SALIS (17)

82 9 1
                                    

"Lis,makan malam dulu sayang" jelin berdiri di depan pintu kamar salis sambil terus mengetuk pintu kamar putri bungsunya itu.

"Iya ma,..sebentar" ucap salis sambil berjalan mendekati pintu dan membuka papan besar yang menjadi pembatas kamar itu.

Melihat salis sudah siap,jelin segera turun dengan salis yang mengekor di belakangnya,terlihat jelas siapa saja yang hadir untuk makan malam,ada arya,cia,jelin dan salis sendiri,salis membuka piring dan menyodorkanya pada jelin,namun jelin tak menyadari pergerakan tangan salis dan malah mengambilkan nasi untuk cia,salis menarik mundur piringnya kembali dengan kekecewaan yang menyelimuti hati salis.

"Salis mau ambil nasi sendiri atau mama ambilin?" tanya jelin tidak peka.

"Nggak usah.salis ambil sendiri aja" ucap salis dengan nada datar sebisa mungkin menyembunyikan kekecewaanya pada jelin,sedangkan arya yang menyadari sikap salis hanya mengembangkan seringai tipisnya sambil terus memasukkan suapan demi suapan ke dalam mulutnya.

Jelin menghabiskan makananya lebih awal lalu jelin membawa piring yang telah kosong ke dapur,tak lama kemudian jelin kembali ke meja makan dengan segelas susu di tanganya,awalnya salis mengira jalin akan memberikan segelas susu itu padanya seperti hari-hari biasa sebelum hadirnya cia ke dalam keluarga Laditiyar,namun rupanya anggapan salis salah,jelin malah meletakkan segelas susu itu di depan piring cia dengan penuh kelembutan.

"Susunya di habiskan ya sayang" ucap jelin lembut,sedangkan cia hanya diam seribu bahasa melihat salis yang mulai tidak nyaman dengan keadaan ini.

"Ma,salis juga mau susu" ucap salis berharap jelin mau membuatkan segelas susu untuk dirinya.

"Bik las...tolong buatkan susu untuk salis" salis menghentakkan sendok yang ada di genggamanya sembari mengepalkan tanganya kuat kuat menahan amarah dan rasa kecewa yang terus memeluk relung hatinya.tak lama kemudian bik las datang dengan segelas susu untuk salis,dengan kesal salis menggapai segelas susu yang berada di tangan bik las lalu membantingnya ke lantai hingga terdengar suara nyaring pecahan kaca yang menumpahkan seluruh isinya.

"Salis kamu kenapa sih lis...?" tanya jelin setelah lama tercengang dengan apa yang dilakukan putri bungsunya.

"Mama lebih sayang sama cewek ini di banding sama aku," jawab salis sambil menunjuk ke arah cia dan setetes air mata salis lolos membasahi pipi salis.

"Aku juga anak mama,kenapa mama pilih kasih ma? Aku bagaikan anak tiri dan cewek ini bagaikan anak emas,aku kecewa sama mama,nggak ada di keluarga ini yang sayang lagi sama aku" sambung salis dengan amarah yang memuncak serta linangan air mata yang tak lagi mampu terbendung.

"Bukan begitu lis,mama cuma-" belum sempat jelin menjelaskan apapun salis sudah melempar piringnya ke sembarang arah,hingga pecahan kaca berserakan dimana-mana,jelin memandang salis tidak percaya,untuk sesaat jelin merasa salis bukanlah salis yang dulu, salis yang penurut dan tidak arogan seperti ini,sedangkan arya hanya menyeringai jahat melihat salis menciptakan jurang pemisah di antara jelin dengan dirinya sendiri.

"Aku benci kak cia,aku benci kak arya,aku gak suka sikap mama," ucap salis sambil melempar apapun yang ada di meja makan hingga kini rumah laditiyar nampak seperti kapal pecah,puas menghancurkan barang-barang yang ada di atas meja makan akhirnya salis berlari menaiki tangga dengan air mata yang setia berlinang menemani langkah gadis berambut hitam kelam itu.

"Mama lihat sendiri kan, betapa aroganya anak mama" ucap arya setelah salis masuk kedalam kamar dan membanting pintu.

"Dia bukan salis yang dulu" nada kecewa bercampur kesedihan tak luput dari setiap penuturan kata jelin.

