Hanya taman sekolah yang belum Alwan kunjungi, tapi mana mungkin Aery akan ada di taman saat hujan begini. Tapi fiarasat Alwan mengatakan bahwa gadis itu ada di sana, dengan segera ia berlari menuju taman sekolah.

"Gue pinjem payungnya bentar, boleh ya?" menghentikan seorang siswi berambut sebahu yang tengah memegang payung biru.

"Boleh, boleh tapi foto bareng dulu ya!" mengambil ponsel di saku dan meminta bantuan kepada murid lain untuk mengabadikan mereka.

Alwan mendapatkan payungnya setelah memenuhi persyaratan yang gadis itu berikan. Alwan menggunakan payung agar tidak kehujanan dan berjalan ke taman. Ia mencari ke setiap sisi taman namun tidak ada Aery di sana, lalu gadis itu dimana?.

Alwan melihat sekilas ada seseorang yang tengah duduk di kursi taman, ia sengaja membiarkan hujan membasahi tubuhnya.
Alwan berjalan mendekat, dan melihat orang itu adalah Aery dengan segera Alwan memayungi gadis yang tengah berdiam diri di kursi taman.

"Lo ngapain di sini? Hujan-hujan lagi?" Alwan menguatkan suaranya karena bunyi hujan yang juga deras.

Aery mendongakkan wajah melihat wajah Alwan, ia hanya diam saja, tidak menjawab pertanyaan dari pria yang tengah memayunginya.

Aery masih membeku, pikirannya tampak kosong. Ia seakan bisu karena tidak mau bicara sedikitpun bahkan untuk satu kata saja. Alwan berlutut di hadapan Aery, satu tangannya masih memegangi payung dan satu lagi menggenggam tangan Aery hingga gadis itu menatapnya.

"Gak usah takut, ada gue di sini," ucap Alwan membuat Aery terus menatapnya.

Akhirnya Aery mau ikut dengan Alwan setelah mendengar kalimat yang cukup menenangkan gadis itu yang tampak ketakutan. Mereka pergi ke arah kantin, selama diperjalanan semua orang menatap sinis Aery yang berada di samping ketua OSIS yang menjadi idaman mereka sejak dulu.

Alwan meminta gadis itu untuk duduk di sampingnya sedangkan Ren dan Hadis kaget melihat kehadiran tamu yang tak diundang.

"Gila ya si Awan, udah punya Rinda masih aja deketin cewek lain. Sedangkan gue boro-boro dua satu aja kagak punya," bisik Ren pada Hadis.

"Justru gue salut sama dia, karena gak nyia-nyiain ketampanan yang Tuhan kasih," balas Hadis.

Ren menjitak kepala temannya itu yang entah bodoh atau idiot, ia jadi kesal sendiri. Ren masih ingat betul akan Aery, gadis yang waktu itu ia tolong karena pingsang, dengan baik hati Ren menyodorkan baksonya untuk Aery, biar dia yang makan nasi uduk aja.

Aery terkejut karena akhir-akhir ini ia selalu waspada dan takut akan hal-hal kecil. Aery menganggap bahwa Ren ingin melukainya, dengan segera ia bangkit dengan penuh ketakutan dari tempat duduk sehingga semua orang yang ada di kantin jadi kaget dibuat olehnya.

"Tolong, tolong dia mau ngebunuh gue, siapapun tolong," rengeknya sambil menunjuk ke arah Ren.

Ren menunjuk dirinya sendiri karena bingung akan tingkah aneh gadis itu yang mengatakan bahwa ia ingin menmbunuh padahal nyatanya bukan begitu. Hadis menghentikan permainannya, ia juga sama bingungnya dengan Reno.

Alwan memeluk Aery di depan orang banyak, ia berusaha menenangkan gadis itu dengan mengatakan,"Jangan takut, ada gue di sini."

Aery masih saja menatap Ren dengan tatapan benci sehingga bulu kuduk pria itu meremang seketika melihat mata horor Aery. Alwan mengambil segelas air putih, dan memberikannya pada gadis yang ada dipelukannya kini.

