18

138 6 0
                                    


"Karena aku mencintaimu, aku selalu bertahan"

-Angelica Harold-

Happy reading

--

Angel berangkat ke kantornya seperti biasa. Ternyata di sana baru ada Zee yang hadir. Angel melirik jam yang melingkar di lengannya.

6.30

Pantas saja. Tumben sekali dia datang sepagi ini. Padahal kantor baru mulai aktif bekerja satu jam lagi.

"Pagi, Bu." Sapa Angel kepada Zee yang kini sudah sibuk dengan laptopnya.

Pantas saja Zee sudah menduduki jabatan kepala divisi keuangan di usia awal 30-an. Angel tidak heran karena wanita itu memang selalu bekerja keras. Bahkan kabarnya, ia belum memikirkan untuk menikah meski usianya sudah mencapai kepala tiga.

"Pagi." Balas Zee tanpa menoleh kepada Angel.

Angel bergegas duduk di bangkunya. Mengecek notifikasi di ponselnya. Bukan apa-apa, sudah seminggu sejak ia menemui papanya di rumah sakit ketika itu, papanya belum sadarkan diri. Padahal dokter mengatakan bahwa papanya sudah berhasil melewati masa kritisnya.

Angel menghela napas. Ia berjalan menuju pantry. Mungkin secangkir kopi hangat bisa menenangkannya sejenak. Di pantry, ia bertemu dengan Rere, teman satu kubikelnya yang bermulut ember.

"Ngel." Sapa Rere yang hanya dibalas dengan dehaman. Tapi tampaknya, Rere tidak peduli, gadis itu tetap melanjutkan ucapannya. "Kamu tahu, big boss kita membatalkan pertunangan dengan putri keluarga Harvey."

Sontak saja, kopi yang belum sempat Angel teguk, mendadak tersembur begitu saja mengenai kaca yang menampilkan jalan raya di depan kantor mereka.

Rere meringis jijik. "Ih, Ngel, kamu jorok banget, sih."

Angel buru-buru meraih serbet di meja pantry dan membersihkan kaca akibat ulahnya sembari bertanya. "Dibatalin? Serius?"

Tampaknya Rere sudah teralihkan, karena kini dengan santai ia menjawab. "Ya." Katanya sebelum menambahkan. "Aku dengar keluarga Alvert malah meminang seorang psikiater ternama, Cristine Anthony untuk putra mereka."

Angel terpekur dengan lamunannya. Ia ingat, Cristine adalah mantan kekasih Jimmy dulu. Sebelum lelaki itu menyatakan perasaannya pada Angel.

"Ngel?"

Rere yang melihat Angel terdiam menaikkan turunkan telapak tangannya di depan mata Angel, membuat gadis itu tersadar. "Maaf, tadi apa?"

"Kamu melamun?" Selidik Rere kepo.

Angel memutar otak, sebelum mulutnya mengeluarkan hal-hal tak perlu, ia harus menjauh dari Rere, sang ratu gosip.

"Maaf, aku duluan."

Tanpa memedulikan teman satu kubikelnya itu, Angel bergegas meninggalkan Rere yang penasaran akan tingkahnya.

--

"Pertunangan batal, Tante?" Tanya Cassy mengulang apa yang telah ia dengar tadi. Ia tak habis pikir, begitu mudahnya mereka merencanakan sebuah pernikahan dan membatalkan begitu saja. Harapannya untuk memiliki Calvin musnah sudah. "Tapi kenapa?"

Milly berdecak pelan. "Saya lebih senang Cristine menjadi menantu saya. Daripada kalian keluarga pembunuh anak saya."

"Tapi perjanjiannya.."

Ucapan Emily terputus oleh Milly yang segera menyela. "Kalian tenang saja, saya tidak akan mengambil uang operasi asalkan..."

Mereka berdua menanti kelanjutan perkataan Milly yang menggantung dengan jantung berdebar.

"Jauhi keluarga saya, terutama Angel." Lanjut Milly datar. "Pinta Angel berhenti bekerja di perusahaan kami."

Tak ada sahutan. Hanya ada keheningan hingga Milly berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan ibu anak yang masih mematung.

--

Angel baru saja ingin pulang dari kantor ketika seorang wanita cantik menunggunya di lobby. Wanita itu berdiri melihat kedatangan Angel dan mengenalkan diri. "Aku Cristine Anthony, bisa kita bicara sebentar, Angel?"

Angel mengangguk ragu sebelum mengikuti langkah anggun wanita di hadapannya ini. Mereka memasuki cafe yang terletak tak begitu jauh dari kantor.

"Ada apa?" Tanya Angel tak nyaman.

Cristine menyeruput lemon tea-nya sejenak sebelum memulai obrolan. "Kamu pasti tahu perjodohanku dengan Calvin kan?"

Angel mengangguk, tak mengalihakan pandangan dari wanita itu.

Dalam hati, Angel mengumpat. Bagaimana keluarga itu mempermainkan sucinya mahligai pernikahan begitu tanpa mau mengerti perasaan keduanya? Awalnya Cassy dan sekarang? Cristine?

"Kenapa begitu mendadak?" Tanya Angel tanpa mengalihkan pandangan. Ia tak akan terlihat lemah di depan wanita ini. Ia berjanji.

"Karena keluarga kalian tidak pantas menjadi bagian keluarga Alvert." Balas Cristine santai. Ia malah menekuk kaki kirinya menyamping di atas kaki kanannya. "Kamu kan tahu perusahaan keluargamu sudah bangkrut."

Angel menahan kemarahan yang ingin segera disemburkan dari mulutnya.

"Tapi kamu tenang saja, uang operasi papamu tidak akan kami ambil kembali asalkan..."

Angel menunggu kelanjutan ucapan medusa dengan hati tak keruan. Entahlah. Ia memiliki firasat tak enak untuk ini.

"Kamu harus menghilang dari kehidupan kami. Calvin dan semuanya, termasuk keluargamu. Dan keluar dari pekerjaanmu ini." Lanjut Cristine seraya terkekeh. "Kalau perlu akhiri saja hidupmu, pecundang."

Angel dapat merasakan kelopak matanya memanas. Tapi sekuat tenaga, ia menahannya. Sungguh. Ia tak ingin terlihat lemah lagi.

"Baiklah. Aku mengerti." Jawab Angel. "Kalau tidak ada yang ingin dibicarakan lagi, saya permisi."

Angel pergi tanpa peduli respon dari lawan bicaranya. Air matanya sudah mengantri untuk dikeluarkan. Tetapi dengan kasar, ia menghapusnya. Ia sudah berjanji, tak akan menangis lagi.

Angel berjalan sambil menampilkan ekspresi datar. Hatinya kini tercabik.

Kalau perlu akhiri saja hidupmu, pecundang

Perkataan Cristine itu begitu menyakitkannya. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

--

Be My AngelWhere stories live. Discover now