Chapter 26

81.6K 4.9K 472
                                    

Baik, kan, update lagi meski sambil nyut-nyutan 😂



***
"Kenapa sih, Len? Kamu kena serangan asma? Dari tadi kayaknya narik napas  panjang melulu!" protes Vika.

"Sesak hati aku, Vik. Sudah dapat, langsung dibuang." Sahut Alena lemah seperti tidak memiliki nyawa dalam raga.

"Kamu tuh dari dua hari kemarin jawabnya itu lagi, itu lagi. Emang apa sih yang diambil? Apa juga yang udah dibuang? Jelasin dong, supaya aku ngerti." Vika sepertinya sudah bosan mendengar jawaban ngelantur Alena selama dua hari ini.

"Nggak tahu juga," sahut Alena tidak kuasa berkata jujur. Jawaban yang sama setiap kali dia menanyakan kejelasan maksud dari tingkah uring-uringannya selama dua hari ini.

Vika menggeleng-gelengkan kepalanya.
Alena menopangkan dagu ke meja di pantry, sambil menerawang pada kejadian malam itu ketika dia merenggut keperawanan bibirnya.

Setelah kejadian malam itu, ia merasa Kris menjauhinya. Seolah, ada bentangan jarak yang menganga di antara keduanya. Setelah bibirnya terlepas dari tautan bibir Kris, mereka tidak saling mengatakan apa-apa. Tak ada penjelasan. Hanya hening yang mengisi di sekitar keduanya. Kris meminta maaf kepadanya, setelahnya, dia langsung melajukan mobil tanpa berniat mengatakan apa-apa.

Di pertengahan perjalanan menuju kost-an Vika, ponsel Kris berbunyi. Dia mengangkatnya. Dia berbicara dengan seseorang di seberang telepon dan menyuruh seseorang itu untuk menunggunya. Entah siapa yang meneleponnya pada jam dua malam saat itu. Alena memilih bungkam merasa tidak memiliki hak untuk menanyakannya. Memangnya siapa dirinyq? Ia hanya gadis yang kebetulan diciumnya di tengah keheningan malam.

Sesampainya di halaman kost-an Vika, ia keluar dari mobilnya dengan rasa penasaran yang menggerogoti pikiran. Ia mengesampingkan segala pertanyaan yang berkecamuk dalam kepala. Saat itu, Alena hanya mengharapkan hal yang sederhana, bukan sebuah alasan ataupun penjelasan. Ia hanya ingin sebuah ucapan tulus selamat malam darinya. Tapi yang terjadi, tidak ada kata yang terucap dari bibirnya saat ia keluar dari mobil. Dia hanya pergi dan meninggalkannya di sana begitu saja untuk menemui seseorang yang sedang menunggunya di tempat lain.

Di pagi harinya, Alena tahu siapa seseorang yang meneleponnya malam itu. Ternyata yang menunggunya saat itu adalah kekasihnya, Michel. Sepertinya malam itu mereka menghabiskan sisa malamnya bersama setelah Kris mengantarnya pulang. Pagi itu mereka berjalan melewatinya yang baru saja sampai memasuki lobi perusahaan. Kris hanya menatapnya sekilas lalu berlalu bersama wanitanya seperti tidak pernah ada hal apapun yang terjadi antara mereka berdua malam itu.

Dua hari ini ia jarang melihat Kris tanpa Michel di lengannya. Wanita itu selalu berada di sisinya hampir setiap saat. Alhasil, Alena hanya berani menatapnya dari kejauhan. Kris pun tidak pernah berusaha berbicara dengannya atau sekadar memberi penjelasan untuk kejadian ciuman malam itu.

Mungkin hanya ia yang menganggap ciuman itu adalah hal yang begitu special. Mungkin hanya ia yang menganggap ciuman itu adalah hal yang membahagiakan. Ia terlalu berlebihan dan terlalu terbawa perasaan. Tapi, apa salahnya? Itu adalah ciuman pertamanya. Apakah ia harus bersikap biasa saja ketika seseorang yang begitu disukai menciumnya?

Ya, memang hanya dirinya sendiri lah yang berpikir momen itu adalah hal yang luar biasa, sementara dia di sama mungkin berpikir itu hanyalah hal yang sudah biasa.

Entah sudah berapa ratus kali bibir itu bertautan dengan milik Michel dan wanita lainnya. Ia hanya salah satu dari wanita-wanita yang pernah diciumnya. Tentu ciuman malam itu bukan apa-apa bagi Kris. Apapun mengenai dirinya memang tidak akan pernah menjadi apa-apa di kehidupan Kris.

My Cute Office Girlحيث تعيش القصص. اكتشف الآن