17

131 5 0
                                    


Haii haii, aku mau coba menulis dari sisi Cassy yaa..😆😆

Semoga suka, jangan lupa vomentnya..!

Happy reading.

Cassy POV

Namaku Cassandra Harvey. Hanya seorang anak malang yang beruntung bisa mendapat keluarga baru berkat sahabatku, Angel.

Ayahku pergi meninggalkanku dan ibuku sejak aku masih bayi. Sejak itu, ibuku lah orang tua tunggalku. Ia bekerja keras mencari nafkah untukku.

Awal masuk sekolah dasar, aku termasuk gadis pendiam. Tak ada yang mau menemaniku. Aku tahu. Aku miskin. Jadi tak ada yang ingin berteman denganku. Status sosialku sangat di bawah mereka.

Tapi tidak dengan Angelica Harvey. Dia gadis yang ceria. Aku begitu iri dengannya. Segala kesempurnaan berada padanya. Dia begitu cantik, pintar, mudah bergaul, kaya raya, dan semua orang menyayanginya. Meski begitu, ialah satu-satunya orang yang mau berteman denganku. Ia tak malu mengakui bahwa ia temanku. Sejak itu, kami bersahabat baik.

Hingga ketika aku masuk SMP, ibuku sakit-sakitan. Beliau meninggalkanku di usiaku yang baru 12 tahun. Aku begitu terpuruk ketika itu. Sungguh. Begitu kecilnya hingga aku tak tahu apa yang harus kulakukan setelah kepergian ibuku.

Untungnya, Angel tetap bersamaku. Aku diangkat menjadi adiknya, karena usia Angel lebih tua dua bulan dariku. Aku begitu senang. Keluarga Angel adalah keluarga idamanku. Mereka begitu harmonis dan penuh kehangatan. Semua terasa lengkap.

Hingga ketika aku SMA, aku jatuh cinta pada seorang laki-laki. Ia kakak kelas kami di sekolah. Aku mencintainya diam-diam. Aku mengenalnya karena ia teman dekat Angel, dan kami menjadi semakin dekat.

Ketika itu, aku terlalu malu mengatakan kepada siapapun bahwa aku telah jatuh cinta untuk pertama kalinya. Hingga aku mendengar perjodohan itu. Bisnis keluarga Alvert dan Harvey yang saling bekerjasama membuat adanya perjodohan.

Tapi bukan itu masalahnya. Dia, Calvin Alvert, laki-laki yang sudah membuatku jungkir-baliklah yang dijodohkan dengan Angel. Aku tahu, aku egois. Tapi aku begitu menginginkan laki-laki itu ada di sisiku. Menjadi milikku.

Maka, ketika Jimmy bercerita padaku bahwa ia juga mencintai saudaraku itu, aku memutuskan untuk mendekatkan mereka berdua. Aku mencoba egois. Jika Jimmy bisa memiliki Angel, maka aku bisa mendapatkan Calvin seutuhnya.

Rasanya dunia tidak adil sekali. Angel, saudaraku itu memiliki segalanya. Apa yang ia inginkan selalu didapatkannya. Meski papa dan mama Harvey selalu baik padaku, tetapi aku selalu merasakan jarak dari keduanya. Aku tahu, aku bukan putri kandung mereka.

Egoiskah aku jika aku hanya ingin memiliki laki-laki yang begitu aku cintai?

Malam itu, Angel menceritakan kedekatannya dengan Calvin. Mereka berjanji akan bertemu keesokan harinya. Tentu aku senang melihatnya bahagia, tetapi jauh di dalam hatiku, aku terluka.

Aku ingin egois. Aku segera mendatangi Jimmy dan menceritakan semuanya. Lelaki itu kalap. Ia mabuk. Ia menghabiskan lebih dari tiga botol vodka di hotel ia menginap.

Aku pulang tanpa memiliki firasat apapun. Aku hanya membantu Jimmy untuk  menyatakan perasaannya pada Angel. Tapi laki-laki itu malah minum dan itu membuatku tak nyaman. Aku neninggalkannya yang mabuk sendirian di hotel.

