Chapter 42

107K 4.7K 131
                                    


Happy Reading

Setelah percintaan panas yang terjadi di antara mereka, hanya suara dentingan jarum jam dan dengkuran halus dari Alena saja yang memecah keheningan kamar.

Kris masih terjaga enggan untuk menutup mata— sulit untuk percaya Alena berada di sampingnya saat ini. Jika ini hanya mimpi, ia lebih memilih untuk tetap tidur dan menetap di alam mimpinya. Jangan pernah terbangunkan.

Tapi, tidak. Ini bukan hanya sekadar sebuah mimpi. Ini adalah kenyataan yang selalu ia dambakan. Tidak pernah ia menginginkan sesuatu sampai se-frustasi ini. Menginginkan seseorang hingga rasanya ia akan gila. Seolah ia bisa mati hidup tanpanya.

Dunianya telah kembali ke hidupnya. Cintanya telah kembali ke dekapannya. Tak akan ada lagi yang bisa menghalangi dirinya dan Alena untuk mengejar kebahagiaan yang sempat tertunda.

Alena tidur di lengan kokoh Kris dengan posisi membelakangi. Punggung mulus Alena menempel begitu rapat di dada bidang Kris.

Setiap lima menit sekali, Kris akan menciuminya, mengelus lengannya, dan tak sampai disitu, tangannya akan mulai nakal turun semakin ke bawah menuju ke area pribadinya. Bahkan ketika si pemilik tubuh masih betah di dunia mimpi, meluapkan rasa lelahnya.

Bibir Kris terus tersungging menampakkan kepuasan dan kebahagiaan yang memenuhi hatinya. Semuanya terasa sempurna. Ia ingin hidup bersama dengan gadis yang begitu dicintainya sampai nyawa terangkat dalam raga.

Bisakah ia berharap mereka akan terus seperti ini? Tak terpisahkan walaupun badai pasti akan menerjang kehidupan cinta mereka berdua di masa mendatang, tapi cinta itu tetap akan kokoh menyatukan mereka tanpa tergoyahkan.

Tidur Alena terusik ketika rasa geli dan hangat menyentuh lengan dan punggungnya. Ia melenguh pelan. Ternyata kelakuan Kris yang kembali menempelkan bibirnya di punggung polos Alena, seraya mengelus lengan gadis itu secara lembut dan teratur.

"You're officially mine, baby... You're all mine! I love you so much," bisik Kris di sela-sela kecupannya.

Alena membalikkan tubuhnya dan perlahan membuka mata seraya menatap Kris ketika mendengar suara huskynya.  

"Apa aku mengganggu tidurmu?" tanya Kris merasa tidak enak telah mengganggu tidurnya.

Mata Alena sayu khas bangun tidur.
"Kamu tidak tidur?" Alena balik bertanya tidak menjawab pertanyaan Kris.

Kris tersenyum lembut seraya merapikan surai rambut Alena yang menutupi wajahnya. "Aku tidak bisa tidur. Aku terlalu senang sehingga sulit untuk memejamkan mata. Setiap kali mencoba menutup mata, bibirku tidak bisa berhenti tersenyum mengingat kamu ada di sebelahku. Mengingat kamu ada di dekapanku dengan keadaan kita yang seperti ini," jawab Kris jujur seraya menatap lekat mata teduh milik wanitanya.

Rona merah dan panas menjalari wajah Alena. Ia secara spontan mengangkat tangannya dan menutupi dadanya yang terekspos.

Kris menjauhkan tangan Alena dari sana. "Jangan ditutupi. Kamu tampak luar bisa menawan saat ini." Kris mengerang pelan. "Damn! I can't get enough of you. You're so fucking gorgeous, you know?" Kris terus-menerus terpesona dengan sosok cantik di hadapannya.

Kris mencium hidung mungil Alena, lalu turun ke bibirnya. Hanya sebuah kecupan singkat tidak ingin terlalu menuntut takut ia akan semakin kalap dan liar.

Sikap malu-malu yang ditunjukkan Alena begitu menggemaskan untuk dilihat. Kris tetap menahan diri agar tidak kembali menerjang wanitanya. Walaupun ia bisa melakukan sampai pagi menjelang, tapi Alena tampak kelelahan. Ia tidak ingin menguras energi Alena, terlebih kegiatan ini adalah hal yang pertama baginya. Kris hanya menautkan jemari mereka dan menciuminya, kemudian kembali menatapnya penuh cinta.

My Cute Office GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang