"Nama gue Reno Dasha Arziki, kapten tim sepakbola, lo pasti tau kan? ya ya ya pasti lo mau banget foto bareng sama cowok tampan kayak gue, ya udah karena gue lagi baik lo boleh foto sama gue. Tapi gue nggak pernah liat lo sebelumnya, lo siapa?"

Aery masih diam saja, bahkan tidak senyum atau membalas pertanyaan Ren. Aery menatap pria itu tanpa ekspresi sedikitpun, hanya datar saja. Ren menyunggingkan seulas senyuman yang selama ini menjadi senjata ampuh untuk menaklukkan hati para gadis tapi nyata Aery tidak bergidik sama sekali.

Ren merasa aneh sekaligus kesal, baru kali ini ada cewek yang sedingin ini padanya. Aery mengalihkan pandangannya kembali pada bendera, sesekali ia menurunkan tangannya karena terlalu lama hormat.

"Gue yakin, ni cewek pasti gangguan jiwa kalau dia waras dia nggak bakalan nyuekin gue kayak gini. Ini kali pertama ada cewek yang nggak mau ngomong sama gue, biasanya kan mereka ngemis-ngemis dulu," ucap Ren pada dirinya sendiri.

30 menit berlalu, Ren sudah berkeringat disekujur tubuhnya begitu juga dengan Aery. Akhirnya Ren tidak sanggup lagi, iapun memilih untuk pergi dari lapangan bodo amat sama buk Tari, toh dari dulu dia sudah tidak menyukai guru itu.

"Ehh lo nggak capek apa? mending kita ke kantin, gue traktir deh," ajak Ren sebelum ia benar-benar pergi.

Aery menatap Ren, kini wajahnya semakin pucat dan tampak lesu. Dalam selang beberapa detik Aery kehilangan kesadarannya dan beruntung ada Ren di sana sehingga Aery jatuh ke pelukan Ren.

Melihat gadis yang berada dipelukannya sekarang, membuat Ren cemas segera saja ia menggendong Aery menuju UKS sekolah.

Pak Anton yang kebetulan melihat Ren menggendong Aery juga ikut menyusul ke UKS. Di UKS ada buk Tuti guru Biologi yang kebetulan pembina UKS di SMA Bantaria. Ren segera membaringkan Aery di kasur dan setelahnya buk Tuti yang melakukan.

"Ren, murid itu kenapa?" tanya pak Anton yang kebetulan pembina dari tim sepakbola dan dia sangat mengenal Ren.

"Pingsan karena kelamaan hormat dilapangan pak," jawab Ren yang masih menatap Aery cemas.

"Pasti ada masalah sama pak Budi atau nggak sama buk Tari, kayak gini deh jadinya" sambung buk Tuti.

"Ya sudah, sekarang kamu boleh pergi kebetulan bel istirahat baru aja bunyi, biar ibuk yang jaga dia disini."

"Baik buk, saya permisi dulu," meninggalkan UKS dan beranjak pergi ke kantin.

Akhirnya Ren terbebas juga dari omelan dan hukuman buk Tari si nenek lampir. Ren memesan jus mangga dan bakso karena dari tadi ia sudah kelaparan.

"Woi bro, lo udah stay aja di sini? gimana tadi ama hukumannya pasti lo diliatin cewek-cewek kan terus muji-muji ketampanan lo, dan mereka bawain air mineral buat kapten tampan ini," ledek Alwan sekaligus memuji.

"Lo ingat kan sama cewek tadi pagi," tanya Ren sambil meminum jus mangganya.

"Yang hormat dilapangan itu?" merebut paksa jus Ren lalu meminumnya juga.

"Iya, tu cewek nyuekin gue gitu aja dia dingin banget dan gue nggak pernah liat cewek itu sebelumnya."

"Waw, akhirnya ada juga cewek yang waras." duduk sambil melipat tangan diatas meja kantin.

"Maksud lo apaan?"

"Selama ini semua cewek bilang lo itu tampan, tapi nyatanya nggak kalau menurut gue tampang lo itu pas-pasan jadi kalau ada yang terpesona sama lo berarti mereka gila, nggak waras," canda Alwan membuat Ren naik pitam.