"Semua salah cia ma" cia memutar kursi rodanya menuju kamar cia,sebenarnya cia sudah lelah dengan jelin yang lebih menyayanginya dan menorehkan sebuah guratan luka pada hati adik bungsunya,sedangkan salis...ia menangis sejadi jadinya sambil memeluk boneka beruang kesayanganya, salis tak pernah berniat bersikap arogan seperti tadi,namun hati gadis cantik beriris mata coklat itu sudah lelah dengan sikap jelin dan arya.

"Pa...papa kapan pulang, salis kangen sama papa,cuma papa yang masih sayang sama salis, cepet pulang pa,salis mohon..." jujur memang hanya feri di keluarga Laditiyar yang masih sangat menyayangi salis,namun feri harus keluar negeri untuk mengurusi bisnisnya dan meninggalkan salis.

"Salis nggak mau kayak gini ma...salis bukan anak yang arogan"

"Tapi kalau mama berubah...Salis juga bisa..."

Tok... Tok... Tok...

Mendengar suara pintu di ketuk, salis segera menghapus air matanya dan menatap kearah pintu dengan tatapan yang tak bisa diartikan, mungkin dalam lubuk hatinya salis berharap jelin datang dan meminta maaf lalu memeluknya erat seperti dahulu sebelum cia datang di keluarga Laditiyar.

Ceklekk....

Pintu mulai terbuka dan menampakkan sosok yang telah membuka pintu kamar gadis berambut hitam kelam itu, kecewa.... Adalah satu hal yang pertama kali di rasakan Salis saat mendapati ternyata bukan jelin yang menemuinya tetapi arya,perubahan ekspresi Salis terekam jelas di mata arya,hingga arya dapat dengan mudah mengartikan perubahan ekspresi Salis.

"Kenapa lo? Kecewa, ngeliat bukan mama yang datang nyamperin lo?ingat mama udah nggak perduli sama lo lagi,dia lebih sayang sama cia" hati Salis terasa sakit.karena kata pertama yang dilayangkan arya adalah sebuah hujatan.

"Lo pantes dapat perlakuan kayak gini" ucap arya sambil medekatkan wajahnya dengan wajah salis hingga salis dapat merasakan hembusan nafas arya,salis terus memundurkan wajahnya dari wajah arya,melihat salis yang ketakutan arya segera menarik kembali wajahnya dan menyeringai jahat.

"Bodoh,"

"Apa mau lo?" nada sinis membumbui setiap kata yang terlontar dari mulut gadis beriris mata coklat itu.

"Gue mau lo hancur,sebagaimana lo buat gue berpisah sama arta" menyadari ada yang aneh dari perkataan arya,salis mulai memandang arya tajam tanpa melepaskan pelukanya dari boneka beruang kesayanganya.

"Siapa arta?" bukanya menjawab pertanyaan salis arya malah terdiam membisu lalu pergi meninggalkan kamar salis.

"Siapa arta?gue bahkan gak kenal sama arta, kenapa kak arya bilang kalau gue buat dia pisah sama arta?" berbagai pertanyaan muncul di benak salis mengenai orang yang bernama arta ini.

"Papa,...papa pasti tau siapa arta,gue harus tanya sama papa,siapa arta..."

Salis memikirkan hal ini sampai larut malam,hingga akhirnya salis terlelab dalam tidurnya karena terlalu lelah memikirkan sosok bernama arta,yang telah salis pisahkan dari arya,hingga arya sangat membenci Salis,satu hal yang Salis dapatkan dari pertengkaranya dengan arya,ternyata selama ini arya membencinya bukan karena salis membuat cia hampir meregang nyawa melainkan karena sosok bernama arta,tak bisa salis pungkiri jika komanya cia bukan alasan arya membenci Salis namun hanya sebuah kedok belaka.

***

Hai gays.....loka balik lagi nih...kalian dapet salam dari salis.katanya dia bangga banget punya reader kayak kalian....loka juga bangga punya reader yang udah kayak keluarga buat loka,kalau cerita loka kurang sreg di hati kalian,kalian boleh komen kok,biar loka juga tau letak kesalahan loka supaya loka bisa buat chapter selanjutnya dengan lebih baik,....tadi eska titip salam buat kalian,dia juga bilang kalau eska pingin kalian ninggalin jejak berupa vote.

Ok segitu dulu dari loka,sampai ketemu di chapter selanjutnya ya.....bye.....

#salam_manis_kaloka.

SALISWhere stories live. Discover now