Part 31: Pertemuan Serpente

Começar do início
                                    

"I have a report," kata Gyula sambil menceritakan pengalamannya dengan Garla ketika menghadapi babi hutan mitologi beberapa hari yang lalu. Termasuk pertemuannya dengan sosok misterius berjubah.

"Do you have any idea, Hinata?" tanya Ezio.

"You said ... he wear skull mask, black cloak and big scythe?" tanya Hinata.

"Right, Hinata-sama," jawab Gyula, "And his eyes ... blood red ..."

"I understand," kata Hinata, "He is Kingheart Darkwing."

"Fukano. Naze???"

"I am wandering too."

"Who is Kingheart??? I don't know him," kata Garla.

Ezio menjelaskan siapa sebenarnya Kingheart Darkwing. Dia adalah mantan anggota Paladin dari Departemen Sejarah dan Arkeologi yang sangat kuat. Ahli mengendalikan api dan kegelapan. Ahli genetika dan strategi. Punya teman-teman yang baik. Punya istri yang cantik dan penurut. Kehidupannya nyaris sempurna hingga tiga Dark Path membunuh istri, anak dan sahabat-sahabatnya. Dikuasai dendam, dia menjadi Dark Path seperti Hinata dan Kyoka. Bahkan lebih dari Dark Path. Berkat penelitian genetikanya, dia sudah menjadi semacam vampire-mutan. Manusia yang memiliki kelebihan vampire tapi tidak memiliki kelemahannya. Sudah lama sekali dia tidak pulang ke Indonesia. Bukan karena dia takut. Tapi kenangan-kenangan bersama sahabat dan istri yang terukir di Indonesia ini membuat dia sakit.

"He said something?" tanya Ezio. Ezio, Gyula dan Garla sebenarnya bisa Bahasa Indonesia. Tapi dia tetap menggunakan Bahasa Inggris agar Hinata dan Kyoka mengerti.

"He already know about our black unicorn operation. He advised you, Ezio, to stop this operation and try to extract manticore poison. The profit is better than black unicorn."

"Kingheart maybe know this operation but he doesn't know about ten million rupiahs," tawa Ezio. Harga jual unicorn hitam itu memang sangat mahal di pasar gelap.

"You talk like you know about Kingheart. Is he your friend??"

"Yeah. But not close. Talk to Hinata. He know more about Kingheart," jawab Ezio.

"I relieve. He is not our enemy."

"Okay. One more chance, my friends. But I must take full command," kata Ezio, "Anything else?"

Tiba-tiba saja cahaya bulan menghilang. Ruang kerja Ezio diselimuti kegelapan. Semua orang di ruangan menoleh keluar. Sebuah awan gelap dan besar menutupi bulan purnama. Baru beberapa detik kemudian, cahaya bulan muncul lagi. Namun segera digantikan lagi oleh awan gelap yang baru. Bintang-bintang pun sudah tak terlihat. Awan mendung menandakan akan hujan.

"I must collect information about black unicorn," kata Ezio, "Keep training and training."

Pertemuan pun bubar. Kyoka berjalan menghampiri Hinata. Tuannya itu masih duduk santai sambil menghisap tembakau melalui pipanya. Mereka berbicara dengan Bahasa Jepang. Entah apa yang mereka bicarakan, Gyula dan Garla tak bisa memahami. Hanya Ezio yang mengerti dan dia hanya tersenyum sinis saja. Ezio mengajak Gyula dan Garla meninggalkan ruang kerjanya yang gelap itu. Kini tiga orang Serpente itu berdiri di koridor. Gyula mengerjap-ngerjapkan mata. Wajar saja karena dari tempat gelap langsung berpindah ke tempat bercahaya. Tidak ada masalah dengan mata Ezio dan Garla karena mereka memang bukan manusia.

"Akhir-akhir ini ruang kerja anda terlihat tanpa penerangan, Tuan Ezio. Apakah lampunya mati??? Kalau benar, saya akan membeli beberapa bola lampu dan menggantinya," kata Garla.

Ezio menggeleng, "Tidak. Lampunya masih bisa, Garla. Aku sengaja mematikan lampu karena permintaan Hinata. Dia sedang bermeditasi. Latihan untuk mengendalikan kegelapan."

"Setahuku dia dari marga Asakura. Bukan Darkwing," kata Gyula.

"Memang benar. Tapi katanya dia ingin lebih kuat," jawab Ezio.

"Padahal dia sudah punya seekor Dark Kirin yang sangat kuat. Masih kurang?" tambah Garla.

"Dia dan aliansinya, yang bernama William Campbell, baru saja menggali situs bersejarah peninggalan Atlantis. Ketika mereka terus turun ke dalam. Mereka bertemu sesuatu yang mengerikan. Bahkan kombinasi dua Dark Path plus seekor Dark Kirin tak bisa mengalahkan makhluk itu. Kewalahan, mereka pun terpaksa mundur. Tapi mereka berdua berniat kembali untuk mengalahkan makhluk itu. Karena itulah Hinata harus mengasah kemampuannya."

"Makhluk macam apa yang bisa memaksa tiga kombinasi kuat itu mundur?" tanya Gyula.

Ezio mengangkat bahu, "Hinata berkata padaku, dia menghadapi seorang gadis kecil kira-kira berumur sepuluh tahun. Dari penampilan fisiknya kira-kira sepuluh tahun maksudku. Tentu umur sebenarnya ... yaaa ... hitung saja runtuhnya Atlantis hingga sekarang."

Tentu mulut Gyula dan Garla menganga mendengar penjelasan Ezio. Bahkan taring-taring Garla sampai terlihat. Ezio hanya tersenyum melihat dua anggotanya seperti itu. Wajar saja. Mana mungkin dua Dark Path yang harga buronannya mahal plus satu hewan mitologi legendaris dari daratan Asia kalah melawan nenek-nenek sok imut dari jaman Atlantis. Tentu itu melawan akal sehat.

"Apa Hinata tidak menceritakan lebih lanjut?" Garla masih penasaran.

"Gadis kecil itu tidak melakukan apa-apa. Dia hanya tersenyum. Tapi Hinata merasakan jantungnya ditusuk-tusuk. Sedangkan William merasakan kepalanya dipelintir ke belakang. Tahu sedang menghadapi makhluk yang sangat kuno, mereka berdua segera mundur."

Ponsel Ezio berdering. Ezio buru-buru meraih ponsel di sakunya dan mulai berbicara. Gyula dan Garla tidak paham satu kalimat pun karena Ezio memakai Bahasa Jepang. Entah apa yang dibicarakannya. Yang dipahami oleh Gyula dan Garla hanyalah kabar buruk dilihat dari perubahan muka Ezio. Bahkan pria Italia itu hampir saja berubah menjadi serigala.

"Ada apa, Tuan Ezio?" tanya Garla.

Ezio menoleh ke Garla dan berkata, "Cabang kita di Shibuya hancur oleh kelompok yakuza Aokigahara."

Julio and Black UnicornOnde histórias criam vida. Descubra agora