"Maksud lo gue jelek, iya?"

"Eitss santai bro, gue cuma bercanda," menepuk punggung Ren.

"Hmm gue penasaran banget sama tuh cewek, gimanapun gue harus ketemu sama dia lagi," ucap Ren.

"Serah lo aja deh," balas Alwan yang menyendok bakso Ren.

---------------++++

Aery sadar 30 menit sebelum bel pulang berbunyi, ia tidak ingin pergi ke kelas karena tidak ingin mendengar umpatan atau gosip buruk tentangnya. Kebetulan buk Tuti ada jam jadi ia harus mengajar dan meninggalkan Aery sendirian saat masih pingsan tadi.

Aery bersandar pada punggung kasur, menunggu bel pulang berbunyi. Sambil menunggu Aery melihat-lihat ruangan Uks dan peralatan yang ada didalamnya.

Tak lama bel pulang berdering, Aery menunggu 10 menit setelah mendengar bel pulang, ia berharap agar kelasnya sudah kosong oleh teman-teman sekelasnya itu. Dan benar saja, kelas Aery sudah sepi dengan segera ia membereskan buku-buku, memasukkannya ke dalam tas lalu pergi ke gerbang sekolah.

Seperti biasanya, pak Buyuang telah siap siaga menunggu Aery di depan gerbang. Aery melambaikan tangan pada sopirnya yang berdiri di depan gerbang.

"Maaf pak Aery lama," masuk ke dalam mobil.

"Nggak apa-apa kok non," jawab pak Buyuang.

Mobil melaju menjauh dari sekolah, Aery melihat banyak murid yang pulang dengan teman-teman mereka, saling bercanda, bergurau dan bergosip bersama. Aery merindukan hal itu, yang kini tidak bisa ia dapatkan di SMA Bantaria.

Pak buyuang fokus menyetir mobil, memperhatikan jalan dan kendaraan yang ada di depan.

"Pak, Ama sama Abak udah pulang," tanya Aery.

"Sudah non," jawab pak Buyuang yang masih mengemudi.

Tepat di depan gerbang rumah, tampak bi Supiak sedang membukakan gerbang agar mobil dapat masuk ke dalam rumah. Pak Buyuang memarkirkan mobil di depan rumah, Aery segera turun namun dari dalam rumah ia mendengar dengan jelas suara teriakan.

Aery merasa khawatir ia segera masuk ke dalam rumah, pemandangan yang pertama kali Aery lihat adalah Abak dan Amanya bertengkar lagi.

"Abak Ama, berhenti," berlari menghampiri mereka.

Ama mendadak mendapat telfon, saat Ama akan mengangkatnya Abak lebih dulu menepis tangannya sehingga hp Ama terlempar ke lantai.

"Pasti selingkuhan kamu yang nelfon, iya kan?" bentak Abak penuh emosi.

"Jangan sok tau kamu ya, itu rekan kerja aku, aku nggak kayak kamu yang suka selingkuh," Ama juga naik pitam.

Aery melihat tangan Abak yang akan menampar Ama dengan segera ia berdiri di depan Amanya sehingga Aerylah yang tertampar oleh Abak. Tamparan itu begitu kuat sehingga Aery terhuyung ke samping dan keningnya membentur akuarium.

"Aery," teriak Abak dan Ama, mereka menghampiri Aery.

Aery menatap orangtuanya penuh kebencian, ia bangkit dan meninggalkan rumah sama seperti kemarin. Abak dan Ama berusaha menyusul namun mereka kehilangan jejak Aery.

Aery tidak tahan lagi akan semua ini, terlintas dibenaknya untuk pergi ke suatu tempat yang bisa menghilangkan beban pikirannya dengan sekejap. Dengan kening yang berdarah Aery berjalan terus hingga sampai di depan Bar yang kemarin telah ia datangi.

"Hanya minuman yang akan menyelesaikan semua ini," ucap Aery dengan amarah.

-----------------+++++

Hai semua aku up lagi. Aku butuh Vote dan Komen kalian para readers jadi jangan pelit-pelit ya.

Luv You All
Thank you.

IMPOSSIBLE [Completed]Where stories live. Discover now