Bab 18

58.2K 5.2K 562
                                    

  Saya senang sekali melihat Followers @ raschaqouren sudah tembus 1k. Saya hanya bisa bilang terimakasih banyak buat teman teman yang mengikhlaskan matanya buram hanya untuk membaca tulisan saya yang banyak salahnya.😆😆😆

Bahkan tidak sedikit yang mau menghabiskan kuotanya hanya untuk menekan tanda bintang  dan juga mau berpartisipasi dalam memberikan komentar😇😇😇
Padahal tulisan saya jauh dari kata layak, namun tetap saja teman teman berbaik hati mau membacanya bahkan mengomentarinya. Jadi sekali lagi saya mohon semoga teman teman semua tidak bosan untuk memberi saran dan juga kritik agar jadi bahan pembelajaran bagi saya untuk kedepannya.
Seandainya kita dapat bertemu di dunia nyata saya akan membungkukkan badan untuk mengucapkan rasa terimakasih saya kepada teman teman semua.😊😊😊

Hari ini aku sengaja pulang cepat dari kantor. Sore ini aku akan pergi menemani Frans menghadiri pembukaan kafe nya Arman. Sedari pagi Frans sudah mengingatkanku untuk jangan lupa datang. Semalam Frans telah mengirimkan alamatnya. Kami janjian untuk bertemu langsung di kafe milik Arman.

Berkali kali aku mematut diriku di cermin. Aku tidak ingin pertemuanku dengan Arman mengecewakan. Setelah merasa penampilanku telah ok, maka aku segera keluar dari kamar.

"Mau kemana anak papa sudah cantik begini?" Tanya papa setelah melihatku turun dari tangga.

Aku tertawa mendengar pujian papa. "Mau ke acara teman,pa." Ucapku memberitahu.

"Ada acara apa rupanya?" Papa terlihat penasaran

"Ada teman yang buka kafe baru, pa." Jelasku.

Papa terlihat manggut manggut. "Ya sudah, hati hati nyetirnya. Jangan pulang larut malam." Pesan papa mengingatkanku. Tak lupa mengelus kepalaku dengan sayang.

"Beres, pa." Ucapku sebelum pamit meninggalkan papa.

Sebelum bertemu dengan Frans, aku menyempatkan diri membeli sebuket bunga untuk kuberikan nanti kepada Arman. Tidak enak kalau datang dengan tangan kosong.

Setibanya di kafe milik Arman, aku melihat Frans telah berdiri di parkiran menungguku.

"Sudah lama menungguku?" Tanyaku setelah keluar dari dalam mobil.

Frans tersenyum kepadaku  "Baru saja."

Mendengar ucapan Frans aku menjadi lega. Aku tidak enak bila Frans menungguku lama.

Frans mengalihkan perhatiannya kepada bunga yang ada di genggamanku.

"Apa itu?"

"Bunga."

Frans terkekeh, "Aku tahu. Maksudnya, untuk apa kamu membawa bunga?"

"Untuk Arman. Tidak enak kalau kita tidak membawa apa apa." Ujarku menjelaskan.

"Wow, ternyata kamu perhatian sekali. Aku tidak percaya tidak ada maksud di balik bunga itu. " Frans menunjuk bunga yang ditanganku dengan dagunya.

Aku mendelik kesal melihat Frans yang tertawa meledekku. Dengan cepat aku meninggalkannya berjalan sendirian di belakangku.

Begitu kami masuk ke dalam kafe, Arman langsung datang menyambut kami.

Arman dengan pesonanya selalu membuatku terpana.

"Terimakasih sudah mau datang." ucap Arman setelah ber tos ria dengan Frans. Aku yang berdiri di samping Frans hanya ikut tersenyum melihat interaksi mereka.

Selesai dengan Frans Arman mengalihkan perhatiannya kepadaku, "Joana, kan?"

Bukan main senangnya diriku mengetahui Arman ternyata masih mengenaliku.

Terukir Indah NamamuWhere stories live. Discover now