23

142 5 0
                                    


"Ingatlah, penyesalan selalu datang terlambat."

-Calvin Alvert-


Happy Reading

--

Calvin menahan napas membaca kata demi kata yang ditulis penuh emosi oleh pemiliknya. Inilah kebenarannya. Jadi selama ini? Bukan Angel?

Astaga, apa yang merasukinya hingga ia begitu saja percaya pada orang lain daripada gadis itu? Jadi selama ini, Angel menderita karena sesuatu yang bukan salahnya?

Calvin mengacak rambutnya frustasi. Ia harus mencari Angel. Ia begitu khawatir. Entah kenapa, perasaannya menjadi tidak tenang. Terlebih, ia tak menemukan Cristine di manapun.

--

Angel membuka matanya berat. Tubuhnya terguncang-guncang. Tangannya terikat ke belakang. Dengan cepat, pusing yang menyapanya berubah menjadi ketakutan.

"Cassy.. Cassy.." Teriak Angel pada gadis yang tertidur di sampingnya, dengan posisi yang sama dengannya, tangan dan kaki terikat.

Terdengar suara tawa dari kursi kemudi. Angel membelalakkan matanya. Ya Tuhan, apa yang terjadi?

"Cris. Apa yang kau rencanakan?" Teriak Angel meronta, mencoba melepaskan ikatan tangannya. Ia menoleh kepada saudarinya yang masih terpejam dan membangunkannya. "Cas, bangun, Cas."

Kelopak mata lentik itu bergerak-gerak, Angel bernapas lega. Tak lama, suara lirih Cassy terdengar. "Di mana?"

"Menuju neraka." Jawab Cris sinis.

--

Angel baru pulang ke kos sederhananya setelah pertemuannya dengan Calvin saat itu ketika sebuah pesan masuk ke ponselnya. Dengan malas, ia membuka pesan itu. Tampak sederet nomor yang ia sudah tahu pemiliknya. Cristine.

Cristine mengirim sebuah video, di mana seorang gadis terikat di atas kursi. Mulutnya dilakban dan gadis itu meronta ingin dilepaskan. Angel membelalakkan matanya.

Tak lama, keterkejutannya digantikan ketakutan ketika sebuah panggilan menyapanya. Buru-buru Angel mengangkatnya.

"Dimana adikku?!!" Teriak Angel marah.

Terdengar tawa di seberang sana. "Oww, slow, babe. Kamu mau tahu dimana adikmu?"

"Jangan berbasa-basi, Cris!" Bentak Angel jengah, bagaimana mungkin adiknya itu turut dalam kemalangan yang ia buat?

"Datang ke gedung tua ujung jalan tepat pukul 10 malam. Tidak ada yang boleh tahu, kau harus pergi sendiri, atau adikmu kena akibatnya!!"

Tut..

Sambungan terputus.

Angel mendesah gusar. Ia melirik jam di nakas. Ia hanya mempunyai waktu 30 menit sebelum jam yang sudah ditentukan.

Angel mengira-ngira, apa yang perlu ia bawa untuk menyelamatkan adiknya. Ia sempat termenung sejenak ketika menatap pisau lipat di genggamannya. Ia ketakutan. Tetapi tak memiliki banyak waktu. Ia memasukkan pisau itu ke dalam tasnya.

Tak lupa pepper spray dan stun gun untuk berjaga-jaga. Angel sebenarnya takut, sangat takut. Tapi ia tahu, adiknya lebih merasakan takut. Cristine pasti menginginkan dirinya, bukan adiknya.

Angel bergegas mencari ojek untuk mengantarkannya ke sana. Si tukang ojek sempat bertanya, kenapa malam-malam begini ada gadis berkeliaran, bertanya apa Angel benar-benar manusia karena jalan sendiri di malam hari, atau apakah nanti Angel akan berubah ketika paku di atas kepalanya dicabut, tapi Angel hiraukan. Akhirnya si tukang ojek diam saja.

Be My AngelWhere stories live. Discover now