SALIS (30)

79 10 0
                                    

"Mama..."

Salis memeluk tubuh jelin yang terbaring lemah di atas ranjang dengan feri yang duduk ditepi ranjang.

"Mama kenapa bisa sampek kayak gini sih ma" tanya salis sambil melepas pelukanya melihat jelin mulai membuka mata.

"Mama kepikiran kamu terus lis" jawaban itu keluar dari mulut feri yang tengah mengganti kain kompres yang berada di dahi jelin.

"Mama mau bicara sama kamu lis" jelin menggenggam tangan salis erat dengan air mata yang mulai mengalir.

"Mama mau bicara apa?"

"Jangan pergi lagi nak,kalau kamu pergi siapa yang mau tunangan sama kenzra" salis terkejut dengan apa yang diucapkan jelin,di saat seperti ini jelin masih tega membicarakan tentang pertunangan salis.

"Mama tega ya,di saat pertama kali salis menginjakkan kaki kembali dirumah ini mama langsung membicarakan hal yang salis benci,mama tega..."

"Maafkan mama lis,tapi itu permintaan mama mungkin untuk terakhir kalinya nak"

"Maksut mama apa"

"Hidup mama tidak akan lama lagi nak,tolong kabulkan permintaan mama"

"Jangan bicara seperti itu ma,mama pasti kuat"

"berjanji sama mama lis,kamu akan bertunangan dengan kenzra"

"I-iya ma"jujur salis sangat kecewa dengan jelin,salis juga belum siap bertunangan dengan kenzra.

"Pa,kak cia sama kak Arya kemana pa?" Tanya Salis pada feri yang akan melangkahkan kakinya keluar kamar.

"Oh,Arya sedang keluar membeli roti untuk mama dan cia sedang membuatkan susu di dapur " jelas feri lalu melangkahkan kakinya menuju pintu kamar lalu keluar meninggalkan Salis dan jelin berdua di kamar berwarna dominan ungu itu.

"Mama mau kamu segera bertunangan dengan kenzra lis" jelin terus membicarakan tentang pertunangan seakan ia takut pertunangan itu gagal.

"Ma,Salis capek...Salis mau istirahat...ini juga udah malem" ijin Salis pada jelin,belum sempat jelin menjawab Salis telah terlebih dahulu pergi menggelanggang menuju kamar.

Di lain tempat Ira sedang menangis mendapati kabar jika kakak nya tengah sakit di tempat kemping,ia khawatir jika kakak nya kenapa-kenapa,Ira terus menangis tanpa henti saat Laya menelfon.

"Lay,tolong bawa kakak gue balik sekarang lay,gue mohon...gue gak mau terjadi sesuatu sama kakak gue" ucap Ira di telepon dengan suara yang berat khas orang menangis.

"Iya Ir,gue sama temen-temen juga lagi beres-beres barang,tadi rencananya sih mau bawa balik Eska besok,tapi liat keadaan Eska yang makin gak baik kita putusin buat bawa balik Eska malam ini"

"Ok thanks ya lay,apa perlu gue susulin lagi kesana"

"Gila Lo,ini udah jam 11 malem,lagi pula Lo cewek Ir...lebih baik jangan,Lo tunggu dirumah aja Ir"

"Iya lay,gue mohon jaga kakak gue,kalau bisa ngebut biar cepet Sampek Jakarta"

"Iya Ir,ini gue udah mau jalan"

"Hati-hati lay,jaga kakak gue"

"Iya"

Panggilan di akhiri dengan suara deru mesin mobil yang menyala.

Ira menunggu teman-temanya hingga pukul 3 pagi,rasa khawatirnya mengalahkan kantuk yang menyerang Ira.

Tok...tok...tok..

Ira segera membuka pintu dan di dapatnya Eska yang lemas di gendongan Laya.

"Lay langsung bawa ke kamar aja lay" titah Ida sedangkan Ira terdiam bisu melihat kakaknya dalam keadaan seperti itu.

SALISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang