37

121 3 0
                                    

"Terima kasih sudah memutuskan kembali padaku"


Calvin mengerjapkan matanya perlahan, seakan tidak memercayai siapa yang kini berada di depannya.

Gadis cantik itu masih sama terlihat seperti bertahun tahun lalu sebelum mereka berpisah, tapi apa mungkin penglihatannya tidak salah?

Gadis itu duduk di sofa yang menyamping darinya, kaki kirinya ditumpangkan di atas kaki kanannya sementara si gadis sibuk dengan majalah yang dipegangnya, tampak tidak terusik dengan kehadiran Calvin. Tubuhnya semakin tinggi, meski Calvin rasa masih di bawah tingginya, badannya pun semakin berisi dengan rambut yang lurus sebahu. Gadis itu memakai gaun santai berwarna hijau daun hingga mencapai lutunya, berlengan pendek dengan belahan v di lehernya yang jenjang, di tambah dengan flatshoes berwarna hijau tua bergaris-garis putih yang dikenakannya. Penampilan itu masih tampak sesederhana dulu.

"Angel?" Sapa Calvin pelan, takut bayangan itu menghilang ketika ia bersuara.

Gadis yang tengah sibuk dengan majalah itu menoleh menatap lelaki tampan yang tadi memanggilnya. Senyum kembali merekah di bibirnya yang merah muda. Gadis itu berdiri dan merentangkan kedua tangan, seakan tersadar, Calvin segera memeluk gadisnya itu.

"Apa kabar?" Tanya Angel setelah beberapa saat melepas rindu. Mereka sudah duduk berdampingan di sofa empuk yang berada di ruang kerja Calvin.

Calvin yang masih tak percaya, menatap gadis itu penuh rindu. "Aku merindukanmu. Sungguh."

Mendengar ungkapan serius lelaki itu, Angel malah terkekeh pelan. "Aku bertanya 'apa kabar' dan kau menjawab apa? Kau memang tidak berubah, Cal."

Seulas senyum merekah di wajah Calvin ketika memandang wajah itu. Ia menggenggam erat kedua jemari lentik itu seakan tidak ingin melepaskan genggamannya lagi.

"Kenapa kau ada di sini?" Tanya Calvin penasaran. "Bagaimana kuliahmu?"

"Aku sudah lulus." Ucap Angel senang. "Kuharap kau datang di wisudaku bulan depan."

Mata Calvin terbuka lebar mendengarnya. "Benarkah? Selamat kalau begitu."

"Kudengar kau tidak ingin bertemu denganku?" Tanya Angel akhirnya sembari tersenyum. Gadis itu bisa meliahat sang lelaki menautkan kedua alisnya, ia pun menambahkan. "Adelline mengatakan kamu tidak ingin diganggu, tetapi aku begitu merindukanmu sehingga aku memaksanya untuk membiarkanku menunggumu di sini."

Calvin terperangah mendengar penuturan gadis itu. Bukan. Bukan pertanyaan itu, tetapi...

"Kau merindukanku?" Lirih Calvin tersenyum senang.

"Tentu saja." Jawab Angel senang. "Aku merindukan Calvinku, yang sedari dulu suka memberiku bunga Lily di taman kota."

"Kau ingat?" Tanya Calvin semakin sumringah. "Apa saja yang kau ingat."

"Semuanya."

--

"Hai, Angel." Sapa Natalie, teman barunya di kampus itu yang berasal dari Indonesia, berbeda kota dengannya, Natalie berasal dari Jakarta. "Kau sudah mengerjakan tugas dari Mr. Darwin?"

Angel menggeleng pelan. "Bukankah tugas itu masih dikumpulkan minggu depan?"

"Ya."  Ucap Natalie sembari memasukkan buku-buku ke dalam tas ranselnya. Kelas pagi ini baru berakhir 10 menit yang lalu, tetapi mereka masih duduk di sana untuk mencatat apa yang tertera di papan tulis. "Tapi tugas itu sangat sulit, aku ingin meminta bantuanmu untuk mengerjakannya. Kau kan sangat cerdas."

Angel melingkarkan ranselnya di kedua bahunya sebelum terkekeh pelan. "Kau sungguh berlebhan." Jawab Angel di sela kekehannya. "Aku tidak masalah. Datang saja ke apartemenku jika kau mau. Aku pasti akan membantumu."

Be My AngelWhere stories live. Discover now