35

126 8 0
                                    


"Detik-detik bersamamu terasa begitu berharga"

-Calvin Alvert-

--

Sesuai janjinya tadi, Calvin mengajak Angel jalan-jalan. Pilihan utamanya adalah taman yang sejuk nan asri ini. Bunga-bunga yang mekar di tengah rerumputan yang dipangkas sedemikian rupa begitu nyaman dipandang.

Perlahan-lahan, Calvin mendorong kursi roda Angel. Seakan menikmati tiap langkah yang ia tempuh saat ini. Sesekali ia berguyon menciptakan tawa rendah di antara mereka.

"Apa kau senang?" Tanya Calvin ketika mereka sudah lelah berkeliling. Merekapun memutuskan duduk di salah satu bangku panjang di bawah pohon rindang.

Angel mengangguk masih dengan sumringah. "Tentu, terima kasih."

"Kau tahu, aku begitu menikmati saat-saat ini." Terang lelaki itu setelah beberapa saat diterpa hening.

Angel menoleh dan mengerutkan kening. "Maksudmu?"

Ditatap begitu membuat Calvin malu. Ia merasa bodoh. Begitu saja salah tingkah. Seperti lelaki remaja yang baru jatuh cinta. Padahal usianya sudah hampir seperempat abad.

"Yah,, semuanya terasa mimpi." Jelas Calvin akhirnya. Ia semakin salah tingkah ketika gadis itu masih menatapnya lekat. Tapi ia mencoba menatap iris itu lembut. "Terima kasih telah kembali."

Sesuatu yang terasa hangat berdesir dalam hati kecil Angel. Entahlah, mungkin ini yang pertama baginya, seingatnya.

"Aku bahagia." Sela Angel terenyuh. "Terima kasih."

--

Dua tahun kemudian

Tok.. tok.. tok..

"Masuk, Pah." Pinta Angel sambil menutup majalah yang tengah dibacanya.

Tak lama, pintu jati itu terbuka, menampilkan sosok tinggi yang mengukir senyum padanya. Lelaki itu memasuki kamar Angel dan duduk di tepian ranjang queen size yang disandarinyanya, mengelus rambut hitam Angel lembut.

"Papa mau bicara."

Angel mengerutkan kening, tetapi senyum masih terukir di bibirnya meski tak sesumringah tadi. "Ada masalah, Pah?"

"Kamu pernah bilang mau melanjutkan S2 mu diluar negeri?" Tanya Edward setelah beberapa lama terdiam.

"Boleh..?" Tanya Angel ragu, pasalnya memang dia pernah mengutarakan keinginannya tetapi Edward melarangnya karena mereka memang baru dua tahun ini kembali bersama.

Edward memberi secarik kertas pada putrinya, yang dibaca Angel ragu.

"Beneran ini, Pah?" Pekik Angel kaget bercampur senang, tak menyangka papanya sudah membantunya sejauh ini.

Edward tersenyum memandang putrinya, meski ada sedikit ketidakrelaan berpisah lagi. "Papa sudah mendaftarkanmu di New York, mungkin bulan depan kamu sudah bisa ke sana." Jelas Edward sembari kembali mengelus lembut rambut sang putri. "Semoga ini pilihan terbaikmu ya, apapun nanti yang terjadi, papa sayang kamu."

Angel sadar wajahnya memanas, kelopak matanya basah. Ia tak kuasa menahan isakan. Perlahan, dipeluknya tubuh yang meskipun berusia setengah abad, tetapi masih terlihat bugar itu.

"Aku sayang papa."

--

Sudah dua tahun ini, Angel selalu menjalani pengobatan rutin, terutama dalam mengembalikan fungsi kakinya. Syukurlah, sejak dua bulan yang lalu, perlahan ia sudah bisa berjalan.

Begitu pula dengan otaknya, yang sedikit demi sedikit mulai hadir potongan-potongan kejadian yang serupa puzzle. Angel yang penasaran kadang memaksa mengingat, membuatnya harus menahan perih tak terhingga.

"Bulan depan?" Tanya Calvin seakan membeo.

Angel dan Calvin sedang berada di garden cafe, mereka makan siang bersama. Meski tak bisa dibilang kencan, Calvin sudah merasa bahagia.

Angel mengangguk senang, tak menyadari perubahan mimik Calvin yang kusut. "Aku bakalan lanjutin S2-ku di NY mulai bulan depan, kamu harus nganter aku ke bandara."

Calvin tersenyum tipis, menyembunyikan gundah yang datang menyergap. Ia tak pernah berpikir akan tiba saatnya, ia kembali berpisah dengan gadis itu.

Angel mengerutkan kening menyadari raut wajah Calvin yang muram. "Kamu gak senang?"

Calvin bergegas tersenyum, seakan ia turut bergembira, menyembunyikan kabut yang lalu lalang di pikirannya sejak tadi. "Aku senang banget, selamat ya."

Angel mengangguk senang, dengan antusias, ia menceritakan mimpinya agar bisa memiliki perusahaan sendiri. Sementara lelaki itu hanya tersenyum tipis dan sesekali mengangguk, masih merasa tak rela, meski tak terucapkan.

--

Wahhh.. sorry lama udah gak update, aku jujur udah lupa alur yang aku siapkan awalnya, jadi maklumi yaa tulisan amatirku ini..

Sorry juga kalo aku slowrespon, nelat buat lanjutin ceritanya, emang karena aku semester ini sibuk kegiatan kampus ini dan itu..

Makasih banyak udah nyempetin baca, tetap membaca dan jadilah pembaca yang cerdas

Loveeee😘😘

Be My AngelWhere stories live. Discover now