🌟CHAPTER DUA PULUH DUA

5.1K 227 5
                                    

-¤-

Matahari begitu terik. Angin begitu kencang dan juga panas. Membuat gadis yang sedari tadi hanya duduk diatas motor bersama Alvino ini kepanasan.

Bagaimana tidak? Kini mereka berdua sudah berada di pantai dengan pakaian yang masih menggunakan baju seragam.

Pikiran Aliva masih bekerja, menyimpulan apa maksud Alvino mengajaknya di tempat ramai dan panas seperti ini.

"Kita mau kemana sih?" tanya Aliva dengan mata terfokus pada ombak-ombak yang menghantam perbatuan diujung sana.

"Liat aja."

"Jangan yang macem-macem ya?"

"Iya. Nang aja."

Alvino hanya menyerngitkan senyumannya saja. Hingga tak lama kemudian dia memperlihatkan sederet gigi putih bersihnya bahwa kali ini dia benar-benar bahagia dan tak sabar lagi.

Disisi lain, Aliva yang tak tau apa-apa akhirnya kebingungan, kala dia melihat segerombolan anak sekolahan yang memakai badge nama sekolahnya.

Dan tentu membuatnya bertanya-tanya apa maksud dari semua ini. Padahal ia sama sekali tidak merayakan ulang tahunnya. Ditambah lagi ulang tahunnya akan diadakan dua bulan lagi. Tidak sekarang.

Alvino berbelok hingga dia berhenti tepat disegerombolan anak-anak satu sekolahnya.

Aliva masih bertanya-tanya kepada hatinya sendiri. Sebenarnya yang akan dilakukan Alvino apa?

"Aliva. Gue nggak bisa diem lagi dengan perasaan gue Liv. Pertama lo emang belum bisa nerima gue. Tapi inget apa yang pernah gue bilang ke elo, bahwa gue bakal berusaha ngebuat lo untuk bisa ngedeketin gue." ucap Alvino panjang lebar hingga dia berlutut seraya merogoh sebuah kotak perhiasan kecil yang sudah tersedia di saku celananya itu.

"So... gue pengen nembak lo. Will you be my girlfriend?" tanya Alvino membuka kotak perhiasan tersebut dan memperlihatkan cantiknya cincin yang berada didalam kotak tersebut. Ya, walaupun harganya tidak fantastik atau tidak mewah, tetapi yang dilakukan Alvino sangat romantis dimata Aliva.

Aliva kini hanya terdiam sambil memilih jawaban yang akan dia jawab. Hanya ada dua jawaban yang harus dia ucapkan. Ya atau tidak.

Dan refleks, Aliva berkata...

"Gue tau kok lo itu nyebelin. Awal kita ketemu aja harus pake berantem-berantem segala. Tapi lama-lama yang ada kita bisa kayak gini. Gue benci sama lo. Gue nggak mau ngedeketin lo. Bahkan gue juga nggak mau liat muka lo. Tapi itu dulu. Sekarang? Udah nggak lagi kok." ucap Aliva panjang lebar.

"Jadi?"

"Jadi, gue bakal jawab... yes i will." ucap Aliva membuat mulut Alvino termangap-mangap dan membuat keadaan menjadi kacau.

Ya. Segerombolan murid satu sekolahnya bersorak dan juga bertepuk tangan kepada Alvino dan Aliva.

Tetapi. Mereka hampir lupa dengan satu hal.

Awal Alvino menembak Aliva memang gagal karena adanya Demian. Tetapi apakah yang kedua kalinya Demian akan membuat hubungan mereka kandas?

Entahlah. Tapi yang terpenting kali ini mereka berdua masih berada di tengah segerombolan murid satu sekolahnya dan memulai memasangkan sebuah cincin yang tak begitu mewah dan tak bagitu kampungan.

"Maaf gue hanya bisa beli yang perak." ucap Alvino seraya memasangkan cincin tersebut di jari manis Aliva.

"Gue nggak perduli perak atau emasnya. Gue hanya perduli sama hubungan kita aja. Ha--"

Ucapan Aliva terpotong kala dua gadis langsung merangkulnya dan bersorak. Tentu saja mereka berdua adalah Seba dan juga Shalsya.

"HARUS DIJAGA. Nggak boleh nggak dijaga." ucap Seba dan Shalsya kompak.

"Dan jangan saling melupakan." sambung Firdaus menepuk pundak Alvino dan memamerkan sederet gigi putih bersihnya.

"Harus saling mengingatkan." sambung Alec, ikut menepuk pundak Alvino.

"Jadi kalian udah berhubungan. Emang awalnya kalian udah kayak anjing sama kucing. Tapi sekarang... udah kayak.... kayak apa ya? Tau lah! Intinya saling menjagai." ucap Sanjaya membuat kepala Alvino mengangguk mantap.

"Kalian udah pacaran. Sekarang giliran gue yang bakal pdkt sama cewek yang bakal gue deketin." ucap Firdaus menatap mata Shalsya berharap Shalsya peka dengan apa yang Firdaus katakan.

"Siapa?" tanya Alec.

"Tuh." ucap Firdaus berbisik sambil menyodorkan dagunya pelan kearah Shalsya.

"Oh... Shalsya toh?" tanya Alvino sengaja membersarkan volume suaranya.

Tentu saja, gadis yang merasa dirinya dipanggil, langsung memandang Alvino. Disisi lain, Firdaus yang merasa malu, menginjak kaki Alvino dengan apa yang dia lakukan.

"Brisik lo ya?" tanya Firdaus ketus dan kembali menatap wajah Shalsya.

"Kalau lo Lec?" tanya Alvino menyenggol pergelangan tangan Alec.

"Eum... ya... ya gitu deh... . Noh orangnya." ucap Alec mengarahkan telunjuknya malu-malu kepada Seba.

"Kalau Sanjaya?" tanya Alvino lagi.

"Gue mah... jomblo aja." ucap Sanjaya tertawa dan semuanya juga ikut tertawa.

-¤-

Sorry typo. Bakal diperbaiki lagi kok :).

Dan makasih juga untuk kalian yang selama ini sudah memberi vote disetiap chapter.

Makasih juga buat kalian yang udah nge-spam atau nge-vote supaya cerita ini cepat di publish.

Dan semua itu membuat author menjadi semangat menulis cerita ini...

Terimakasih semuanya...

Thank you

Kamsahamnida

Xie-xie

Salamat

Grazie

:V

BAD BOYS & BAD GIRLS [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang