Bab 17

56.3K 4.3K 325
                                    

"Jadi tidak bisa ya, mbak?"

"Maaf ya, An..."

Aku menghela nafasku, "Ya udah mbak, tidak usah merasa tidak enak." Ucapku setengah hati kepada mbak Rita. Mau bagaimana lagi? toh bukan salahnya Mbak Rita juga.

Setelah berbincang-bincang sebentar akhirnya aku mengakhiri pembicaraanku dengan mbak Rita.

Huft...aku menghembuskan nafas kesal setelah meletakkan ponselku di atas meja.

Semua berawal dari janjiku kemarin kepada Josan. Demi membujuknya agar behenti menangis maka aku menjanjikannya untuk mengajaknya jalan jalan saat kakinya sudah sembuh.

Masalahnya, aku tidak menyangka Josan menganggap serius perkataanku. Hanya dalam dua hari kaki Josan sudah sembuh. Tentu saja anak itu terus-menerus menagih janjiku untuk mengajaknya jalan jalan.

Satu hal yang baru kutahu, bahwa jangan berjanji pada anak kecil.

Aku berpikir keras untuk membatalkan jalan-jalan hari ini. Bagaimana tidak? Setelah mbak Rita mengatakan bahwa Ardan dan Sheila tidak bisa ikut serta, dikarenakan mbak Rita baru ingat kalau anak tetangga sebelah mereka ulang tahun, membuatku semakin berat untuk menepati janjiku.

Padahal dari tadi pagi mama sudah mewanti-wanti agar aku menepati janjiku.

Sebenarnya aku tidak keberatan mengajak Josan jalan jalan berdua, walaupun anak anak mas Indra tidak bisa menemani. Toh juga aku sudah mau menerima Josan sebagai keponakanku. Nah, yang membuatku berat saat ini adalah keikutsertaan Argenta.

Ini yang tak dapat kuhindari.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuatku tersadar dari lamunanku.

"Masuk" aku mempersilahkan siapapun yang di luar untuk masuk kedalam ruanganku. Tepat seperti dugaanku ternyata Rini, yang mengetuk pintu barusan.

"Ada apa Rin?"

"Di bawah ada pak Argenta sama Josan, bu." Beritahu Rini hati-hati.

Aku meringis membayangkan aku tidak bisa mengelak lagi.

"Pak Argenta bilang, apa ibu masih ada kerjaan?"ucap Rini hati hati. Wanita mungil ini masih belum tahu hubunganku dengan ayah anak tersebut mulai membaik.

"Ya sudah, kamu turun saja duluan. Katakan sama mereka saya akan turun sebentar lagi."Mendengar jawabanku Rini menganguk mengerti lalu meninggalkanku sendiri.

Merasa tak bisa menghindar lagi aku segera mempersiapkan diriku untuk menemui Argenta dan Josan.

"Tante!"

Josan langsung berlari menemuiku begitu melihat aku turun dari atas. Melihat reaksinya tak ayal membuatku tersenyum. Anak yang manis.

"Bagaimana kaki Josan?" Tanyaku setelah kami sejajar berdiri. Aku merasakan beberapa pegawai melihat kami dengan tatapan terkejut akan kedekatanku dengan Josan.

Sambil tersenyum, Josan menunjukkan lututnya dengan antusias. "Sudah sembuh tante."

"Ayah mana?" Tanyaku setelah melihat Argenta yang tidak nampak batang hidungnya. Jangan bilang dia tidak ikut jalan-jalan ini. Semoga saja.

"Tadi kata ayah ke luar sebentar, tante."

Mendengar jawaban Josan aku kembali diam. Aku berharap Argenta bukan keluar sebentar namun langsung pulang saja. Itu lebih baik.

Namun sayangnya aku harus kecewa saat melihat Argenta kembali ke dalam.

"Hai." Argenta menyapaku.

Terukir Indah NamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang