Bab 24

40.2K 3.8K 400
                                    

Tanpa pamit pada keluargaku, aku meninggalkan pesta dengan langkah kaki yang tergesa. Pikiranku langsung tertuju kepada satu nama, yaitu Laura. Wanita yang pernah menjadi kekasih Devano. Aku yakin wanita itu pasti tahu kisah Argenta di masa lalu.

Begitu masuk ke dalam lift aku segera mengeluarkan ponselku dari dalam tas untuk menghubungi Frans. "Frans tolong beritahu aku di mana alamat Laura," pintaku dengan nada memohon.

Aku cukup bersyukur untuk kali ini Frans langsung menanggapiku dengan serius. "Ada apa? Apa yang terjadi denganmu" jawab Frans dengan nada terdengar khawatir

Aku menghembuskan nafasku lelah, "Mantan kekasih Laura adalah pria yang menjebak almarhum adikku. Aku ingin mengetahuinya langsung dari Laura." Terangku sambil memijit kepalaku yang terasa sedikit pusing. Aku harap aku baik-baik saja.

"Beritahu di mana kamu sekarang biar aku menjemputmu. Tunggu disana! Aku tidak akan lama." Perintah Frans sebelum menutup teleponnya. Tanpa sadar dibalik keresahanku aku sapat bernafas lega karena mendapat bantuan dari Frans.

Menunggu di lobby hotel bukan pilihan yang bagus menurutku. Karena kemungkinan bertemu dengan orang yang mengenalku sangat besar. Jadi aku memilih untuk berjalan keluar dari area hotel untuk menunggu kedatangan Frans.Tak ingin membuat keluargaku panik nantinya karena kehilanganku yang mendadak ini, aku mengirimkan pesan kepada mas Indra untuk memberitahukan kepulanganku yang lebih awal.

"Mas, aku pulang duluan. Ada yang penting. Jangan khawatirkan aku."

Setelah menulis pesan tersebut aku kembali memasukkan ponselku ke dalam tas tanpa menunggu jawaban pesan dari mas Indra

Frans menepati janjinya. Kurang dari dua puluh menit dia sudah datang menjemputku. Begitu mobilnya muncul di depanku aku langsung masuk ke dalam.

"Ada apa dengan Laura?" tanyanya penasaran begitu aku sudah duduk di dalam mobil.

"Pria yang melukainya kemarin adalah pria yang sama dengan penyebab kematian adikku!" ucapku dengan sedikit emosi.

Frans yang baru saja menjalankan mobilnya menatapku dengan penasaran. "Siapa yang memberitahumu?"

"Aku bertemu dengan pria itu tadi. Sialnya dia adalah sepupu Argenta," ucapku kesal. "Karena itu aku minta tolong kepadamu untuk memberitahukan alamat wanita itu. Banyak yang ingin kuketahui darinya."

Setelah itu Frans tidak bertanya lagi. Sepanjang perjalanan kami diam membisu larut dalam pikiran masing-masing. Pikiranku sibuk berkecamuk. Salah satu di antaranya adalah bagaimana kalau dugaanku salah ternyata Laura tidak mengetahui apa-apa.

Tak lama kemudian kami sampai di sebuah gedung apartemen yang terkenal cukup mewah. Ternyata Laura tinggal di gedung Apartemen tempat dimana aku mengantarkannya sepulang dari kejadian di toilet dua minggu yang lalu.

"Ayo turun," ajak Frans begitu mobil telah berhenti di parkiran. Sepanjang jalan menuju ke lantai atas Frans sama sekali tidak mengajakku bicara. Namun, dari gestur tubuhnya yang terlihat santai aku menduga Frans sudah sering datang ke sini.

Lift berhenti di lantai lima belas. Begitu keluar sari dalam lift, aku mengikuti Frans berjalan hingga berhenti didepan sebuah pintu. "Ini dia tempatnya Laura." Beritahu Frans kepadaku sebelum menekan bel untuk memberitahukan kedatangan kami berdua.

Tak perlu waktu lama, begitu bel di tekan pintu langsung di bukakan dari dalam. Aku sedikit terkejut saat menemukan Arman yang membukakan pintu bagi kami. Rupanya mereka benar-benar sangat akrab. Padahal seingatku Frans mengatakan bahwa hubungan Arman dengan Laura hanya sebatas tetangga. Ah, sudahlah apa peduliku?

"Masuklah. Laura sedang berada di balkon bila kamu ingin menemuinya." Sepertinya Frans sudah memberitahukan kepada mereka tentang kedatanganku. Paling tidak aku tidak perlu lagi menjelaskan maksud ke datanganku. Rupanya Frans adalah orang yang bisa diandalakan.

Terukir Indah NamamuWhere stories live. Discover now