Bab 14

50.9K 4K 160
                                    

Salah satu hobi yang paling aku suka adalah mengoleksi tas tas cantik. Bukan sepatu, bukan perhiasan atau barang  lainnya. Tidak peduli mau seperti apa bentuknya yang penting cantik atau unik tanpa pikir panjang aku langsung membeli tas tersebut tanpa peduli berapa harganya.

Di era tekhnologi canggih sekarang ini aku tidak begitu berminat untuk menggunakan aplikasi online untuk memudahkanku. Bagiku mencari secara langsung adalah kepuasan tersendiri bagiku. Tidak peduli aku harus sendiri tanpa ditemani oleh seseorang.

Menikmati hari liburku aku memutuskan untuk menambah koleksi tas ku. Setelah berjalan hampir satu jam mengelilingi mall untuk melihat lihat tas yang cantik, langkahku terhenti ketika melihat  sebuah tas flap bag berwarna hitam buatan chanel yang di pajang etalase kaca. Dengan semangat aku langsung memasuki toko tersebut. Senyumku tak dapat kutahan begitu melihat tas tersebut adalah jenis tas yang selama ini kucari.

Saat akan meraih tas tersebut tiba tiba seorang wanita cantik dengan dandanan berlebihan dari sampingku langsung menyerobot mengambil tas tersebut.

Aku menjadi kesal melihat tas yang ada di depanku telah berpindah tempat menjadi ke tangan wanita tidak sopan yang berdiri di sampingku.

"Mbak, itu sudah punya saya duluan."ujarku berusaha sopan padahal dalam hati sudah kesal setengah mati.

"Enak aja lo! Gua duluan kok yang ngambil. Siapa cepat dia dapat. Jadinya punya gua dong!" Bentaknya tak sopan.

Benar-benar ini orang! Masih dengan sikap munafik aku kembali menjawab wanita tersebut dengan sopan yang dibuat buat. Mana mau aku kalah dibuatnya. "Tapi saya duluan mbak yang melihat tas itu. Kalau tidak percaya tanya saja sama pramuniaganya?" Ucapku meyakinkan. " Lalu tiba tiba mbak menyerobot dengan tidak sopan. Jadi siapa sekarang yang salah?"

Tak terima dengan kata kataku, wanita itu menatapku dengan sinis. "Sekarang gue tanya sama lo ini tas emangnya milik lo?"tanyanya menantangku. "Enggak ada buktinya kan lo? Kalau gitu ngapain lo sewot kalau gue yang ngambil duluan. Sana sana cari tas yang lain" wanita tersebut mengusirku dengan kasar.

Ternyata ini orang bener bener niat cari berantam. Aku langsung menangkap pergelangan tangannya ketika dia ingin melangkahkan kakinya meninggalkanku.

"Enak aja lo mau hilang. Balikin tas gue!" Dengan kasar aku langsung merampas tas di tangannya. Segala perbendaharaan bahasa formalku hilang sudah. Emang mesti di kasarin dulu ini orang. Dibaikin malah semena mena. Udah salah malah membentak.

"Apaan sih lo?" Ucapnya tak kalah emosi. "Balikin sini tas gue!" Dengan kasar dia berusaha merebut tas tersebut dari tanganku dengan marah. Dengan cepat aku langsung menghindarinya. Beberapa pramuniaga toko berjalan mendekati kami ketika kami mulai membuat keributan.

Tak terima dengan sikapku, wanita tersebut berusaha merampas tas tersebut dengan beringas. Sayangnya aku masih lebih lihai untuk mengamankan tas tersebut. Tiba tiba tanpa persiapan aku kaget ketika wanita tersebut menjambak rambutku dengan kuat. Benar benar wanita gila. "Ah...rambutku! " teriakku kesakitan. Saat aku lengah dengan cepat ia merampas tas tersebut dari tanganku. Untungnya aku lebih cepat mengelak. Ia hanya dapat menarik tali tas tersebut.

"Balikin gak tas gue!" Terlihat wajah wanita itu memerah karena terlalu emosi. Kali ini bukan hanya pengunjung toko yang melihat pertikaian kami. Beberapa orang yang melihat kami dari luar toko yang di batasi oleh kaca mulai berkumpul menonton kami.

"Mbak,mbak tolong tenang dulu"  seorang pramuniaga berusaha memisahkan kami.

"Dia yang salah mbak," aku menuduh wanita gila tesebut yang memulai pertengkaran ini.

Tak terima dengan tuduhanku, wanita tersebut menatapku dengan garang. "Enak aja lo! Lo yang salah karena ngambil tas gue. Dia yang salah mbak!" adunya lagi kepada mbak mbak pramuniaga yang terlihat ketakutan dengan kebringasan kami.

Terukir Indah NamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang