Extra Part II

130K 5.2K 246
                                    

"Sayang, masak apa?" tanya Kris seraya melangkahkan kakinya ke dapur melihat istrinya tampak sibuk di depan kompor tanamnya sesampainya ia di rumah. Kris melonggarkan dasinya dan menarik lengan kemeja sebatas siku.

Alena menoleh ke arah suaminya dengan sendu. "Lagi masak sup iga. Aku menambahkan banyak sayuran ke dalamnya. Kamu tidak makan dengan baik akhir-akhir ini."

Sudah satu minggu pekerjaan Kris begitu menumpuk. Alhasil, untuk mengenyangkan perut saja ia tidak sempat.

Kris kian mendekat ke arah istrinya. Memeluk tubuh Alena dari belakang dan menghirup aroma segar yang menguar dari tubuhnya.

"Aku tidak apa-apa. Jangan menekuk wajah kamu seperti itu." Kris menguraikan pelukan dan membalik tubuh Alena agar menghadapnya. Ia mengangkat dagu Alena, mendekatkan bibirnya dan langsung melumatnya dalam. Alena perlahan membalas ciuman Kris menyeimbangi belitan lihainya dalam mulutnya.

Kris melepaskan pagutan, kemudian tersenyum menatap lekat paras cantik istrinya. "Rasanya masih sama menggairahkannya seperti saat pertama kali kita berciuman tujuh tahun lalu. Meski telah beratus kali aku mengisapnya, tetap saja manisnya tidak pernah hilang." Ia mengusap-usapkan ibu jarinya pada permukaan bibir bawah Alena seraya menyelipkan rambutnya ke telinga.

Alena meninju kecil perut rata Kris tersipu malu. "Gombal,"

Kris menarik pipi Alena dengan gemas. "Lihatlah rona merah ini. Masih sama seperti gadis perawan saja. Jangan menunjukkan rona ini pada siapa pun. Aku tidak ingin mereka berpikir kamu masih single."

Alena berdecak mendengar gombalan Kris yang seakan tidak pernah ada habisnya. "Siapa yang akan berpikir kalau aku masih lajang jika dalam keadaan bunting tua seperti ini?" Alena melepaskan tangan Kris yang masih menarik-narik gemas kedua pipinya dan menunjuk perutnya.

Kris tersenyum. "Oh iya, aku yang buat ya ternyata. Bentuk tubuh kamu sudah diborgol oleh buah cinta kita." Ucap Kris terpaksa melepaskan tarikan di pipi Alena dan berpindah mengusap perutnya yang tengah hamil besar.

Dua bulan dari sekarang, Alena akan kembali menjadi Ibu, dan Kris akan menjadi seorang ayah untuk anak keduanya yang telah diprediksi berjenis kelamin laki-laki sesuai USG. Kebahagiaan akan bertambah dan berkali lipat dari sebelumnya dengan kedatangan anggota baru untuk rumah tangga mereka berdua. Kembali mendapatkan hadiah lagi dari Tuhan di dalam bahtera cintanya bersama Alenanya membuat Kris tidak hentinya berucap syukur pada yang Kuasa.

Jalan terjal yang dilalui mereka berdua untuk bisa bersatu terbayar sudah dengan kebahagiaan tiada tara ini. Jika ia bisa memutar ulang masa lalu dan tepatnya ke masa itu di mana Alena hanyalah gadis tanpa orangtua, pendidikan yang memadai, maupun pekerjaan yang mengesankan, ia akan tetap memilih seorang Alena untuk dijadikan wanita yang akan menemaninya sampai hari tua dimana malaikat pencabut nyawa datang menjemputnya. Ia tidak menginginkan hal lain lagi jika hadiah yang menantinya adalah Alenanya.

"Junior kayaknya lagi tidur," ujar Kris ketika tidak mendapatkan tendangan seperti biasa di perut Alena. Biasanya saat ia menyentuh permukaan perutnya, anaknya seolah girang di dalam dan tak mau diam.

Alena mengangguk seraya tersenyum ikut meletakkan tangannya pada tangan Kris, mengelus lembut tangannya. "Hari ini dia sangat tenang. Hanya sesekali menendang."

Kris merengkuh pinggang Alena semakin merekatkan tubuh keduanya. "Tapi junior yang satunya malah bangun," Kris menyeringai, kemudian ia mematikan kompor dan beralih lagi menatap Alena penuh arti.

Alena memutar bola matanya mengerti maksud ucapan Kris, dan sekarang ia berharap ia hanyalah anak polos yang tidak tahu menahu arti dari seringaian iblis yang lebih sering terbit itu untuk menggoda hormon kehamilannya yang gampang memuncak.

My Cute Office GirlWhere stories live. Discover now