Chapter 23

72.3K 4.6K 159
                                    


Kebersamaan kita adalah hal yang sulit untukku jelaskan hanya dengan sebuah untaian kata.
Maaf, karena kujatuh terlalu dalam.


***
Alena perlahan membuka mata ketika merasakan hangatnya matahari membelai kulit. Ia terkesiap, melihat wajah Kris tepat di sampingnya. Dia tertidur di kursi malas dengan jemari yang saling bertautan di meja kecil yang berada di tengah mereka.

Perlahan dan hati-hati, Alena mencoba melepaskan tangan Kris dari tangannya. Ia menatap Kris lebih lama, ketika ingatan semalam berputar di kepala. Lelaki tampan di sebelahnya memeluknya begitu erat, memberikan ketenangan ke dalam hatinya. Memberikan kekuatan tersendiri untuknya. Di balik sifat iblisnya, ternyata terdapat sosok malaikat yang begitu menenangkan hati Alena ketika berada di dekapannya. Ia merasa dunianya sudah cukup lebih baik mengetahui lelaki itu sedikit memedulikanya.

Alena menyisirkan jemarinya pada wajah tidur Kris yang terlihat begitu mempesona di bawah sorotan mentari pagi. Ia mengulas senyum melihat pahatan Tuhan yang begitu sempurna.

Jika aku bisa terlahir kembali di kehidupan berikutnya. Aku harap kita bisa dipertemukan dengan situasi yang berbeda. Aku dan kamu yang bisa menjadi satu. Bukan dia dan kamu. Sementara aku cuma sebatas pembantumu.

Alena tidak pernah berharap banyak dari orang lain. Ia hanya ingin dianggap keberadaannya. Dan ia tahu tidak banyak orang menganggapnya. Tapi, semalam dengan sedikit perhatian dari Kris membuat Alena berpikir, hidupnya tidak semenyedihkan yang dibayangkan. Walaupun ia sadar betul, perlakuan Kris terhadapnya bukanlah karena rasa sayang seperti yang dimiliki hatinya.

Alena melepaskan sentuhan tangannya dari wajah Kris. Ia tidak ingin menakuti Kris dengan perasaan konyolnya, yang ia mulai percaya, ini namanya ... cinta.

Alena beranjak dari kursi. Meregangkan tubuhnya sebentar, lalu memasuki ruangan apartemen Kris. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan yang masih terlihat remang karena tirai-tirai masih tertutup, dan lampu ruangan yang belum dinyalakan.

"Apa ibu Michel masih tidur?" ia menoleh ke arah kamar.

Alena menyalakan lampu, berjalan membuka gorden supaya sinar matahari pagi bisa menembus kaca jendela dan mengaliri seluruh sudut ruangan. Ia melihat jam dinding yang baru menunjukkan pukul 5.30AM.

Membasuh wajah dan menggosok gigi telah selesai dilakukan. Ia seperti biasa hanya menyanggul rambutnya dengan sembarang. Setelah selesai, ia pun bergegas ke dapur mencari bahan makanan untuk sarapan pagi ini.

Alena membuka kulkas Kris yang dipenuhi begitu banyak makanan dan ditata dengan rapi. Terpesona. Satu kata yang menggambarkan apa yang dilihatnya sekarang. Kulkasnya berisi surga dunia. Banyak buah-buahan di dalamnya. Tetapi ia hanya mengambil beberapa butir telur dan mengeluarkan sosis dari kulkas.

Alena memutuskan membuat nasi goreng untuk sarapan. Selain karena praktis tidak terlalu rumit, nasi goreng juga adalah makanan yang sudah sangat dihapal Alena bahan-bahan pembuatannya sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk dimasak.

Nasi goreng sudah selesai ia masak. Ditatanya di piring lalu diletakannya di meja makan. Alena menggoreng telur, lalu sosis. Terdengar derap langkah kaki dari belakang. Ia pun langsung membalikan tubuhnya menghadap ke arah sumber suara.

Di sana, ia melihat Kris berjalan ke arahnya seraya tersenyum. Rambutnya agak berantakan, khas bangun tidur. Kris belum menyurutkan senyum sehingga ia membalas senyum itu, tetapi langsung pudar tatkala matanya melihat Michel pun ada di belakangnya. Michel telah bangun dari tidurnya dan berjalan mendekati Kris. Kris mengalihkan tatapannya dari Alena pada Michel yang sudah berada di depannya.

My Cute Office GirlWhere stories live. Discover now