Bab 10

53.6K 4.1K 109
                                    

Pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang. Sayangnya kata-kata mutiara itu tidak berlaku bagiku. Dalam kasusku, seandainya aku tidak mengenal siapa Josan kupastikan kalau aku menyayangi bocah tersebut. Josan adalah bocah manis yang menggemaskan. Tidak bandel, sedikit pendiam, dan jangan lupakan wajahnya yang tampan, warisan dari ayahnya, membuat siapapun yang melihatnya pasti akan jatuh hati. Kecuali diriku.

Sudah dua minggu kehadiran Josan di rumah. Sebisa mungkin aku menghindari bertemu dengannya. Dan sepertinya secara tak langsung keluargaku juga menyetujui tindakanku. Lagipula Josan tidak membutuhkan bantuanku. Argenta telah membawa dua orang yang akan mengurus segala keperluan anaknya selama tinggal di sini. Jadi kalau dihitung seminggu lagi Josan akan meninggalkan rumah ini. Kuharap hingga ia pergi tidak ada masalah yang ditimbulkannya berkaitan denganku.

"An, jalan-jalan yuk..." hari ini adalah hari minggu. Aku terkejut ketika mbak Rita tiba tiba masuk kedalam kamarku.

"Mas Indra mana?"tanyaku heran. Kalau tidak salah tadi aku mendengar suara Mas Indra dari lantai bawah.

"Lagi ngajak anak-anak berenang. Bosan mbak ikut jalan-jalan sama mereka. Tempatnya itu itu aja."

Aku tersenyum mendengar keluhan mbak Rita yang terdengar seperti orang merajuk. Aku tidak dapat menyalahkannya bersikap seperti itu. Hampir setiap minggu semenjak kepulanganku ke Jakarta aku menyaksikan mas Indra mengajak keluarganya, kalau tidak ke wahana bermain, kebun bintang, atau ke kolam renang. Adapun jalan jalan ke mall ujung ujungnya pasti ke tempat bermain juga. Aku tidak menyangka mas ku itu berubah menjadi family man sejati.

"Ya sudah, kita mau jalan ke mana hari ini?" Aku memutuskan untuk menemani mbak Rita hari ini. Hitung hitung aku belum pernah jalan bareng dengannya setelah kepulanganku.

"Serius kamu?"

"Iya." melihat mbak Rita yang langsung ceria membuatku jadi ikut tersenyum. "Ya sudah, mbak tunggu aku di bawah dulu. Aku siap siap bentar ya,"

"Jangan lama lama ya An," ucap mbak Rita, sebelum meninggalkan kamarku.

Tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan dandananku. Kali ini pilihanku jatuh pada kemeja longgar berbahan satin dengan skiny jeans. Rambut sebahuku kubiarkan tergerai. Ditambah sedikit sentuhan make up untuk mempercantik wajahku. Setelah selesai, aku langsung menemui mbak Rita yang sudah menungguku di ruang tengah sendirian.

"Kok sepi mbak, pada kemana yang lainnya?" Aku heran melihat papa dan mama tidak terlihat sama sekali.

"Pada ikut semua."

"Tahu gini mending kita sekalian ikut aja ya, mbak. Kan asik rame rame."ujarku menggoda mbak Rita.

"Ogah."

Aku tertawa melihat wajah cemberut mbak Rita. Andaikan pun aku diajak siapa juga yang mau?. Setelah pamit kepada bi Sumi kami langsung jalan. Di dalam mobil kami isi dengan ocehan ocehan tak jelas. Mbak Rita adalah orang yang humoris. Selama di perjalanan aku bersyukur aku tidak menabrak orang karena sibuk tertawa mendengar leluconnya.

Usai memarkirkan mobil, setelah lama kami mencari tempat yang kosong, kami keluar dari dalam mobil. Udara pengap dalam basement langsung menyergap penciuman kami.

"Kita kemana dulu mbak?" Aku bertanya kepada mbak Rita setelah kami berada dalam mall. Seperti biasa setiap akhir pekan mall adalah tempat paling ramai di kunjungi.

"Kita ke salon dulu ya An, mbak sudah lama nggak perawatan."

"Siap itu kemana lagi?"

Mbak Rita mengerlingkan matanya dengan jenaka,"Shoping dong."

Terukir Indah NamamuWhere stories live. Discover now