39. ANIN

15.7K 937 31
                                    

Selamat membaca...

Biarlah mereka membicarakan keburukan ku

Mereka tak tahu siapa aku, jadi terserah mereka mau menilaiku seperti apa.

***

Suasana Sekolah SMA Bahkti Begitu Ramai oleh Para sisiwa sisiwi dari beberapa Sekolah lainnya.

Sambil menyelipkan Rokok di antara bibirnya dan menyalahkan korek api Devan menatap beberapa Murid lainnya yang masuk kedalam melalui Atap Sekolah.

"Gimana? Semua sudah di posisi mereka?" Tanya Devan pada dua Siswa bersamanya.

"Sudah Van" jawab kedua serempak

"Bagus, kalo mereka mengganggu ketenangan Sekolah kita baru kita hajar mereka, jangan sampai kita yang lebih dulu membuat keributan di Sekolah" ucap Devan sambil membalikkan tubuhnya menatap kedua teman satu Gengnya.

"Van Lo di sini?" Ucap Anin yang kini berada di atap Sekolah.

"Ck" Anin berdecak ketika mendapati Devan yang sedang menyelipkan rokok di antara bibirnya.

"Lo boleh Nakal Van tapi jangan merusak diri lo dengan Rokok" ucap Anin sambil menarik Rokok yang Devan Hisap. Anin membuang Rokok tersebut ke sembarangn tempat.

"Katanya lo mau jadi jodohnya dia, kalo lo mau jadi Jodohnya dia lo nggak boleh rusakin diri lo sendiri"

"Bagaimana lo mau jagain dia, Gue dan Lainnya kalo diri lo aja lo nggak jagain"

"Gue dan Dia nggak mau lo hancur karna rokok Van" ucap Anin lagi.

Devan tersenyun menatap sahabatnya yang kadang jutek, kadang gila, ngeselin, bikin malu, tapi perhatian padanya, hanya Anin yang mengerti dirinya, dan tahu apa yang di rasakannya.

Dalam diri Devan, Devan berjanji tidak Akan membiarkan siapa saja yang mennyakiti sahabatnya ini, dia tidak akan kecolongan seperti dulu, membiarkan sahabatnya jatuh cinta pada orang yang hampir saja membawa sahabatnya kejalan yang salah, membuat Devan Hampir kehilangan sahabat yang selalu ceria namun sebenarnya seorang yang rapuh, butuh kasih sayang dan perhatian oleh orang yang benar benar menyayanginya.

"Ck" decak Devan "lo emang sahabat terbaik gue, meski kadang gila" ucap Devan.

"BUGH" Anin memberi pukulan di perut Devan membuat Devan meringis.

"Gila gia begini gue sahabat lo Van" ucap Anin.

"Iya iya" ucap Devan

"Yuk nonton pertandingan Natal" ajak Devan sambil merangkul bahu Anin mengabaikan sakit di perutnya karna pukulan Anin.

Anin mengangguk dan berjalan beriringan bersama Devan dan dua teman Devan Yang sedari tadi diam. Dua Teman Devan memang tahu hubungan keduanya murni persahabatan, dan mereka juga tahu siapa yang di sebut 'dia' oleh Anin.

"Rame Van" ucap Anin ketika mereka berada di koridor sekolah, banyak siswa siswi yang berada di sekolah mereka.

"Sebisa mungkin kita nggak masuk masalah Nin" peringat Devan meski kemungkinan kecil mereka tidak akan terlibat dalam perkelahian antar sekolah nantinya.

"Iya gue usahain" ucap Anin ragu

Anin ragu kalau tidak terlibat pertengkaran antar sekolah, tapi ia akan berusaha tidak terlibat, bukan karna takut berkelahi tapi ia tak ingin membuat papa serta Nama baik keluarganya malu karna ulahnya.

Kemari setelah pulang dari kantor papanya Anin mencari tahu sendiri Tentang nama keluarga besarnya di internet dan betapa terkejutnya Anin mengetahui kalau keluarga ayahnya bukan keluarga yang sembarangan.

A N I N. (Re-post)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang