15. Rasa Yang Tidak Pernah Luntur

Mulai dari awal
                                    

* * *

Benar kata orang-orang, selalu ada pelangi setelah derasnya hujan. Begitu pula dengan suasana hati Prilly, setelah sempat merasa sakit hati, kini ia sudah bisa tertawa lepas lagi bersama sahabatnya.

"Terus, ini kita bolos sampe les terakhir?" Tanya Indah. Prilly mengangguk menyetujui pertanyaan Indah.

"Gue udah males masuk sih, tapi kalo lo dua mau masuk, gue ngekor aja," balas Dino. Indah mendengus sebal.

"Kalo lo mah gue udah gak heran, sebobrok-bobroknya Rassya, hidup lo yang paling gak berguna," balas Prilly sinis. Bibir Dino melengkung ke bawah, berakting menangis.

"Gaya lo, sok-sokan nangis. Gue kasih file JAV terlengkap 2018, syukuran tujuh hari tujuh malem lo," imbuh Indah yang disusul oleh pekikan antusias Dino.

"Jadi, gimana nih? Mau pada balik ke kelas? Atau besok aja?" Kini Maxime buka suara. Rassya menaruh jari telunjuknya di dahi, berpose seperti dengan berpikir keras.

"Lo maunya gimana, Pril?" Tanya Rassya. Prilly membulatkan mulutnya, sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Kok pada nanya gue?" Prilly menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Elo kan tuan putrinya," imbuh Fathar sambil terkikik. Prilly memukul dadanya sok berwibawa.

"Balik aja deh, takut kenak semprot Ali," balas Prilly. Rassya mendengus, sambil mengangguk malas.

"Kalo itu mau lo, gue setuju-setuju aja. Lagi pula, lo balik sekarang, udah pasti kenak semprot. Kayak gak tau pencitraan dia yang naudzubillah banget, pengen gue tikam aja rasanya." Prilly hanya terkekeh pelan.

Bukan rahasia lagi, memang Rassya seperti memiliki dendam kesumat kepada Ali. Prilly yang tidak mau ambil pusing pun, tidak peduli dengan cibiran Rassya.

"Yaudah, siap istirahat ini, kita balik ke kelas. Entar kalo Ali ngamuk sama lo, bilang aja Dino yang jadi induk." Mata Dino melotot garang, ia menendang tulang kering Maxime dengan keras.

"Apa-apaan lo?! Kok gue yang nginduk? Biarin aja kali Prilly dimarahin Ali, lagian cuma Prilly yang betah-betah aja disemprot Ali segitu kasarnya," ujar Dino enteng.

"Kampret lo! Awas aja lo! Rahasia lo masih di tangan gue!" Balas Prilly tak kalah garang. Dino kemudian menyengir, sambil memelas kepada Prilly.

"Iya, iya, bilang aja gue yang nginduk. Jangan bilang Prilly, gue kan sayang banget sama Prilly, mana tega gue dia disemprot sama mulut cabe Ali," ujar Dino dengan manis. Memasang senyum manis ke arah Prilly pula.

Tawa mereka semua pun pecah, Dino selalu menjadi sasaran yang asik untuk dibully karena dia tidak pernah tersinggung atau marah. Prilly pun meninju lengan Dino, "Entar kalo Ali marah sama gue, paling gue cipok. Langsung mingkem tuh bibir, pasti!"

* * *

Prilly dan Indah tertawa sambil memasuki kelas, tidak menyadari beberapa pasang mata yang masih menatap mereka sinis. Terutama sang ketua kelas, Aliando Syarief.

"Udah bolos, malah bisa ketawa-ketiwi. Lo senang kan ngelihat gue kesusahan jawab pertanyaan guru?" Ujar Ali dingin. Prilly menjilat bibir bagian bawahnya, sambil menetralkan debaran jantungnya.

"Aku? Senang lihat kamu susah? Kamunya aja kali yang senang kalo lihat aku sedih. Lagian, kamu bisa jawab dengan jujur kalo kita bolos, gak perlu dibuat ribet." Balas Prilly ringan. Ali mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Bangsat! Gue udah berbaik hati kasihan sama lo semua, supaya lo berenam gak kenak masalah. Tapi balasan lo begini? Dasar gak tau terima kasih!" Ali berdecih dengan sinis.

Stay (Away)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang