15

136 5 0
                                    


Author POV

"Kamu gila! Ini rumah sakit!! Untuk apa berteriak?" Tanya lelaki itu datar, membantu Angel yang terpaku berdiri.

"Kamu yang gila!! Untuk apa membantu si pembunuh ini? Hah?" Pekik Cassy setengah berteriak membuat dua orang petugas keamanan menghampiri mereka. "Jangan kamu kira aku bodoh Calvin!! Kalian berhubungan di belakang aku. Iya kan?"

Kedua security berusaha menahan Cassy yang menjambak rambut Angel hingga berantakan. Sementara Calvin mencoba menjauhkan Angel yang tampak pasrah oleh perlakuan itu.

"Cassy, kamu belum jawab!! Papa kenapa?" Lirih Angel belum menyerah membuat Cassy semakin muak.

Ia menghentak sebelum pergi meninggalkan kerumunan akibat ulahnya. Meninggalkan Angel yang menatap sayu kepergian adiknya itu.

Kerumunan perlahan membubarkan diri. Calvin meminta maaf kepada semuanya, terutama dua security itu sebelum mereka pergi.

Angel merasa kakinya lemas. Ia terduduk di rerumputan taman dan membenamkan wajahnya dengan telapak tangan. Menangis tertahan di sana.

Apa lagi ini?

Angel dapat merasakan sentuhan lembut di punggungnya. Ia tahu itu Calvin. Tetapi ia mencoba egois untuk membiarkan rasa tenang itu menguar dari sentuhan lembut Calvin.

Ia masih terisak di sana. Mengeluarkan beban yang ada di pundaknya. Berharap sang papa baik-baik saja.

"Papa kenapa, Cal?" Lirih Angel setelah tangisnya mereda. Mereka berdua kini sudah duduk di bangku panjang di taman itu.

Angel menatap Calvin yang memandangnya sayu, sebelum perkataan yang menyakitkan itu terlontar begitu saja. "Mr. Harvey kecelakaan sebulan yang lalu, dan.... koma."

Ekspresi Angel datar. Gadis itu sudah terlalu menyedihkan bahkan hanya untuk menangis. Rasanya ia tak sanggup lagi mengeluarkan air mata meski setetes.

"Koma?" Tanya Angel pelan akhirnya. Calvin hanya mengangguk ragu, takut Angel akan kembali tersakiti. "Sampai sekarang?"

Calvin mengangguk lagi. "Aku mendapat kabar bahwa Tuan Harvey sempat kritis dua hari yang lalu dan membutuhkan uang untuk operasi. Jadi, istrinya, ibumu berencana menikahkan puterinya, Cassy, denganku agar aku bisa membantu keluarga mereka."

Angel mengerti sekarang. Ia tidak boleh egois. Papa membutuhkan uang untuk operasi, dan ia tahu perusahaan papanya itu terancam bangkrut karena tiadanya kehadiran papa di sana.

"Aku rasa sebaiknya kamu menemuinya," Lanjut Calvin, masih menatap Angel yang kini menggeleng. "Aku yakin, mereka ingin bertemu denganmu."

Angel kembali menggeleng. "Aku gak bisa, Cal." Lirih Angel. Lalu, gadis itu menggenggam kedua jemari Calvin dan memohon. "Nikahi Cassy, Cal. Bantu papaku."

Duaarrr!!

Seperti tersambar petir, Calvin bergegas melepaskan genggaman itu. Menatap Angel yang sudah berkaca-kaca. "Aku gak bisa, aku tidak mencintainya!!"

Wajah Angel kembali menyendu. Calvin menjadi serba salah. Perasaannya benar-benar berantakan saat ini. "Aku tidak keberatan membantu papamu walau tanpa menikahi Cassy."

Calvin bisa melihat sedikit senyum tersungging di bibir gadis itu, raut wajahnya mencerah, tetapi itu hanya beberapa detik saja.

"Terima kasih." Balas Angel. "Akan aku lakukan apapun untuk kesembuhan papa, jika itu yang kamu mau."

--

Angel memutuskan menemui papanya ditemani Calvin yang masih setia di belakangnya. Angel menatap pintu ruangan yang tertutup rapat. Hatinya kembali meragu. Tetapi, sentuhan di pundaknya membuat dia menguatkan mentalnya, jikalau ada sesuatu yag tidak diinginkannya terjadi.

Be My AngelKde žijí příběhy. Začni objevovat