"Ada gue di sini, gue gak akan biarin siapapun nyelakain lo sedikitpun." bisik Alwan berharap Aery bisa lebih tenang.

Kebetulan Rinda dan temannya melihat kejadian itu, hati Rinda langsung memanas tapi berusaha diredamnya. Ia tidak ingin mencari keributan di sini, atau repotasinya nanti bisa hancur.

Melihat pacar sendiri memeluk gadis lain, siapa sih yang gak marah? Gak cemburu? Dan pasti pengen banget labrak cewek yang udah jadi PHO dihubungan kita tapi tunggu tanggal mainnya aja. Itulah yang sedang dirasakan dan dipikirkan  oleh Rinda saat ini, bahkan Alwan tidak pernah menggenggam tangannya apalagi sampai memeluk seperti yang tengah ia lihat saat ini.

Ia cabut dari kantin, sedangkan teman-temannya hanya bertanya,"Rin, lo kok diam aja sih?"

Hadis meneguk susu panasnya, karena merasa ada sesuatu yang mengganjal kerongkongannya saat ini. Sedangkan Alwan harus membawa gadis itu pergi dari kantin, untuk sementara waktu ia harus jauh dari jangkauan orang-orang maksudnya Alwan harus membawa Aery ke tempat yang lebih tenang dan jauh dari keramaian.

Perpustakaan, menjadi pilihan yang tepat secara perpustakaan memang minim pengunjung sesekali harus ada yang berkunjung dan membaca buku-buku yang telah berdebu karena sudah lama tak tersentuh. Alwan membawa Aery ke sana, mereka mencari tempat duduk yang pas dan memberikan waktu untuk gadis itu menenangkan dirinya sendiri.

Melihat Aery yang sudah tampak lebih tenang, Alwan mengambil salah satu novel yang bergenre komedi untuk dibacakan pada Aery agar ia bisa sedikit terhibur.

Sambil membacakan novel, kipas angin sengaja diarahkan ke posisi mereka agar dapat mengeringi baju mereka yang basah terutama baju Aery. Alwan memperagakan beberapa adegan yang ada di dalam cerita, ia kadang bertingkah konyol sehingga guru yang menjaga perpustakaan menahan tawa melihatnya.

Sedangkan Aery masih saja diam, ia memang memperhatikan Alwan namun hal itu tidak berpengaruh apapun terhadapanya. Yang ada dibenak Aery hanyalah ketakutan, ketakutan dan ketakutan.

Merasa tindakannya hanya percuma saja, Alwan memilih untuk duduk di samping Aery.

"Dulu gue takut banget sama kucing entah kenapa menurut gue kucing itu serem, kukunya tajam, matanya horor. Pernah suatu hari saat pulang sekolah gue ngeliat seekor kucing yang bakal ditabrak oleh truk. Waktu itu gue panik banget sampai akhirnya ada keberanian yang muncul untuk ngelawan rasa takut itu dan kucingnya berhasil gue tolong. Terkadang kita harus ngalahin sendiri rasa takut itu, jangan biarin rasa takut yang ngendaliin hidup kita tapi kita sendirilah yang harus mengubah rasa takut itu menjadi sebuah keberanian," ucap Alwan agar dapat mengubah sudut pandang Aery.

Aery tampak berpikir keras akan perkataan Alwan barusan, ia harus melawan rasa takut itu tapi mungkin butuh waktu. Alwan tersenyum menampakkan lesung pipinya, dan Aery terlihat lebih santai walaupun ia masih enggan berbicara.

"Nanti pulang sekolah tunggu gue di gerbang sekolah, jangan pergi kemana-mana selain sama gue okay," Alwan pergi meninggalkan Aery karena hari ini ia ada pertemuan penting dengan pelatih basket.

Aery juga pergi dari perpustakaan menuju kelasnya seorang diri hanya kata-kata Alwan tadi yang membuatnya lebih berani.

——————°♦°

Hai readers jangan lupa Vote dan Komennya, terimakasih😘

IMPOSSIBLE [Completed]Where stories live. Discover now