Dulu Aery tidak menyukai boneka ataupun miniatur lainnya ada dikamar, menurut Aery itu hanya menyampah saja, namun sekarang ia justru mengkoleksi semuanya. Mungkin Aery kena karma saat mengatakan, "Itu hanya menyampah saja."

Buktinya kamar Aery sekarang penuh dengan berbagai macam boneka. Aery adalah manusia, ia butuh yang namanya sosial tetapi itu hanya angan-angannya saja, justru Aery lebih suka berteman dengan boneka daripada manusia.

Terkecuali dengan seekor kucing liar yang selalu saja datang saat Aery tengah makan siang di taman sekolah. Bahkan ia telah menamai kucing itu dengan nama Brian, entahlah Aery hanya asal saja memberi nama padahal kucing itu berjenis kelamin betina.

Setelah puas menyapa seluruh teman bonekanya, Aery segera membersihkan diri dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah yang dipenuhi orang-orang yang tidak Aery suka sama sekali. Terutama Salsa, dia adalah sekretaris di kelas XI IPA 2 yang suka bergosip murahan sesama geng rumpinya.

Salsa selalu saja mencari kesalahan Aery, bahkan menyuruh semua murid di kelas XI IPA 2 agar menjauhi Aery yang tidak tau menau apa kesalahannya. Jika dipikir-pikir lagi, Aery memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengannya.

Pertama, Aery dikarunia oleh Tuhan wajah yang mampu melelehkan hati kaum Adam sedangkan Salsa hanya bermodal tampang yang dibawah rata-rata.

Kedua, Aery diciptakan Tuhan dengan otak cerdas tapi belum melebihi kepintaran Albert Einsten yang mengatakan 4+1=6. Sedangkan Salsa pintar karena berlaku sok pintar, karena kepintarannya ia selalu salah saat penjumlahan ataupun pengurangan.

Masih banyak kelebihan lainnya, tapi bukan berarti Salsa tidak memiliki keunggulan yang bahkan tidak Aery miliki.

Ada kelebihan Salsa, namun hanya beberapa saja. Salah satunya, Salsa diberi Tuhan suara yang tidak akan habis sampai pita suaranya rusak. Buktinya saja, Salsa selalu menggosipkan orang, selalu bernyanyi jika tidak ada guru walaupun ia sadar suaranya bisa memecahkan gendang telinga orang lain.

Setelah selesai membersihkan badan, memakai seragam, sedikit mempercantik penampilannya, memasukkan buku-buku pelajaran, mengatakan salam perpisahan kepada kaum bonekanya, Aery segera turun ketika suara klakson mobil Abak beberapa kali berbunyi.

"Yuk Bak," kata Aery.

Abak kembali ke jalan raya, ia terlebih dahulu mengantar Aery ke sekolah dan setelah itu pergi ke kantor.

"Abak, bisa jemput Aery nanti pulang sekolah?" tanya Aery sambil menatap Abak penuh harapan.

"Hmm," Abak hanya berdehem.

"Oh nggak bisa, ya udah Aery bisa kok naik bus," jawab Aery kesal, bahkan ia tidak pernah naik bus kota sebelumnya.

"Iya, iya nanti Abak jemput deh. Aery kalau cemberut mirip mak lampir deh," balas Abak.

"Abak, masa' Aery disamaiin kayak mak lampir, ya bedalah Bak," ketus Aery yang mencubit pinggang Abak sehingga Abak tertawa.

Aery ikut tertawa juga melihat ekspresi lucu ayahnya, sudah lama ia tidak bercanda dengan Abak lagi.

"Udah sampai," ucap Abak saat sampai di depan gerbang sekolah Aery.

Mereka turun dari mobil, Abak berdiri di samping mobil sambil melihat Aery memasuki gerbang sekolah.

"Abak tunggu," teriak Aery sambil berlari ke arah Abak.

"Ada apa lagi sayang, ada yang ketinggalan?" tanya Abak yang kebingungan.

Aery hanya menggeleng saja, ia memeluk Abak dengan penuh kehangatan, memeluknya dengan erat.

"Abak, Aery rindu," kata Aery menyentuh batin Abak seketika.

IMPOSSIBLE [Completed]Where stories live. Discover now