Chapter 20

80.2K 4.9K 136
                                    

Andaikan aku bisa menghapusmu dalam hatiku, aku akan dengan senang hati melakukannya. Tapi, aku tidak memiliki pilihan lain selain tetap mencintaimu. Dan aku minta maaf untuk itu.



***
Kris terus melangkahkan kakinya keluar dari kantin meninggalkan keramaian di sana. Banyak sekali karyawan yang bergidik ngeri melihat raut wajah Kris saat ini. Michel mengikuti langkah Kris dari belakang seraya memanggil nama Kris berulang kali namun tak dihiraukannya. Para karyawan yang melihat aksi kejar-kejaran itu berpikir bahwa pasangan sempurna itu sedang bertengkar hebat hingga CEO mereka hilang kontrol.

Ini adalah kali pertamanya Kris merasakan sesak yang tidak terjelaskan entah karena apa. Saat melihat Michel dengan lelaki atau aktor lain, ia tidak begitu peduli akan hal itu. Tetap tenang dan santai. Tapi, apa ini?!

"Kris, tunggu...!" panggil Michel untuk kesekian kalinya melihat kekasihnya sudah berada di depan lift. Michel tidak tahu ada apa dengannya, mungkin karena beban pekerjaan yang dipikulnya. Langkah Kris terhenti karena lift masih tertutup. Michel menyusulnya dengan cepat dari arah belakang.

Kris menarik napas dan mengembuskan dengan kasar.

"Cel, maaf, aku tidak bisa mengantarmu mencari makan siang. Kamu pergi sendiri saja. Hari ini sepertinya aku akan sibuk. Telepon aku jika sudah sampai di apartemenmu." Kata Kris seraya terus menekan tombol lift dengan kasar agar cepat terbuka.

"Apa yang terjadi, Kris? Kamu baik-baik saja?" tanya Michel khawatir seraya mengusap punggung kekar Kris.

"Aku hanya seperti akan gila sekarang!" geram Kris tanpa menatap—memilih melarikan pandangan ke segala arah. Ia menutup mata sekejap, sebelum kembali menatap Michel dengan pandangan sayu. "Aku tidak tahu ada apa denganku, Cel. Aku,—" Kris tidak melanjutkan kata-katanya, menggantung ucapannya. "Aku hanya lelah. Tidak perlu khawatir. Pulanglah," ucap Kris mencoba tersenyum, kemudian melangkahkan kaki ke dalam lift yang sudah terbuka, meninggalkan Michel tanpa penjelasan apa-apa.

Lift berdenting terbuka di lantai ruangannya.

"Pak Kris, apa Anda makan dengan baik bersama ibu Michel?" tanya Viona saat melihat Kris melewati mejanya.

"Bukan urusanmu!"

Kris membanting pintu ruangannya hingga terdengar dentuman yang begitu nyaring. Tangannya terkepal, sedetik kemudian ia memukul pintu melampiaskan emosinya yang sedari tadi ia tahan.

"Sial!!"

Viona yang berada di depan pintu ruangan Kris terlonjak kaget. Wanita itu pun lalu mundur berbalik lagi ke mejanya membatalkan niatan awalnya untuk mendiskusikan proyek terbaru perusahaan. Ia tidak ingin jadi pelampiasan emosinya. Kris yang biasa saja sudah begitu mengintimidasi, apalagi jika dia sedang marah seperti ini? Mungkin ia akan dieksekusi.

Tidak puas dengan memukul pintu, Kris pun berjalan ke meja kerjanya lalu menendangnya. "Ah, Shit!" Ia meringis kesakitan memegangi kakinya selepas menendang kaki meja. Sambil meringis kesakitan ia berjalan ke kursinya menghempaskan tubuhnya di sana.

Kris menutup matanya mencoba meredakan emosi yang bergejolak dalam dada.

Ia begitu marah, ia marah melihat kebersamaan mereka. Ia marah karena gadis itu tertawa tanpa beban di hadapannya. Ia marah karena mengetahui mereka akan pergi bersama. Ia marah melihat fakta gadis itu terlihat menikmati berbicara dengannya. Dan yang paling membuatnya marah adalah, ia marah karena tak mampu untuk mengatakan kepadanya kalau ia sedang marah. Ia tidak tahu ada apa dengan dirinya? Mengapa semua ini terasa begitu menakutkan? Mengapa ia merasa marah pada urusan pegawai rendahan yang tak seharusnya ia hiraukan?

My Cute Office GirlWhere stories live. Discover now