Chapter 24

73.7K 4.8K 221
                                    

Ketukan terdengar.

"Masuk," sahut Kris di dalam ruangan. Matanya masih tertuju ke laptop di depannya, mengecek satu per satu E-mail yang masuk.

"Selamat pagi, Pak Kris." Sapa seorang pria dengan map coklat di tangan.

Kris mendongak ke arah sumber suara seraya tersenyum dan menyapanya balik.

"Bagaimana? Apa Anda sudah menemukan data lengkapnya?" tanya Kris to the point pada laki-laki yang bernama Erwin itu.

"Sudah, Pak." Kris menunggu dengan semangat sembari menegakkan duduknya. Erwin mengeluarkan sebuah kertas di map tersebut.

"Nama lengkapnya, Alena Diandra Baby...," suara pria itu mulai membacakan informasi yang didapatnya.

"Baby?" potong Kris mengerjap geli. Ia tersenyum samar sambil mengusap-usap bibir bawahnya. Baby...

Erwin menghentikan infonya menatap Kris dan merespon dengan anggukkan kecil.

"Lanjutkan,"

"Usianya 20 tahun. Tingginya 165, berat 47 kilogram,"

"Wooaa..." potong Kris lagi sedikit excited.

Erwin menatap Kris jengah. Sedari tadi bosnya terus-menerus menginterupsi. Lelaki itu menggerutu dalam hati. Kris menatap Erwin sambil tersenyum tanpa beban. Ia menjentikan jarinya menyuruhnya agar kembali melanjutkan.

"Dia dibesarkan di desa kecil, di Bandung. Jaraknya dapat ditempuh sekitar 3 jam-an dari kotanya. Orangtuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan enam tahun lalu. Dia hanya tinggal berdua dengan Neneknya sepeninggalan mereka. Nona Alena lulus SMA dua tahun lalu, namun karena ekonomi keluarganya yang merosot setelah kepergian Neneknya, dia tidak melanjutkan studinya."

Kris mendengarkan dengan seksama dan tenang tanpa berniat memotong informasi yang dikatakan oleh informannya. Erwin adalah kepercayaannya untuk mencari seluruh informasi yang dia butuhkan. Tiga hari yang lalu ia menyuruhnya untuk mencari informasi mengenai Alena dan seluruh latar belakang gadis itu yang perlu diketahuinya.

"Dua tahun yang lalu, dia pindah ke Jakarta dan menetap bersama keluarga tantenya yang bernama Megie dan Dinara Evangeline, anaknya."

"Dinara?" gumam Kris. Ia merasa pernah mendengar nama itu.

Apa wanita itu yang mengusir Alena?

Dua puluh menit telah berlalu. Selesainya Erwin menginformasikan seluruh latar belakang Alena kepada Kris, ia pamit dan keluar dari ruangan CEO.

Kris meminta Erwin meninggalkan kertas dan mapnya untuk ia simpan sendiri. Ia mengamati beberapa foto Alena dengan seragam SMA. Di foto itu, senyum membingkai raut Alena, dan itu terlihat sangat menawan. Sial. Mengapa dia terlihat sangat manis?!

Cukup lama memerhatikan semua foto Alena, Kris merapikan datanya dan menempatkan semuanya di laci meja kerjanya.

***
"Alena, semalam hape kamu nggak aktif. Kamu ke mana?" tanya Vika yang melihat Alena duduk di kantin termenung sendirian. Alena hari ini terlihat lesu dan tak bersemangat.

Alena menoleh pada Vika sebentar. "Ponselku lowbatt semalem," kemudian matanya beralih lagi ke gelas di depannya.

"Lesu banget kayaknya. Kenapa? Urusan hati? Pak Kris lagi?" tanya Vika penasaran.

"Dia salah satunya, tapi sekarang aku lebih mengkhawatirkan diriku sendiri." Alena menatap Vika serius. "Kamu tahu Vik, semalam aku nginap di apartemennya."

Vika melotot. "Di apartemennya?! Apartemen siapa maksud kamu? Pak Kris? OMG!" Pekik Vika begitu nyaring. Alena langsung membekap mulut Vika agar tidak rusuh dan menjadi perhatian para karyawan yang mulai menoleh ke arah mereka.

My Cute Office GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang