Extra Part II

Começar do início
                                    

"Kris, nanti saja. Ini masih terlalu sore. Lagipula, sebentar lagi makan malam. Kamu tidak lapar?" tanya Alena antisipasi merasakan belaian lembut Kris yang mulai merambat ke area-area sensitifnya. Jika sudah begini, akan sulit melepaskan diri dari serangan Kris tidak peduli alasan apa yang akan diberikannya. 

Kris mengangguk. "Aku lapar. Lapar sekali sampai juniorku kian menyesakkan dan mulai terasa menyakitkan, Bie."

Alena mendesah. Sulit berkompromi dengan Kris jika dia sedang diliputi gebuan gairah seperti ini.

"Bukan itu maksudku," Alena menggeram.

"Sepertinya, kamu juga sudah siap." Goda Kris tersenyum miring merasakan respons tubuh Alena yang mulai menegang, merinding karena sentuhan Kris yang dapat membuainya begitu cepat.

Kris menunduk, namun Alena menahan dadanya sebelum ciuman mendarat di lehernya.

"Kamu baru saja pulang kerja. Mandi dulu sana." Kata Alena seraya melepaskan dasi yang masih menggantung di leher suaminya yang telah dilonggarkan.

"Seharian ini aku hanya duduk di ruanganku, tidak ke mana-mana," Kris mulai melepaskan kancing kemejanya satu per satu, dan tangan yang satunya lagi masih digunakan menahan tubuh Alena agar tetap di tempatnya.

Semua kancing telah ditanggalkan, kemudian ia membuka kemejanya dan melemparkan sembarangan ke meja makan menyisakan perut berotot Kris hasil olahraga rutinnya hampir setiap pagi untuk menyenangkan fantasi sang istri. Kris merengkuh wajah Alena ke dadanya. Alena meronta kecil sambil mendorong Kris dengan sebal menerima kelakuan kekanakannya yang kadang masih sering dia tunjukkan meski usianya sudah tidak lagi muda untuk bermain-main seperti anak remaja kebanyakan.

"Masih harum, kan?" Kris melepaskan kancing piyama tidur Alena. "Ayo kita selesaikan urusan yang ini dulu. Yang lain bisa menunggu," Kris dengan cepat menyurukkan kepalanya ke leher Alena dan menciumnya— seraya menggigiti kecil. Meremas dadanya memberikan desahan kenikmatan yang meluncur dari bibir tipis istrinya.

Di sela-sela ciumannya, Kris bergumam, "Ai sedang menginap di rumah mami, kan?"

Dengan terengah seraya meremas rambut Kris yang menyusuri setiap inci daerah dadanya, Alena mengangguk.

Sore tadi Miranda menjemput Aileen sekembalinya dia dari Prancis dan mengajaknya untuk menginap satu malam di kediamannya. Ai tentu tidak menolak, karena sang Nenek bisa lebih memanjakannya lebih dari ibunya yang sangat disiplin meski begitu lemah lembut saat menerapkan kedisiplinan untuk kebaikannya. Tapi namanya juga anak kecil, pasti ia sesekali ingin dimanja dengan limpahan barang dan kemewahan khusus anak kecil dari Neneknya.

"Bagus. Aku ingin kita melakukannya di sini." Kris menggeser tubuh Alena agar sedikit menjauh dari kompor. Ia membalikan kembali tubuh Alena agar memunggunginya seraya menanggalkan baju Alena yang melekat di tubuhnya. Tanpa perintah seolah tahu apa yang akan dilakukan suaminya, Alena mencondongkan tubuhnya ke depan dan bertumpu pada konter dapur.

Tanpa suara lagi dari keduanya, Kris menyatukan tubuh mereka berdua, hanya erangan dan desahan yang mengisi di sekitarnya.

Mendinginlah sup iga panas yang telah susah payah dibuatkan Alena untuk makan malam mereka. Jiwa mereka lebih lapar dan musik keroncongan lambung yang berasal dari cacing pun tak lagi dihiraukan.

Setelah satu ronde terselesaikan, Kris menggendong tubuh polos Alena ke kamar meninggalkan pakaian yang berserakan di dapur. Membaringkan tubuhnya di ranjang dan kembali menyatukannya lagi seakan rasa lelah tidak dapat ia rasakan.

Tubuh Alena bagaikan candu yang tidak pernah bosan untuk disatukan dengan miliknya meski beratus bahkan beribu kali telah ditidurinya.

Kris berguling merebahkan diri di samping Alena setelah melakukan pelepasan yang ketiga kalinya malam ini. Alena mengatur napasnya dan menyingkab rambutnya yang basah oleh keringat.

My Cute Office GirlOnde histórias criam vida. Descubra agora