28

142 5 0
                                    


"Cintaku begitu tulus, meski caraku memperlihatkannya begitu salah."

-Jimmy Alvert-

Happy Reading.

--

Kepergian Jimmy dan kenyataan bahwa dialah pembunuh itu membuat Cristine frustasi. Ia tak sanggup menerima hinaan orang-orang termasuk keluarga jauhnya karena kehamilannya, berhubung ia anak tunggal dan kedua orang tuanya sudah meninggal. Karena itu, sebelum rahasia kehamilannya terbongkar, ia memutuskan untuk tinggal di luar negeri.

Ia pergi ke New York dengan alasan dipindahtugaskan. Tetapi, karena ia depresi, membuat bayi yang dikandungnya keguguran di usia baru tiga bulan. Tentu Cristine begitu sedih. Tapi itu tak berlangsung lama. Karena obsesi menjadi nyonya Alvert membuatnya kembali bergairah. Tak ada kakak, adik pun jadi.

Cristine memutuskan kembali ke tempat asalnya setelah beberapa tahun menenangkan diri di sana. Mulai mendekati Calvin dengan kedok mantan calon kakak ipar, karena memang lelaki itu sulit didekati.

Tetapi ternyata, obsesinya untuk memiliki lelaki itu kian memuncak. Bahkan ia mempengaruhi Milly untuk membenci keluarga Harvey dengan cerita karangannya. Ia mengubah alur cerita, mengatakan bahwa Angel-lah yang menggoda Jimmy hingga lelaki itu berpaling darinya.

--

Angel tergugu di kantor polisi. Sedari tadi lelaki berpakaian polisi itu menanyakannya ini itu. Padahal ia sudah menceritakan semuanya, tetapi mereka mencap dirinya bersalah.

Ia hanya membela diri. Apa itu salah?

Tak lama keluarganya datang. Angel tahu kemarahan dan kekecewaan itu begitu tercetak jelas di kedua bola mata mereka. Apalagi ketika Emily memeluknya erat tanpa bisa ia balas karena kedua tangannya yang diborgol.

"Kalau begitu, saudara Angelica Harvey harus menjalani persidangan kasus ini. Dimohon mempersiapkan pengacara." Ucap polisi itu.

Dua orang polisi menuntun Angel masuk ke dalam sel yang begitu dingin. Angel hanya bisa pasrah. Hari-harinya hanya diisi dengan isak tangis dan penyesalan yang tak kunjung berhenti.

--

"Jadi kamu menusuk pria itu ketika dia mabuk hendak memperkosamu dan memukul kepala korban dengan lampu nakas yang ada di meja?" Tanya polisi yang sama seperti kemarin yang menginterogasinya.

Angel mengerutkan kening sejenak sebelum menjawab yakin. "Saya tidak pernah memukulnya dengan lampu tidur di nakas."

Lelaki berseragam itu berdecak sebal. "Kamu jangan mengelak! Jelas-jelas dia meninggal karena hantaman benda keras di kepalanya."

Angel menggeleng cepat. "Saya bersumpah, Pak." Sanggah Angel cepat. "Saya akui, saya ketakutan dan tanpa sengaja menusuk pisau itu, tapi tidak untuk lampu nakas."

"Mana ada penjahat yang mau mengaku?" Tanya lelaki berseragam itu retorik. "Sebaiknya kamu berkata jujur agar hukumanmu lebih ringan."

"Tapi..."

"Untuk hari ini lebih baik cukup. Karena kamu butuh menjernihkan pikiranmu."

--

Hehee.. sorry pendek untuk part ini ya, rek!!

Lagi gak ada inspirasi

Semoga suka, thank you

Jangan lupa vote, kritik dan saran kalian yang membangun😊😊

Surabaya, 21 Februari 2018

Be My AngelWhere stories live. Discover now