Paginya, Angel berangkat begitu cerah. Aku menatapnya sinis ketika ia melewati meja makan. Mungkin benar, Calvin bukan jodohku, aku hanya mencoba merelakan itu semua daripada menghancurkan hubungan kami.

Ohh baiklahh, mungkin aku bisa menemukan laki-laki yang mencintaiku dan aku cintai nantinya.

Tapi, semua tak seperti perkiraanku. Calvin mendatangi rumah dan menanyakan padaku dimana Angel. Aku sempat kesal, tetapi juga bingung, karena kupikir mereka sedang bersenang-senang berdua. Aku mengeratkan peganganku di kenop pintu untuk menahan rasa kecewaku saat ia menanyakan Angel.

Sore harinya, dua orang polisi mendatangi rumah kami. Mengabarkan bahwa Angel telah membunuh Jimmy Alvert. Aku awalnya tidak percaya. Tapi begitu melihat ekspresi Angel yang ketakutan ketika di kantor polisi, entah mengapa, aku percaya. Aku tahu aku tak tahu terima kasih padanya. Tapi, entahlah, aku tak ingin munafik. Sebagian diriku mempercayainya, tetapi sebagian lagi menatapnya berbeda.

Beberapa bulan ditahan, ia bisa bebas. Aku cukup senang dengan itu. Tetapi, kenyataannya, hidupku berubah karenanya. Aku turut dijauhi teman-temanku di sekolah, karena memiliki saudara seorang pembunuh. Kebencian mulai kembali hadir di hatiku.

Hari itu puncaknya. Papa mengusirnya. Awalnya aku terkejut dan menolak itu. Tetapi kebencian menguasaiku. Aku egois. Berpikir jika Angel pergi, kedua orang tuanya akan lebih memperhatikanku.

Dari kecil ibuku sibuk bekerja serabutan. Jadi aku begitu ingin mendapat perhatian semua orang. Aku ingin merasakan bagaimana nyamannya mendapat perhatian dari sekitarku, termasuk papa dan mama Harvey.

Tapi semua tidak berjalan semulus itu. Papa Harvey berubah menjadi dingin dan pemarah. Perusahaan pun sempat memburuk. Tetapi untunglah hanya beberapa bulan. Sementara mama Emily mulai menyibukkan diri dengan kegiatan lainnya. Ia juga menjadi dingin. Mereka tidak hangat lagi kepadaku. Hanya berbicara seadanya dengan senyum paksa. Membuatku semakin membenci Angel.

Aku tahu, diam-diam, mereka berdua mencari Angel, begitu juga Calvin. Hingga kabar seorang korban kebakaran yang katanya mirip dengan Angel terdengar, mereka begitu terpuruk. Rumah tak lagi menjadi tempat nyaman untukku. Hanya ada teriakan dan pecahan kaca.

Calvin pun begitu. Ia menjadi sosok yang lain di mataku. Aku menjadi semakin tenggelam dalam kehidupan mereka. Kemarahanku pada sosok Angel semakin menggunung karena itu.

Beberapa bulan terakhir, papa mendapat kabar dari temannya bahwa temannya itu menemukan gadis mirip dengan Angel. Papa segera mencarinya, tetapi kecelakaan itu terjadi. Aku semakin merasa, Angel adalah pembawa sial bagi keluarga kami.

Aku tidak munafik. Aku egois. Aku dendam. Aku marah. Aku kecewa. Tapi, sedikit rasa sayang tentu masih ada dalam hatiku untuk saudaraku itu. Tetapi tertutup oleh kebencianku.

Aku begitu senang bahwa Calvin akan ditunangkan denganku, meski hanya karena terpaksa untuk membantu pengobatan papa, aku tetap merasa bahagia. Tapi kini aku takut, jika Angel kembali merebut Calvin dariku.

Angel kini kembali lagi di kehidupan kami. Entah aku harus bagaimana. Senang? Sedih? Aku tak tahu.
---

😊😊

Be My AngelTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon