Chapter 28

70.8K 4.2K 239
                                    

Alena menggeliatkan tubuhnya. Membuka mata perlahan dan betapa terkejutnya ia ketika lagi-lagi terbangun di tempat yang berbeda setiap paginya. Tempat ini bukanlah tempat tidur yang dirancangnya kemarin. Bukan pula sofa yang seingatnya ditiduri semalam.

Ia mengedarkan pandangan—linglung— masih belum sepenuhnya sadar. Kaca dinding dengan setengah tirai yang terbuka?

Kamar ... Kris?!

Bagaimana bisa aku tidur di sini!?!

Menengok ke bawah tubuhnya, ia langsung memeriksa pakaiannya hanya untuk memastikan saja meski ia sudah tahu pria itu bilang tubuhnya tidak menggairahkan.

"Jangan khawatir. Tubuh SD kamu masih belum bisa membangunkan adikku sedikit pun," ucap seseorang yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Siapa lagi kalau bukan si Kris...

Kris mengernyit geli melihat Alena masih menyibak-nyibakkan selimut putih tebal di atas tubuhnya seraya menggerak-gerakkan area bawah selangkangan.

Pemandangan pagi yang sungguh di luar norma kebiasaan. Menakjubkan.

"Nggak ada salahnya jika ingin memastikan. Dengan kadar kemesuman yang ada di otakmu itu, tidak menutup kemungkinan kamu melakukan hal yang iya-iya terhadapku!" kata Alena mengubah posisi— duduk dan menyandarkan kepalanya di atas kepala ranjang ketika sudah yakin tidak ada rasa sakit apapun di bawah sana.

Kris tersenyum miring menghampiri ranjang dimana Alena masih berusaha mengumpulkan kesadarannya secara utuh. Alena yang tadinya tidak begitu memerhatikan Kris, akhirnya mau tidak mau, matanya pun menatap lekat tubuh kekar khas pria dewasa itu.

Kulit Kris tidak terlalu putih cenderung agak kecoklatan dengan otot-otot keras di beberapa bagian perut ratanya menandakan ia sering melakukan olahraga khusus dan rutin untuk menjaga bisep kotak-kotak itu. Orang biasanya memanggilnya dengan sebutan roti sobek.

Belum lagi rambut basah dengan tetesan-tetesan yang menyempurnakan pandangan pagi ini. Tahi lalat yang terdapat di bagian dada kiri Kris pun tidak luput dari pandangannya. Alena menelan ludahnya sendiri dengan gugup. Hanya satu kata yang dapat menggambarkan tubuh itu, Sempurna...

"Aku tahu kamu menyukai apa yang kamu lihat sekarang," Kris menekan salah satu otot yang terbentuk pada perutnya dengan sempurna itu. "Bagus, kan? Mau coba raba nggak? Mumpung gratis nih. Besok-besok udah dipasang tag harga."

Alena dengan cepat mengalihkan matanya ke arah lain. "Sama sekali nggak tertarik!"

"Atau... mau lihat pemandangan lain? Keajaiban dunia yang mampu menghadirkan Dedek bayi. Mau nggak?" tambah Kris mengangkat alis dengan jahil.

"Nggak ada receh," Alena hendak turun dari ranjang, namun Kris langsung meraih pinggang Alena dan kembali mendaratkannya ke tempat semula.

"Aku belum selesai bicara, Alena Baby..." sambil menangkup dan menekan kedua sisi pipi Alena dengan kedua tangannya. Alena menepis, sesekali menoleh ke samping menghindar sebisa mungkin supaya matanya tidak ternodai. V-Line Kris terlalu nyata untuk dihiraukan.

Gilaa... terbentuk seperti model L-Men diiklan.

"Alena... lihat dong ke arahku. My baby, can you see me?" Alena merinding mendengar suaranya. Dadanya pasti akan segera meledak di detik selanjutnya.

"P-Pak, jangan kekanakan!"

Kris menatap Alena, tersenyum nakal penuh arti sembari memegang ujung handuk yang dilipatkan untuk mengeratkan lilitannya. Hanya dengan tarikan pelan, sudah pasti lilitan itu akan terlepas dan mengekspos sisi lain tubuhnya yang katanya ingin diperlihatkan Kris pada Alena.

My Cute Office GirlWhere stories live. Discover now