Bab 16

57K 4.5K 452
                                    

"Frans..."

Aku menyebutkan nama Frans dengan lirih saat menatap bayanganku di cermin. Bibirku yang sedikit bengkak menjadi penanda bahwa yang terjadi tadi bukanlah mimpi.

Usai berciuman dengan Frans tadi, aku segera permisi ke kamar mandi untuk menghindari berdekatan dengannya. Aku merutuki pengendalian diriku yang begitu rendah. Sedikitpun tak pernah terbersit di pikiranku untuk melakukan perbuatan yang intim dengan Frans.

Aku memukul keningku keras. Arghh... apa yang telah kulakukan? Jeritku kepada bayanganku dalam cermin. Jujur ini bukanlah ciuman pertamaku, namun aku bertingkah seolah olah Frans mengambil ciuman pertamaku. Aku telah bertingkah memalukan.

Menyadari aku tidak dapat terus bersembunyi di kamar mandi, aku memutuskan untuk keluar. Huft....aku menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya. Berharap aku bisa tenang.

Setelah memastikan penampilanku di cermin, aku memberanikan diri melangkahkan kaki untuk keluar dari kamar mandi.

"Kemana mereka?" Aku bertanya heran kepada Frans begitu melihat para pemain musik yang sudah tidak terlihat lagi.

Frans berjalan menghampiriku, "Aku menyuruh mereka keluar. Kupikir kita tidak terlalu membutuhkan mereka."

Aku menganggukkan kepalaku.Kali ini aku sependapat dengan Frans. Aku bersyukur Frans tidak menanyakan kenapa aku lama sekali di dalam kamar mandi. Mendengar nada bicara Frans yang tetap terdengar santai membuatku merasa sepertinya aku saja yang terlalu berlebihan menanggapi perihal ciuman tadi.

"Mau minum?" Frans menawarkan sebotol anggur di tangan kanannya.

Aku tersenyum sembari mengangkat bahuku, "Tawaran yang bagus." Kurasa dengan segelas anggur aku dapat menutupi kegugupanku.

Aku mengikuti Frans yang mengajakku untuk duduk di depan jendela kaca yang menampakkan keindahan kota di malam hari.

"Ini." Aku menerima gelas dari tangan Frans. Kemudian ia menuangkan anggur dalam gelasku.

"Terimakasih."

Frans tersenyum membalasku.

Usai menuangkan anggur ke dalam gelas kami masing masing .

Aku mengambil sebatang rokok dari dalam tas ku.

"Boleh?" Aku menanyakan izin dari Frans apakah ia memperbolehkan aku untuk merokok.

"Tidak masalah." Ucap Frans lalu kemudian meminum anggurnya.

Mendapat izin dari Frans, aku menyalakan rokok ku. Lalu mulai menghisapnya.

Ah nikmatnya...aku merasakan ketenanganku yang sempat menguap akibat ciuman tadi kini perlahan mulai kembali.

"Mau?" Aku menawarkan rokok kepada Frans yang sedari tadi memperhatikanku.

Frans menggelengkan kepalanya.

"Kenapa?" tanyaku mau tahu.

"Aku takut impoten."

"Uhuk...uhukk..." jawaban nyeleneh Frans spontan membuatku terbatuk.

Bukannya merasa bersalah, Frans malah menertawakan diriku.

"Kamu sengaja ingin membunuhku?" Aku menuduh Frans dengan kesal.

"Kamu terlalu berlebihan, "ucap Frans geli, "lagipula dimana salahnya ucapanku barusan? Di bungkus rokok tertulis jelas jelas merokok dapat menyebabkan impotensi. Jadi dimana letak salahku?"

Aku mendengus kesal mendengar pembelaan Frans. Namun aku tidak dapat memungkiri suasana di antara kami tidak lagi canggung.

"Jadi berapa usiamu?" Aku bertanya kepada Frans dengan nada sesantai mungkin.

Terukir Indah NamamuUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum