Bab 8

53.7K 4.4K 61
                                    

Diam-diam aku menarik nafas lega ketika Argenta memutuskan kontak mata di antara kami. Dia segera berbalik ke pintu untuk keluar dari dalam kafe.

"Ada apa?" Tanya Pria yang dihadapanku di sela sela kunyahannya. Sepertinya dia menyadari kegelisahanku.

"Tidak apa-apa" jawabku datar. Mendengar jawabanku dia kembali melanjutkan makannya yang sempat terhenti. Sementara aku memilih untuk menyudahi makanku. Sekilas aku melihat pria itu menatap isi pringku yang belum habis. Pria yang dihadapanku memperhatikan piringku.
Hanya saja dia diam tidak berkomentar apapun.

Hingga pria tersebut menghabiskan makanannya hujan belum juga reda. Waktu terus berjalan. Malam semakin larut. Beberapa pengunjung telah meninggalkan kafe ini. Kini pengunjung tinggal sedikit. Angin yang kencang membuat udara semakin dingin. Dan itu membuatku tidak nyaman. Sedangkan untuk pulang ke rumah aku malas.

Aku kembali mengambil sebatang rokok dari dalam tasku. Aku berharap semoga bisa membantu untuk menghangatkan badanku. "Mau?" Tawarku kepada pria yang didepanku.

Dia menggelengkan kepalanya, "aku tidak merokok" tolaknya halus . Penolakannya membuatku berat untuk melanjutkan membakar rokokku.

"Jangan khawatir aku tidak masalah dengan asap rokok." Lanjutnya dengan senyum jenaka. Sepertinya pria ini dapat menebak pikiranku.

Mendengar ucapannya aku kembali meneruskan membakar rokokku. Tepat seperti dugaanku, ketika aku menghisap nikotin yang ada di tanganku tubuhku sedikit dilingkupi kehangatan. Diam diam aku melihat reaksi pria yang dihadapanku sekarang.Ternyata benar seperti yang dikatakannya dia sama sekali tidak masalah dengan kelakuanku.

Aku tersenyum miris melihat posisi kami sekarang. Dulu saat sebelum aku meninggalkan Indonesia, aku paling benci dengan benda yang kuhisap saat ini. Aku tidak tahan dengan asap rokok. Di keluargaku tidak ada yang merokok. Bahkan salah satu alasanku dulu menyukai Argenta adalah dia pun tidak merokok. Tapi lihatlah sekarang. Bukan hanya fisikku yang berubah selama tujuh tahun terakhir ini, kini kelakuanku pun turut berubah. Apa yang kubenci dulu sekarang telah kulakukan. Kalau dulu ada yang merokok di dekatku aku langsung meninggalkannya. Sekarang dengan santainya aku merokok dihadapan pria yang tidak kukenal. Bahkan parahnya lagi pria tersebut tidak merokok. Aku jadi penasaran membayangkan bagaimana reaksi keluargaku melihatku seperti ini.

Tidak ada komunikasi yang terjalin di antara kami. Aku yang asik dengan rokokku, dan dia yang asik melihat ke luar jendela sambil melamun. Namun anehnya aku sama sekali tidak risih ditemani oleh pria asing ini.

Setelah menghabiskan beberapa batang rokok perlahan lahan hujan mulai reda. Aku melihat jarum jam telah menunjuk di angka sebelas. Pengunjung yang tersisa hanya tinggal kami berdua. Para pelayan telah bersiap siap untuk membereskan kafe. Itu artinya sebentar lagi waktunya mereka tutup. Aku segera memanggil salah seorang pelayan untuk membayar makananku. Begitu juga dengan pria yang dihadapanku, yang lucunya hingga sudah selama ini kami bersama tidak ada niatan diantara kami untuk berkenalan. Pria yang dihadapanku bukan pria yang jelek sehingga membuatku malas berkenalan. Kalau boleh di beri nilai aku tidak segan memberinya nilai mendekati sepuluh. Aku menebak kami tidak di usir dari tempat ini adalah karena pesonanya yang mampu menyihir para pelayan di tempat ini. Walaupun kami saling diam tapi aku dapat mengamati sedari tadi baik seluruh pengunjung maupun para pelayan perempuan yang bekerja tidak ada yang luput memperhatikannya. Hanya saja malam ini aku sedang malas berbasa basi. Dan kelihatannya pria yang dihadapanku sekarang pun tidak berbeda dariku.

Setelah kami membayar pesanan kami, aku terlebih dahulu berjalan ke luar meninggalkannya di belakangku. Aku menatap ke jalanan mencari taxi yang lewat untuk mengantarku pulang ke rumah. Sayangnya tidak ada yang muncul sampai sekarang. Aku berpikir seandainya ponselku tidak mati karena kehabisan batre mungkin taxi online adalah pilihan yang bagus untuk saat ini. Tanpa perlu menunggu lama seperti yang kulakukan sekarang.

Terukir Indah NamamuWhere stories live. Discover now