ia akan lebih terpukul daripada ini, tentu saja Ama tidak ingin hal itu sampai terjadi.

Bersamaan dengan hilangnya mobil Ama saat membaur ke jalan raya saat itu juga terdengar suara teriakan di sertai dengan nyaringnya suara sesuatu yang pecah. Alwan yang hampir menarik gas motornya khawatir dan memilih untuk masuk kembali ke dalam rumah.

Alwan berlari secepat mungkin menuju pintu dengan keadaan masih memakai helm, ia membanting pintu dan mencari keberadaan gadis itu. Alwan berhenti ketika hampir saja menginjak pecahan pot keramik hias, ia berjalan berhati-hati agar tidak terkena serpihan pot yang bertaburan di lantai.

Meski tapak sepatunya lumayan tebal namun kemungkinan itu selalu ada, bagaimana jika pecahan itu menembus sepatunya?Aery mengamuk sambil berteriak, melampiaskan rasa sakit hati yang sudah menumpuk. Baru kali ini Alwan melihat Aery marah begitu parah dan mengerikan.

Semua perabotan yang dapat di bantingnya maka akan di banting ke segala arah, banyak barang-barang mahal yang di hancurkan dan berujung sebagai pecahan-pecahan kecil memenuhi lantai rumah. Setelah lelah menghancurkan semuanya, Aery duduk bersimpuh sambil menangis sekuat mungkin sesekali ia memukul lantai yang tidak salah sedikitpun.

Alwan mendekati Aery, tak sengaja pria itu menginjak pecahan walau sudah seteliti mungkin di tatapnya lantai sebelum melangkah sehingga menimbulkan bunyi krek. Aery menoleh ketika mendengar suara itu dan matanya menangkap sosok Alwan yang tengah berjalan ke arahnya.

Merasa bisa untuk menenangkan Aery, Alwan mengangkat bahu gadis yang tampak seperti orang gila. Dengan sebuah pelukan mungkin bisa meringankan bebannya, pikir Alwan.

Baru melebarkan tangan ke samping, Alwan lebih dulu mendapat dorongan kuat dari Aery sehingga ia terhuyung ke belakang, beruntung tidak sampai jatuh ke lantai.

"Pergi!" ucap Aery terbata-bata akibat menangis tersendu-sendu.

"Tapi--" mendekati gadis itu.

"Gue bilang PERGI!" sambung Aery berteriak sehingga wajanya berubah menjadi merah menyala.

Manik mata Alwan membulat besar mendengar kalimat itu, iapun segera pergi dari sana dengan adanya garis kerutan di keningnya.

"Lo terlalu cepat ngeluh, gimana kalau nanti lo harus ngadapin masalah yang lebih besar? Masalah itu pasti akan datang, pasti." Kata Alwan dalam hati.

***

Sampai jumpa di next part readers.

IMPOSSIBLE [Completed]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora