"Maaf, maaf gue gak sengaja," Aery menjulurkan tangannya.

Pria itu menarik tangan Aery sehingga ia sama-sama basah kuyup oleh hujan. Aery mendecah kesal sambil menyeringai menatap wajah orang yang ada di sampingnya kini.

"Baju gue jadi kotor kek gini dan semua itu karena lo Alwan, gue gak terima," Aery mengambil segenggam lumpur lalu melemparnya ke arah Alwan.

Namun dengan mudahnya Alwan menghindar, Aery mengejarnya karena tidak terima atas apa yang telah ia lakukan.

"Oke, oke gue minta maaf. Tapi sekarang lo harus ikut gue," Alwan menarik Aery dan memaksa gadis itu naik ke motornya untuk pergi ke suatu tempat.

Alwan memasuki sebuah toko ice cream dan membeli dua buah rasa vanilla. Aery yang menunggu di motor penasaran apa yang tengah pria itu beli di toko sesekali ia mengintip dibalik kaca.

"Ni buat lo," memberikan satu ice cream pada Aery.

Gadis itu tampak kaget karena Alwan memberikannya ice cream disaat hujan seperti ini. Aery hanya menggeleng, ia tidak mau sakit hanya karena itu sedangkan Alwan menghabiskan keduanya dengan lahap setelah menerima penolakan dari Aery, tidak mungkin ia membuangnya kan mubazir.

Angin berhembus lumayan kuat, hujan turun sangat deras, di trotoar jalan pejalan kaki menggunakan payung dan jas hujan agar tidak kehujanan. Sedangkan mereka tidak menggunakan itu sama sekali, setelah menghabiskan ice creamnya Alwan membawa Aery yang tampak kedinginan agar segera sampai di rumah.

Namun motor Alwan mogok dan tidak mau menyala, padahal bensinnya penuh, oli baru diganti, lalu apa yang salah?. Aery hanya menggeleng dan berjalan sendirian meninggalkan Alwan yang tengah sibuk menyalakan motornya itu.

Baru kali ini motor Alwan mogok seperti ini, ia menendang motornya karena kesal lalu berlari menyusul Aery yang lebih dulu pergi hujan-hujanan.

"Maaf," ucap Alwan yang merasa bersalah.

Semakin lama hujan semakin lebat sehingga udara semakin mencekam. Alwan melepaskan baju kemeja yang ia kenakan untuk melindungi Aery dari hujan setidaknya gadis itu tidak terlalu kehujanan.

Aery mendongak ke atas melihat ada yang melindunginya dari hujan, ia melihat Alwan sejenak dan kembali fokus pada jalanan agar secepatnya sampai ke rumah yang tidak jauh lagi.

"Ayo masuk," perintah Aery.

"Pak Buyuang," teriaknya.

"Iya ada apa non."

"Pak pinjemin dia baju," lalu pergi ke kamarnya.

Pak buyuang membawa Alwan ke kamarnya untuk mencarikan pria itu baju ganti, tidak mungkin baju basah itu yang terus saja ia kenakan.

Setelah selesai mandi dan memakai baju pemberian pak Buyuang yang agak longgar dan kusam tapi masih layak untuk dipakai, ia duduk di sofa rumah dan tertidur disana.

Sedangkan Aery merendam diri dengan air panas, pas untuk cuaca seperti ini yang dingin. Selesai mandi, Aery mengacak isi lemari yang lebih tinggi darinya dan berwarna cokelat. Matanya meneliti setiap isi lemari, apa yang harus ia kenakan hari ini.

Akhirnya Aery mengambil baju dengan model over sized T-Shirt berwarna merah maron yang lumayan tebal cukup untuk menghangatkan tubuhnya, baju itu dipadukan dengan skinny jeans.

Aery mengikat acak rambutnya, lalu merebahkan diri sambil mendengarkan lagu yang sama berulang kali. Ia akan selalu memutar lagu yang sama sampai dapat menghafal liriknya dengan sempurna.

Tiba-tiba Aery merasa haus, ia ingin meminum teh jahe hangat tapi bi Supiak tidak kunjung datang setelah beberapa kali di panggil. Mau tidak mau ia sendiri yang harus turun tangan ke dapur, mungkin bi Supiak sibuk dengan pekerjaan lain.

Aery berjalan ke dapur, namun di sofa ia melihat Alwan yang tengah tertidur dan tampak kedinginan. Aery tidak peduli, ia melanjutkan jalannya ke dapur untuk membuat teh. Diambilnya 200 ml air, jahe yang telah dikupas, teh dan gula semua itu dimasukkannya ke dalam panci berukuran mungil. Aery menunggu beberapa saat agar airnya mendidih, tak lama teh jahepun siap dihidangkan.

Aery menuangkan teh jahe ke cangkir, ditiup-tiupnya supaya tidak panas lagi. Ia meneguk perlahan, ya walaupun rasanya tidak seenak buatan bi Supiak tapi ini lebih dari cukup yang penting bisa diminum.

Aery bersandar pada sebuah kursi klasik yang ada di dapur, membiarkan teh jahe menghangatkan tubuhnya. Setelah puas dan tidak haus lagi, ia berjalan kembali menuju kamar tapi Alwan yang tampak kedinginan membuat Aaery tidak tega.

Gadis itu mengambil selimut di kamar, lalu diselimutkannya Alwan yang tengah terlelap. Tak sengaja Aery menyentuh kening Alwan yang ternyata terasa panas, merasa khawatir ia menempelkan telapak tangannya ke kening Alwan, ok fix ni cowok memang deman kayaknya.

Tadi sok-sok'an mandi hujan, makan 2 ice cream sekaligus saat cuaca seperti itu sudah dapat dipastikan ia akan demam seperti ini.

Aery kembali pergi ke dapur untuk mengambil air panas dan handuk kecil. Ia menenteng mangkok besar berisi air panas menuju ke arah Alwan. Wadah itu Aery letakkan di atas meja di dekat sofa, lalu tangannya mulai ceketan mengompres kepala Alwan yang sedang panas tinggi.

Aery menatap wajah pria itu, hidungnya tampak memerah, wajahnya pucat dan kelihatan lesu. Aery menggeser rambut Alwan yang menutupi keningnya, tanpa sadar Aery sekilas tersenyum.

Ia duduk di lantai dengan kedua tangan bertengger di pinggir sofa, Aery tertidur dengan kepala berada di samping bahu Alwan yang juga tertidur pulas.

1 jam kemudian, Alwan tersentak. Perlahan ia memaksakan kelopak matanya untuk membuka, merasakan sakit di bagian kepala membuatnya meringis. Merasa ada yang mengganggu di kepalanya, Alwan meraba di sekitar itu dan menemukan sebuah handuk kecil yang lembab.

Ia memalingkan kepalanya ke kanan dan mendapati Aery yang tengah tertidur dengan kepala di pinggir sofa serta tangan Aery yang menggenggam tangan kanan Alwan.

Pria itu berusaha bangkit dari sofa tanpa menciptakan suara agar gadis yang disampingnya tidak terbangun. Alwan mengangkat tubuh Aery, merebahkannya perlahan di atas sofa lalu menyelimuti gadis itu.

Alwan pergi keluar dari rumah, kebetulan hujanpun sudah reda. Segera saja ia pergi kembali ke toko ice cream tempat dimana motornya terbengkalai di sana seorang diri. Karena jaraknya tidak terlalu jauh, 10 menit berjalan akhirnya Alwan sampai di toko dan langsung menyalakan motornya, tapi kali ini tidak mogok melainkan langsung menyala.

Ternyata mogok itu hanya akal-akalannya saja agar dapat berjalan bersama Aery saat hujan turun. Alwan memijat kepalanya yang masih terasa pusing, ia memaksakan diri untuk mengendarai motor agar cepat sampai ke rumah karena sudah rindu pada ranjang empuknya serta boneka Sizuka.

----------+++

Hallo readers jangan lupa Vote dan Komennya, Terimakasih😘

IMPOSSIBLE [Completed]Where stories live. Discover now