🌟CHAPTER SEMBILAN

6.2K 289 0
                                    

-¤-

"Woi Liv. Bangun woi !! Gimana sih? Woi bangun woi !!" ucap seorang lelaki sambil mengguncang-guncangkan tubuh seorang gadis yang sedang tertidur pulas mendengarkan lagu Troye Sivan ini.

"Yaelah. Tapi... kalau diliat-liat, nih cewek kok cantik ya kalau lagi tidur? Aish !! Gue mikirin apaan sih? Ah !! Bodo lah !!" ucap Alvino kepada dirinya sendiri lalu memasukki mobilnya untuk mulai menyetir.

"Kalau nggak pake sabuk pengaman, nih cewek bisa kecedot. Pakein atau biarin ya? Pakein aja deh." gumam Alvino lalu sedikit memberanjakkan dirinya untuk meraih sabuk pengaman yang ada disebelah Aliva.

Kali ini posisi mereka sangat dekat. Sangat dekattt... sekali. Dan sampai akhirnya, mata Aliva tiba-tiba terbuka dan menyadari bahwa seorang lelaki mendekatkan wajahnya pada wajah Aliva.

"UWAAAAAAAA !! LO MAU APA GOBLOK !! HARAM WOI HARAM !! GILA LO !!" teriak Aliva menutupi seluruh wajahnya menggunakan kedua tangannya.

"Apaan sih lo? Makanya jadi orang jangan kegeeran. Orang mau nyabukkin lo pake sabuk pengaman kok. Kalau nggak, kepala lo ntar bisa kecedot." ucap Alvino menggeleng-gelengkan kepalanya karena perlakuan Aliva yang terlalu berlebihan ini.

Kali ini, wajah Aliva langsung memerah dan tersipu malu. Rasanya, Aliva ingin berteriak memanggil mamanya karena perlakuannya seperti ini didepan seorang lelaki.

"So-sorry, gu-gue pikir..." ucap Aliva dipotong oleh Alvino.

"Lo pikir gue mau perkos lo? Sorry ya? Gue masih p o l o s." ucap Alvino mengeja satu-persatu pada kata 'polos'.

"Ih?! Apaan sih lo? Jujur aja ya? Gue nggak kepikiran sampai kesitu amat. Gimana sih lo?" tanya Aliva menyilangkan kedua tangannya.

"Terus? Mikirin apa kalau gue gituin lo?" tanya Alvino.

"Ng... gu-gue... udah ah !! Gue mau pulang !!" ucap Aliva salah tingkah.

"Yaudah. Pake sabuk pengamannya." ujar Alvino dengan kedua tangan memegang setir mobil dan melajukan mobilnya dengan kecepatan normal.

-¤-

Kini mereka sudah berada di tengah jalan untuk manuju rumah Aliva terlebih dahulu. Keduanya sama-sama tidak membuka mulut dan membuat seisi mobil hening tanpa suara. Lagu yang tadinya membuat Aliva ingin bersenandung, malah dimatikan oleh Alvino.

Beberapa menit kemudian, Alvino langsung membuka mulut karena dia sedikit canggung dalam keheningan didalam mobil ini.

"Rumah lo dimana?" tanya Alvino dengan kedua mata fokus ke jalan.

"Gue nggak tinggel di rumah. Gue tinggel di apartemen Melati." jawab Aliva tanpa melihat wajah Alvino.

"Ouh." ucap Alvino.

"Liv." ucap Alvino lagi dengan memperhatikan wajah Aliva.

"Hm."

"Gue... gue minta maaf ya? Sumpah. Gue nyesel ngelakuin itu semua. Sorry ya?" tanya Alvino memohon kepada Aliva.

"Nggak." jawab Aliva mentah-mentah tanpa aba-aba.

"Plis... gue bakal kasih lo apa aja, yang penting lo bisa maafin gue. Plis..." mohon Alvino lagi dengan memasang puppy-face, yang siapa saja akan menerima perminta maafan dari Alvino.

"Ck. Ya-yaudah deh. Tapi gue nggak berharap minta apa aja dari lo ya?" tanya Aliva memperhatikan wajah Alvino.

"Hehe. Iya-iya. Makasih ya?" tanya Alvino balik.

"Ya." jawab Aliva singkat.

-¤-

SIRT'

Mobil yang ditumpangi Aliva dan Alvino sudah terhenti, tepat di depan gedung tinggi. Bisa diartikan, mereka berdua sudah sampai di apartemen Aliva.

Tanpa basa-basi, Aliva kemudian membuka pintu mobil dan menutupnya kembali. Tetapi, sebelum menutup pintu mobil Alvino, Alvino langsung membuka mulut sebelum pintu mobil itu tertutup.

"Besok pergi bareng ya?" tanya Alvino membuat mata Aliva terkunci memandang mata Alvino.

DEG'

Nih bocah tumben amat mau pergi bareng ke sekolah bareng gue? Ada apa ya? Terima nggak ya, batin Aliva.

"Nggak perlu. Gue bisa berangkat sekolah naik mobil kakak gue." jawab Aliva lalu menutup pintu mobil Alvino.

Aliva lalu membalikkan badannya dan masuk ke apartemen. Aliva kemudian berjalan lurus dan berbelok kearah kiri lalu mendapati sebuah lift.

-¤-

Pintu lift tebuka lebar. Aliva kemudian keluar dari lift tersebut dan memasukki kamar dengan nomor kamar 142.

Aliva membuka pintu tersebut dan mendapati seorang lelaki yang sedang duduk dengan memandangi sebuah televisi yang berada didepannya itu.

"Lho? Kok kakak udah pulang? Bukannya pulang sore?" tanya Aliva.

"Eh !! Iya. Hari ini jadwalnya pulang lebih awal. Bukannya kemaren udah kakak bilang ya sama adek?" tanya lelaki tersebut menatap Aliva.

Dia adalah kakak Aliva. Gilang Abdullah Hidakya.

"Kok aku nggak denger ya kak?" tanya Aliva membuka sepatunya serta kaos kakinya juga.

"Dan adek pulang sama siapa?" tanya Gilang.

"Sama temen kak." jawab Aliva.

"Cowok apa cewek?"

"Cowok."

"Ganteng apa jelek?"

"Lumayan."

"Baik nggak?"

"Bad boy."

"Kamu tau?"

"Soalnya dia terpopuler dikelas adek."

"Punya pacar belom dia?"

"Belom."

"Siapa namanya?"

"Alvino."

"Alvino?"

"Iya."

"Itu temen kakak."

"HAH?!"

Bersambung...

-¤-

BAD BOYS & BAD GIRLS [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang