Chapter 44

83.3K 4.1K 78
                                    

Happy Reading

***
"Bie, bisa bantu pasangkan dasiku?" tanya Kris sambil memegang dasi birunya.

Alena yang sedang mematut diri di cermin dengan tatapan kosong menoleh ke sumber suara. Ia berjalan ke arah Kris dan meletakkan sisir yang sedari tadi digenggamnya—padahal ia sama sekali tak menyisir—hanya untuk menutupi rasa gusar yang menyergap pikiran. Dengan begitu tidak akan nampak bahwa pikirannya sedang bercabang ke mana-mana.

Selepas Miranda pulang dari apartemen Kris, ada sesuatu yang mengganjal hatinya dan membuat Alena sedikit tidak tenang. Entahlah. Nama seorang wanita yang disebutkan oleh Miranda berulang kali mengganggu kepalanya.

'Mami pikir kalian akan sampai menikah'  Kata-kata Miranda yang berhasil membuatnya tersedak telak.

Velisa... Namanya saja terdengar tidak biasa. Dia cantik? Mereka terdengar akrab. Apa dia salah satu kekasih Kris hingga Miranda berpikir mereka akan sejauh itu mencapai puncak hubungan, yaitu pernikahan?

Ya Tuhan, apa ia sedang cemburu? Sungguh berlebihan. Ia tidak seharusnya memikirkan hal yang tidak-tidak. Bukankah Kris sudah cukup meyakinkannya bahwa tidak ada lagi wanita lain selain dirinya? Lantas, untuk apa memikirkan kehidupan masa lalunya?

Kita berjalan maju ke depan tidak melangkah mundur ke belakang. Seharusnya selalu seperti itu. Tempatkanlah masa lalu itu di tempat seharusnya berada. Jika memang wanita itu pernah dekat dengannya, so what? Sungguh. Alena merasa benci dengan pikiran tidak berdasar yang sedang dikerjakan otaknya saat ini.

Tapi, ada satu hal lain lagi yang ia pikirkan. Miranda tidak ingin sesuatu terjadi. Sesuatu yang bisa merusak reputasi baik anaknya. Ibu dari lelaki yang dicintainya tidak menginginkan seorang anak tumbuh di rahimnya.
Bagaimana jika kejadian semalam membuahkan hasil?

Ia harus segera mencari di internet informasi tentang risiko segala jenis perbuatan yang dilakukannya bersama Kris tadi malam. Mudah-mudahan hal yang tidak diinginkan oleh Miranda tidak akan terjadi. Alena masih ingat saat Kris mengatakan kepada Miranda bahwa ia tidak bisa menikahinya jikalau tidak mendapatkan restu.

Apa itu berarti Kris akan tetap meninggalkannya walaupun ia mengandung buah hati mereka? Kris sangat menghargai Ibunya. Siapa dirinya yang bisa mengalahkan cinta anak terhadap Ibu kandungnya sendiri. Kris mengatakan mencintainya, tapi bagaimana jika perasaan cinta itu tiba-tiba lenyap begitu saja ketika dia terlalu lelah meyakinkan semua orang bahwa cintanya adalah Alena?

Alena mengerang frustasi dalam hati. Seharusnya ia berhenti memikirkan hal yang belum tentu terjadi! Rasa cintanya terhadap Kris membuatnya ketakutan sendiri. Perasaan ini benar-benar menakutkan.

Alena berdiri di hadapan Kris. Kris terus mengamati wajah wanita yang dicintainya dengan seksama. Ada apa dengan Alena?

Alena meminta dasi yang dipegang Kris tanpa mengeluarkan suara, namun Kris malah menjauhkan dasi tersebut dari jangkauannya.

"Kenapa? Tadi kamu minta dipasangkan, bukan?" tanya Alena seraya menautkan alis bingung.

Kris menyampirkan dasi di bahu dan menangkup wajah Alena. "Ada apa? Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" Kris balik bertanya seraya menatap wajah Alena dengan lekat. Ia mengamati raut wajahnya yang sedari tadi diperhatikan terlihat sendu dan bingung.

Alena tersenyum. "Aku baik-baik saja,"

"Bohong. Aku tahu ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu," Ibu jari Kris membelai kedua sisi pipi Alena. "Kamu marah karena tiba-tiba aku harus ke kantor? Atau ... Apa karena ada ucapan Ibuku yang menyakitimu?" Kris masih menuntut jawaban yang memuaskan.

My Cute Office GirlWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu