🌟CHAPTER LIMA

7.3K 335 0
                                    

"Dasar pengecut lo? Kenapa lo nggak nyolot? BANCI LO !! BASI !! ANAK TOLOL LO PADA !!" ucapan Aliva semakin menjadi-jadi, hingga seorang pria mendekati mereka berdua.

-¤-

"Hei hei hei. Ada apa ini? Apa yang sedang kalian perbuatkan?" tanya seorang pria seraya berdiri tepat di hadapan mereka berdua.

"Anak bapak sudah kelewatan sama saya. Kalau bapak mau penjelasannya, lebih baik bapak nanyak aja sama dia. Lagi pula ini anak bapak. Dan bapak bisa mengerti kalau dia menjelaskannya." ucap Aliva panjang lebar dan melalui mereka berdua untuk meninggalkan tempat ini.

Shalsya dan Seba mengejarnya. Sedangkan Alvino terdiam kaku dihadapan ayahnya itu. Sesekali Alvino menelan ludahnya berat dan dibuat malu oleh Aliva. Itu semua karenanya. Karena ulahnya.

"Ikut papa di kantor. Sekarang juga." ucap ayahnya seraya menarik tangan Alvino menuju ruang kepsek. Yaitu, ruang ayahnya sendiri.

-¤-

"Apa yang sudah kamu lakukan?" tanya pria dengan dasi bermotif polkadotnya itu.

Alvino terdiam. Tertunduk hingga dia mengkaku di tempatnya itu.

"Jawab ayah. Apa yang kamu lakukan kepada Aliva? Dia perempuan. Mengapa kamu melakukan perempuan seperti Aliva? Jawab !!" jawab Ambrius duduk di hadapan Alvino dengan nada sedikit membentak.

"Vino buat dia jatuh." jawab Alvino singkat seraya menundukkan kepalanya.

"Tujuannya kamu untuk menjatuhkan dia apa?" tanya Ambrius memiringkan sedikit kepalanya.

"Untuk mempermalukannya." jawab Alvino mendatarkan wajahnya.

"Apakah ayah pernah mengajarimu seperti itu?" tanya Ambrius lagi dan membuat kepala Alvino menggeleng-geleng.

"Jadi? Papa minta kamu meminta maaf dengan gadis itu secepat mungkin. Paling lama, pulang sekolah kamu sudah harus memaafkannya." ancam Ambrius membuat mata Alvino terbelalak.

"Secepat ini?" tanya Alvino membuka mulutnya.

"Secepat ini juga." ucap Ambrius.

"Cih. Yang benar aja? Masa gue disuruh minta maaf sama dia sekarang? Aish." guman Alvino lalu memberanjakkan dirinya dan membuka pintu ruang ayahnya untuk pergi meninggalkan tempat ini.

Apa boleh buat? Alvino harus melakukan instruksi dari ayahnya itu. Bila tidak, maka seluruh benda yang dicintainya akan disita. Mulai dari hp, kunci motor dan skateboard.

Semua itu sangat berarti untuk Alvino. Hp. Hp itu bisa membuatnya terhibur akan foto dan vidio. Kunci motor. Kunci motor itu sangat berarti karena dia bisa pergi kemana-mana dan bebas sebebas bebasnya. Skateboard. Alat transportasi satu-satunya untuk berangkat kesekolah.

Intinya semua itu sangat berarti untuknya. Dan apa yang diinstruksikan oleh ayahnya, harus dia laksanakan sekarang juga.

-¤-

Disisi lain. Aliva sedang asyik sekali memainkan hpnya di tengah pelajaran. Menurutnya, pelajaran IPA adalah pelajaran yang sangat membosankan. Maka dari itu, lebih baik dia memainkan hpnya di tengah pelajaran untuk menenangkan hatinya yang sedari tadi memanas karena lelaki itu.

"ALIVA !! Aduh... Aliva, Aliva. Kamu lagi, kamu lagi. Nggak capek kena hukum?" tanya bu Roi menepuk jidatnya itu.

"Ibu kali yang nggak pernah bosen ngehukumin saya. Ibu suka sama saya ya? Jadi terharu bu." ucap Aliva membuat satu kelas tertawa apa yang di perbuatkan olehnya itu.

"Aliva. Dari pada setiap hari ibu emosi terus sama kamu, lebih baik kamu keluar kelas aja ya? Dari pada keluar sekolah, mending keluar kelas aja ya?" ucap bu Roi menahan emosinya yang sebentar lagi akan meledak.

"Ok deh !!" seru Aliva dengan gontainya dia mengeluari kelas seraya membawa sebuah benda pipih yang berwarna silver itu.

"Anak ini bener-bener." ucap bu Roi berkacak pinggang dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

-¤-

Kali ini matanya tak berhenti membacakan beberapa kalimat yang terpampang rapi di layar hpnya itu. Dia juga menghayati satu persatu kalimat yang dia baca dalam hati.

Yash. Aliva sedang membaca cerita seru di aplikasi wattpad. Cerita yang dia baca ini, sangat dia sukai hingga saat ini. Sudah tercatat betul, bahwa Aliva pernah membaca cerita ini sebanyak lima kali.

Tetapi, saat dia sudah membaca beberapa kalimat, seseorang memanggilnya dengan kata, "Maafin gue ya?"

Mendengar suara itu, Aliva mendongakkan kepalanya dan mendapati seorang lelaki yang telah membuat dirinya emosi tadi. Dia Alvino.

Melihat lelaki itu, Aliva langsung beranjak dari kursi panjang yang dia duduki dan meninggalkan Alvino sendiri disitu. Tapi sayang. Tangan Aliva ditahan oleh Alvino dan membuat Aliva tidak dapat menghindar darinya.

"Apaan sih lo? Lepasin nggak !!" ucap Aliva menepiskan tangan Alvino yang terbilang cukup keras.

"Lo belum jawab pertanyaan gue." ucap Alvino melepaskan tangannya dari tangan Aliva. Tepisan Aliva rupanya cukup keras juga dan membuat Alvino berusaha menahan tepisan itu.

"BODO !!" celetuk Aliva dan kembali meninggalkan Alvino sendirian disitu.

"Kalau lo nggak mau maafin gue, gue bakal ngelakuin sesuatu hal sama lo." ancam Alvino untuk membuat Aliva akan memaafkan Alvino.

"Bodo amat !! Emang gue takut?" tanya Aliva berjalan gontai menuju rooftop, agar terhindar dari lelaki yang bernama Alvino itu.

Aish. Susah banget kalau sifatnya kayak gitu. Lagian gue nekat banget dah, ngejatuhin dia didepan umum tadi. Ujung-ujungnya gue kayak gini kan. Sial banget dah, batin Alvino berusaha memikirkan sesuatu untuk berusaha meminta maaf kepada Aliva.

-¤-

BAD BOYS & BAD GIRLS [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang