Bab 6

55.9K 4K 57
                                    

Walaupun sulit, akhirnya dengan berat hati aku memutuskan untuk menuruti permintaan papa. Keputusanku untuk menetap di Indonesia disambut baik oleh seluruh keluargaku.

Efek positif yang kudapat dari keputusanku adalah aku melihat dimana kesehatan papa berangsur angsur membaik.

Setelah tiga minggu dirawat di rumah sakit, kami sekeluarga dibuat gembira saat dokter mengatakan bahwa papa dinyatakan sudah boleh pulang ke rumah.

Menyambut kepulangan papa ke rumah, mama berencana akan mengadakan makan malam bersama. Tidak ada orang lain, kali ini hanya khusus kami sekeluarga.

Yang jadi permasalahannya bagiku adalah, kini di keluarga kami kata sekeluarga bukan lagi hanya di isi dengan papa,mama, dan kami anak anaknya. Sekarang semua berubah menjadi bertambah dengan adanya menantu dan para cucu yang menjadi pelengkap keluarga kami. Itu artinya Argenta dan Josan ikut hadir di acara makan malam tersebut.

Seharian ini aku sibuk memikirkan cara mengelakkan agar tidak menghadiri acara makan malam nanti. Bayanganku tentang bagaimana nantinya aku duduk semeja bersama Argenta dan anaknya membuatku sakit kepala.

Jam demi jam berlalu, waktu terus berjalan, tak terasa malam pun tiba. Sayangnya tak ada satu pun alasan yang dapat kugunakan untuk menghindari makan malam nanti. Adapun alasan yang sempat kurangkai di pikiranku tadi takutnya akan membuat papa sedih lagi.

Namun sepertinya aku tidak dapat mengelak lagi saat bik sumi muncul di kamarku untuk memanggilku ke bawah.

"Non, kata nyonya di suruh turun untuk makan malam."

"Iya. Katakan bik aku turun sebentar lagi." Jawabku tak semangat.

Kupikir setelah mendengar jawabanku, bi Sumi akan segera berlalu meninggalkan kamar. Nyatanya dia tetap bertahan di depan pintu menungguiku.

"Ada apa bi? Kenapa belum turun?" Tanyaku heran.

"Kata nyonya tadi bibi disuruh memastikan non Ana untuk turun ke bawah." Ujar bi sumi takut-takut.

Aku tersenyum masam mendengarnya. Ternyata mama dapat membaca niatku yang berusaha untuk mengelakkan makan malam ini.

Setelah memastikan penampilanku di cermin,(malam ini aku mengenakan dress pendek berwarna biru laut, dengan potongan sederhana, yang terasa nyaman di tubuhku) dengan berat hati aku mengikuti bi Sumi untuk turun ke bawah.

Di meja makan terlihat papa,mama, mas Indra dan keluarganya sudah menantiku. Mereka telah  mengambil tempat duduk masing masing.

Papa yang pertama kali menyadari kehadiranku langsung menyambutku dengan senyuman.

"Lama banget sih, dek" sungut mas Indra ketika aku tiba di meja makan. Mbak Rita yang duduk disamping suaminya itu spontan langsung memelototi mas Indra. Aku tersenyum melihat tingkah pasangan suami istri tersebut.

Mama yang duduk di samping papa langsung menyuruhku untuk duduk di sebelah kirinya. Yang langsung kuturuti.

Setelah aku duduk, aku baru sadar ternyata Argenta dan anaknya tidak tampak kehadirannya. Sepertinya kali ini keberuntungan ada di pihakku. Bebanku sedari tadi siang seolah olah menguap begitu saja memikirkan mereka tidak ikut makan malam saat ini.

Sayangnya kebahagianku tidak bertahan lama. Hanya dalam hitungan menit aku kembali di buat kecewa, saat mendengar langkah kaki dari belakangku menuju meja makan.

Di temani Argenta, Josan memberikan sebuah paper bag kepada papa.

"Apa ini?"  Papa terlihat antusias menerima pemberian dari Josan.

Terukir Indah NamamuTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon