Bab 5

56.9K 4.4K 12
                                    

Selepas kepergian Argenta, aku kembali membaringkan tubuhku untuk menenangkan pikiran.

Aku mendiamkan mas Indra yang dari tadi menjagaku. Perasaan kesal karena mas Indra lebih membela pria itu masih belum hilang dari hatiku. Ternyata semua sama saja. Keluargaku masih tetap lebih membela pria itu.

Kurasa ide untuk pura pura tidur membantuku saat ini. Aku memilih memejamkan mataku untuk menghindari berbicara dengan mas Indra. Entah pengaruh obat atau memang karena ini sudah larut malam, lama lama aku merasa mengantuk kembali dan jatuh tertidur.

****

Paginya ketika aku terbangun, pertama kali yang kulihat adalah keberadaan mbak Rita yang tersenyum kepadaku.

"Udah bangun?" Tanya mbak Rita dengan lembut.

Aku menjawabnya dengan senyuman.Tenggorokanku terasa kering, kurasa aku perlu minum.

"Mau minum?" Aku menganggukkan kepalaku mendengar tawaran mbak Rita. Dengan cepat mbak Rita memberikanku sebotol mineral beserta sedotannya. Rasa kering di tenggorokanku berangsur membaik setelah aku menghabiskan setengah air yang ada didalam botol mineral tersebut.

"Mas Indra mana?" Aku menanyakan keberadaan mas Indra yang daritadi tidak terlihat di sampingku.

"Papa sudah sadar, jadi dia ke sana untuk melihat"

Mendengar penuturan mbak Rita seketika membuatku semangat.

"Eh, mau kemana kamu?" Mbak Rita langsung menahanku saat aku berusaha turun dari tempat tidur untuk menemui papa.

"Mau lihat papa."

Dengan cepat mbak Rita menghalangiku.

"Mbak..." aku sedikit kesal melihat tingkah mbak Rita.

"Mbak gak akan ngizinin kamu keluar dari tempat ini sebelum kamu bener bener pulih."

"Tapi aku ingin lihat papa," aku kembali bersikeras.

"Iya, mbak ngerti. Tapi kamu isi dulu perut kamu dengan makanan, biar nanti kamu gak jatuh pingsan lagi kayak tadi malam." Ucapan mbak Rita yang disampaikannya secara lembut membuatku meringis malu.

Akhirnya aku menuruti kata katanya untuk memakan bekal yang telah dibawanya dari rumah. Dengan cekatan mbak Rita menyiapkan semangkuk bubur nasi untuk kumakan

Aku mengucapkan terimakasih kepada mbak Rita ketika menerima semangkuk bubur yang masih panas.

"Enak." Aku memuji makanan yang masuk ke mulutku.

"Benarkah?" Tanya mbak Rita sumringah

Aku menganggukkan kepalaku.

"Tadi pagi pagi sekali mas Indra telpon mbak, nyuruh mba masak bubur buat kamu. Katanya kamu gak dibolehin makan nasi keras dulu, sedangkan makanan dari rumah sakit pasti kamu tidak selera."

Aku terdiam mendengar penuturan mbak Rita. Ternyata mas Indra masih memperhatikanku, walaupun aku mendiamkannya karena kejadian semalam.

Tak butuh waktu lama aku berhasil menghabiskan bubur buatan mbak Rita. Setelah itu aku menyempatkan diri untu membersihkan tubuhku dulu sebelum menemui papa. Terimakasih kepada mbak Rita yang membawakan sepasang baju ganti beserta dalamannya.

Terukir Indah NamamuWhere stories live. Discover now