32

122 4 0
                                    


"Akan kubuat kamu kembali mencintaiku, meski kini tak mengingatku."

-Calvin Alvert-

Hii, guyss!!

Ceritanya masih aku lanjut yaa!!
Kalo kalian kurang sreg sama ceritanya, aku gak maksa kalian, kok, buat baca cerita amatiran ini, hehe

Tapi kuharap kalian suka😊😊

Oke, langsung aja!!

Happy reading

--

Calvin POV

Sudah satu bulan lamanya setelah aku mampu menatap iris hitam itu. Rasa rindu itu kini terobati, meski tak sepenuhnya, karena pemilik iris kelam itu tak mengingatku meski secuil.

Aku menatap wajah polos yang tertidur itu. Senyumku terulas begitu saja. Sudahlah, tak perlu memikirkan hal itu. Setidaknya, aku masih bisa melihat setiap senyum, tawa dan segala hal yang kurindukan darinya. Ia kembali, dan kuharap itu karenaku.

Aku tersadar dari lamunanku ketika bulu mata yang lentik itu bergerak. Perlahan-lahan, kelopak itu terbuka dan menampilkan iris yang selalu kumimpikan.

Ia menatap sekeliling sejenak sebelum membuka suara. "Cal, yang lain kemana?"

"Kedua orang tuamu sedang beristirahat di rumah, kasihan sudah beberapa hari ini tidur di rumah sakit. Sementara saudarimu masih bekerja." Jawabku akhirnya, masih dengan senyuman termanisku untuknya.

Ia terdiam mengamatiku sejenak sebelum kembali bertanya. "Dan, apakah kamu tidak bekerja?"

Aku ingin menemanimu.

"Aku hanya sedang tidak ingin bekerja." Aku tak sepenuhnya berbohong, kan? Karena aku memang tidak ingin bekerja, aku hanya ingin menungguinya. Aku kembali tersenyum sebelum menambahkan. "Lagipula, tak akan ada yang berani memprotesku, aku kan big boss di sana."

Ia memukul lenganku pelan sembari tertawa. Tawa itu menular kepadaku sehingga tawa kami terlepas begitu saja.

"Kamu ini, harusnya seorang boss memberi contoh yang baik." Selanya masih dengan tawa.

"Tenanglah, tidak ada yang penting untuk kukerjakan hari ini." Ucapku lagi, setengah berbohong.

Sebenarnya, Adelline memberitahuku bahwa ada pertemuan dari kolegaku dari Hong Kong tadi pagi, tapi aku sudah memintanya untuk menggantikanku. Untunglah mereka mengerti keadaanku.

"Cal."

Panggilan itu begitu kurindukan. Entah kenapa hatiku seakan berdisko, membuatku takut Angel dapat menyadarinya. "Ya?"

"Menurutmu, aku ini orang seperti apa?" Tanyanya pelan, menatapku sendu.

Kau adalah gadis luar biasa yang membuatku jungkir balik. Kau adalah gadis baik hati yang selalu mengorbankan dirimu untuk orang lain. Kau adalah gadis yang menderita karena hal yang tidak kau perbuat. Kau adalah cinta pertamaku hingga kini. Kau adalah...

Aku mengetuk daguku dengan telunjuk, seakan berpikir, "Kau gadis yang ceria. Ketika kita SMA, kau begitu populer. Kau adalah adik kelasku dan usia kita terpaut dua tahun." Aku berhenti sejenak berpikir apakah lagi yang perlu kuucapkan. "Kau begitu baik hati dan membuat orang-orang sekelilingmu menyayangimu."

"Benarkah?"

Aku mengelus rambutnya pelan. "Ya, begitupun denganku."

Suasana menjadi sedikit canggung, hingga ia kembali bertanya. "Tapi, kenapa aku merasa tidak seperti itu?"

Aku menarik tanganku dan kembali tersenyum. "Kau akan mengingatnya perlahan, Angel. Jangan terlalu memaksakan diri. Kami tak ingin sesuatu yang buruk terjadi lagi padamu."

Ia mengangguk pelan sebelum kembali berbicara. "Aku bosan. Bisakah kau mengajakku jalan-jalan di taman?"

"Tapi kan kamu..."

"Please.."

Oh ya Tuhan, aku tak bisa menolak jika Angel sudah mengeluarkan jurus andalannya. Matanya mengerjap genit dan bibirnya sedikit maju, membuatku begitu gemas ingin menciumnya, eh?

"Baiklah."

Aku mengangkat tubuh Angel hati-hati dan mendudukkannya di kursi roda. Kuraih infusnya dan memeganganya dengan sebelah tangan sembari tangan lainnya mulai mendorong kursi roda keluar.

Kami berjalan menyusuri lorong-lorong. Beberapa petugas yang kami lewati menyapa kami yang dibalas dengan senyuman. Kuhentikan kursi roda Angel di tengah taman, dekat beberapa bunga Lily yang tumbuh di sana, aku berlutut di depannya setelah memetik setangkai Lily putih, bunga kesukaannya.

Kuserahkan bunga itu padanya, "Lily cantik untuk gadis yang cantik." Ucapku menggodanya.

Angel tampak senang menerima Lily yang kuberikan. "Terima kasih."

--

Be My AngelOnde histórias criam vida. Descubra agora