Lama-lama Aery merasa nyaman melilitkan tangannya ke pinggang Alwan, sedangkan pria itu tersenyum sambil mengemudikan motor ke suatu tempat yang katanya romantis.

Bisa bayangkan atau tebak mereka akan pergi kemana? Ya pikirkan saja tempat yang romantis dan semoga saja yang Alwan katakan itu memang benar. Mereka memasuki jalan yang lebih kecil dan aspalnya tidak semulus jalan kota. Ada banyak batu besar dan kerikil di sekitarnya sehingga harus hati-hati.

Di sekeliling berjejer rumah-rumah sederhana, tapi ini bukan kawasan komplek. Mereka berhenti di depan sebuah rumah yang terbuat dari kayu tetapi terlihat mewah dengan aksesoris rumah yang menghiasnya.

Alwan mematikan motornya, ia turun dan berdiri di samping motor. Sedangkan Aery termenung melihat tempat yang tadinya ia pikir memang tempat romantis tapi nyatanya, uhh. Ia sudah tertipu oleh pria itu.

Mereka pergi ke sebuah pohon mangga di samping rumah, pohonnya sedang berbuah lebat.

"Ini adalah satu-satunya pohon mangga yang buahnya paling maknyus se kota Padang. Katanya sih ni pohon bibitnya di beli dari luar negeri, tapi si pemilik gak mau ngejual ataupun ngasih buahnya sama orang asing selain anggota keluarganya sendiri. Pelit banget kan, nah sekarang gue mau petik nih mangga, lo tunggu di bawah ya!" Alwan langsung memanjat pohon mangga.

Ia memetik beberapa buah mangga yang telah masak, lalu segera turun kembali.
Alwan mengambil pisau lipat di dalam tasnya, langsung saja dikupas satu kulit mangga dan menyantapnya berdua dengan Aery.

"Eh siapa lu?" tanya seorang inyiak yang mendadak keluar dari rumahnya.

Alwan kaget, ia pikir sang pemilik tidak ada di rumah ternyata ada.

"Oh saya Alwan inyiak, inyiak mau mangga enak loh," jawab Alwan.

Inyiak itu memakai kacamatanya yang di selipkan di kantong baju, ia melihat lebih dekat lalu berteriak,"Maling, maling."

Alwan menarik tangan Aery untuk berlari menjauh dari sana, sedangkan si inyiak tidak terima mangganya dimakan oleh mereka, ia masuk ke dalam rumah mengambil sapu lalu mengejar Alwan dan Aery yang sudah kabur lebih dulu.

Mereka berlari terbirit-birit melewati jalan yang banyak kerikil dan batu besarnya sehingga langkah mereka menjadi agak terhambat. Di belakang, si inyiak mengejar sambil mengayun-ngayunkan sapunya bahkan tidak menyadari bahwa ia hanya memakai kain sarung saja yang dililit menjadi rok.

"Jadi ini tempat romantisnya iya?" maki Aery yang merasa telah masuk ke dalam masalah hanya karena Alwan.

"Aduh mendingan lo gak usah marah-marah deh, sekarang pikirin gimana caranya supaya lolos dari amukan inyiak itu," ucap Alwan di sela larinya.

Di depan sana tampak sebuah rumah dengan pintu yang terbuka lebar, akal Alwan tiba-tiba saja muncul. Ia menarik Aery untuk memasuki rumah bercat kuning itu.

Krik, krik, krik.

Semua penghuni rumah menatap mereka yang berada diambang pintu, bahkan dari dapur keluar seorang wanita dengan sendok penggorengan di tangannya juga ikut menatap. Merasa canggung, Alwan hanya tersenyum menampakkan barisan gigi putih itu.

"Woi mau lari kemana kalian?" teriak inyiak yang berdiri di teras rumah lengkap dengan tatapan mematikan.

Alwan secepat kilat lari dari terkaman singa liar itu dan diikuti oleh Aery di sampingnya. Ternyata inyiak masih sanggup berlari bahkan tidak terlihat kelelahan sama sekali, usia tidak mempengaruhi tulang-tulang sang inyiak.

Mereka tak sengaja menabrak jemuran warga sehingga pakaian yang hampir kering terbang dan berserakan di tanah. Beruntung si pemilik jemuran tidak mengetahuinya kalau iya pasti orang itu akan ikut mengejar juga seperti inyiak.

Keringat sebesar padi bercucuran keluar, dengan napas ngos-ngosan antara hidup atau mati mereka masih melangkahkan kaki untuk berlari menyusuri tempat itu. Aery berhenti karena merasa tidak sanggup lagi, dan Alwan terus memaksanya untuk kembali berlari atau inyiak akan menangkap mereka lalu dicincang untuk dijadikan sate.

Alwan menggenggam tangan Aery, menuntun gadis itu untuk mengikuti arah larinya. Karena kelajuan yang tinggi, mereka menabrak seorang anak kecil sehingga ia menangis karena balonnya terbang ke angkasa. Mendengar tangisan sang anak, ibunya segera berlari keluar rumah dan melihat inyiak yang lari dan menganggap inyiak lah yang sudah membuat anaknya menangis.

Aery dan Alwan kehabisan tenaga untuk berlari lagi, mereka memanjat sebuah pohon yang lumayan rindang. Sedangkan inyiak terus berlari ke arah sana, sambil berteriak,"Maling, maling."

Aery lega melihat sosok inyiak yang sudah menjauh, ia mengatur napas lalu melayangkan tatapan mengerikan ke arah Alwan.

"Udah gak usah liatin gue sampai segitunya, ni minum," memberikan satu botol air mineral pada Aery.

Karena memang sedang kehausan, Aery mengambil air mineral dengan kasar lalu langsung diminumnya.

"Gimanapun caranya kita harus kembali lagi ke rumah itu, kan motor gue masih ada di sana," kata Alwan sambil meneguk air mineral yang ia beli tadi.

Selama 10 menit, mereka bersembunyi di atas pohon. Membiarkan nyamuk-nyamuk dengan bebas menyantap darah segar mereka.

Alwan turun lebih dulu lalu membantu Aery untuk turun juga. Mereka berjalan lagi ke rumah inyiak berharap singa liar itu belum berada di rumah.

Dengan sangat hati-hati mereka berjalan perlahan menuju motor yang terparkir di depan rumah.

"Mau kemana lagi kalian," bisik inyiak memegang kerah baju Alwan.

Mereka berbalik badan, tersenyum hambar.

"Aduh inyiak selalu saja lupa sama cucu sendiri, padahal kami udah datang jauh-jauh dari kota buat ketemu sama inyiak tapi--, ah sudahlah nanti aku bilang sama Ama kalau inyiak nyiksa kita di sini," ucap Aery melepaskan cengkraman inyiak secara perlahan.

"Ya bener tuh, cucunya datang bukan disambut baik-baik eh malah diginiin," sambung Alwan.

"Udah kalian gak usah bohong," bantah inyiak.

"Oh jadi inyiak gak percaya, ya udah aku telpon Ama sekarang nih biar inyiak dimarahin."

Inyiak menghentikan tangan Alwan yang tengah mencari kontak di ponselnya.

"Gak usah, iya inyiak percaya. Ya udah kalian masuk dulu."

Alwan dan Aery berusaha menahan tawanya karena mudah sekali untuk mengelabui kakek tua ini. Mereka di persilahkan masuk ke dalam rumah, di jamu dengan segelas jus mangga, beberapa macam kue.

Tiba-tiba telpon rumah berdering, inyiak segera mengangkatnya sedangkan Alwan dan Aery diam-diam pergi keluar rumah. Mereka mendorong motor agar menjauh dari rumah, Alwan segera menyalakan mesinnya lalu pergi secepat mungkin dari sana.

"Maaf inyiak lama tadi ada tel--"

Lelaki beruban itu kaget ketika Aery dan Alwan sudah tidak ada lagi, ia menendang kursi karena mudah sekali tertipu oleh anak ingusan.

"Puas?" tanya Aery menepuk bahu Alwan.

————————————°♦°

Hai readers jangan lupa Vote dan Komennya, makasih😘

IMPOSSIBLE [Completed]Where stories live. Discover now