🌟CHAPTER LIMA BELAS

5.6K 244 0
                                    

-¤-

Di pagi hari. Cahaya matahari sudah menembus celah-celah dari luar jendela dan membuat Aliva harus terbangun dari tidurnya. Matanya juga perlahan-lahan terbuka dan membentangkan tangannya diatas langit.

Jam beker juga telah menunjukkan pukul enam pagi. Tunggu... enam pagi?

"Jirt gue telat !!" seru Aliva memberanjakkan tubuhnya dari kasur dan bergegas untuk membuka pintu kamarnya.

Tapi, saat ingin membuka pintu kamarnya, tiba-tiba saja tubuhnya bertabrakkan dengan seseorang dan harus membuat tubuhnya terjatuh di lantai.

Yash. Itu Alvino. Alvino yang kini tidak menggunakan baju, memamerkan begitu saja postur tubuhnya yang berbentuk dihadapan Aliva. Tentu itu membuat Aliva terkejut dan berteriak.

"Woi !! Kalau mau buka baju jangan disini begok." teriak Aliva dengan kedua mata tertutup.

"Apaan sih? Lagian gue mau mandi. Emang mandi itu harus pake baju apa?" celetuk Alvino mengerutkan keningnya.

"Ya kali kalau mandi bajunya dibuka diluar. Mending kalau mandi bukanya didalem aja." ujar Aliva membenarkan posisi tubuhnya menjadi berdiri dan Alvino juga.

"Udah ah. Kita udah telat nih. Lo sih nggak bangunin gue. Jadi telat kan?" tanya Alvino membuka knop pintu kamar mandi dan memasukki.

"Ya maaf." ucap Aliva singkat lalu menuju dapur untuk sarapan. Eum... satu kata untuk Alvino kali ini. Sexy.

"Dek. Sarapannya dimakan." seru Gilang yang kini sedang mempersiapkan sarapan untuk dirinya dan Alvino juga.

"Iya." jawab Aliva duduk di kursi makan, "Mama sama papa nggak pulang?" sambung Aliva bertanya.

Gilang menggeleng, "Hari ini mereka pulang. Kemaren mereka nginep ke hotel karena pekerjaan mereka belum kelar-kelar. Ya... terpaksa juga mereka nginep." jelas Gilang panjang lebar seraya duduk dengan posisi berhadapan dengan Aliva.

"Ow." jawab Aliva singkat sembari menikmati sarapan buatan Gilang.

-¤-

Sudah tiga menit Aliva menunggu Alvino mandi. Dan akhirnya, umat tersebut keluar dari kamar mandi dengan seragam yang sangat rapi ketika ia mengenakannya.

Dan sekarang giliran Aliva untuk mandi. Dia juga tak lupa mengambil handuk dan seragamnya untuk dia kenakan sesudah mandi nanti.

-¤-

Kini Aliva tampak rapi mengenakan seragamnya itu. Aliva juga mengeringkan rambutnya menggunakan handuk berwarna hijau tersebut dan meletakkan handuk tersebut tepatnya dikedua pundak Aliva.

"Udah selesai?" tanya Alvino dengan mata terfokus pada layar televisi sembari menikmati sarapannya itu.

"Belom." canda Aliva dengan wajah datarnya melihat Alvino.

"Sisir rambut lo terus siapin buku-buku lo. Kita udah telat nanti." ucap Alvino mengunyah sarapan yang berisikan sandwich.

"Ya." jawab Aliva singkat.

Aliva kemudian memegang knop pintunya yang sedikit terbuka dan mendorongnya. Didalam, Aliva membuang handuknya kesembarang arah dan mengambil sisir di meja riasnya untuk menyisir rambut yang terlihat sedikit basah.

Sesudah itu, Aliva mengambil buku-buku jadwal hari ini dan memasukkan buku tersebut kedalam tas. Dan tak lupa juga, benda yang paling terpenting harus dia bawakan. Tentu saja itu hp.

Langkah Aliva melebar dan akhirnya dia sudah berada di nakas untuk meraih hpnya itu. Saat dinyalakan, sisa batrai hanya ada lima persen.

"Sial." celetuk Aliva bergumam, "Kalau gue cas nggak ada waktu lagi. Bodo lah nggak usah bawa mendingan." ucapnya lagi lalu meletakkan kembali hpnya itu diatas nakas.

"Liv buruan !!" teriak seseorang dan membiat Aliva harus menyusul sumber suara itu seraya membawa tasnya.

Sebelum kesekolah, mestinya Aliva harus menggunakan kaos kaki dan sepatu terdahulu. Tetapi Aliva sempat terlupa akan suatu hal. Yaitu perlengkapan sekolahnya.

"Dasi sama ikat pinggang udah dipake belom?" pesan Gilang yang sedang memperhatikan adiknya yang sangat sibuk ini.

"Udah ada kok." jawabnya tanpa menatap wajah Kakaknya itu sembari masih sibuk mengikat sepatunya itu.

"Mana?"

"Nih. Eh !! Oh iya lupa !! Tolong ambilin dong kak." seru Aliva dan Gilang langsung mengambil apa yang Aliva mau.

"Kalau gini, pakenya di sekolah aja. Kalau dijalan nanti takut jatoh." pesan Gilang lagi.

"Iya iya." jawabnya, "Akhirnya selesai. Kak, adek sekolah dulu. Assalamualaikum." ucap Aliva bersalim kepada Gilang.

"Waalaikumsalam. Hati-hati." ucap Gilang, "Vin. Lo anter adek gue hati-hati ya? Jangan ngebut lo." ujar Gilang.

"Iya." jawab Alvino singkat.

Sekarang Aliva berlari menuju lift dan menunggu Alvino. Tapi alhasil Alvino belum datang-datang dan membuat pintu lift hampir tertutup. Untung saja Aliva dapat menahannya.

"Vin !! Cepetan ah !!" seru Aliva menghentakkan kakinya di lantai dengan raut wajah kesal.

"Iya sabar. Mau jalan kok." ucap Alvino akhirnya masuk ke dalam lift.

"Lo kenapa sih? Panik banget." ucap Alvino.

"Kita telat begok. Lo nggak tau ini jam berapa?" tanya Aliva memperhatikan jam yang berada ditangannya itu.

Kini mereka berdua telah berada di parkiran apartemen. Sekarang waktunya Alvino menyalakan motornya untuk memanasinya terlebih dahulu.

Sebelum menaikki motor yang sedang dipanaskan, Alvino menyodorkan tangannya yang sedang memegang helm untuk memberikan helm tersebut kepada Aliva.

"Makasih." ucap Aliva singkat tanpa memancarkan ekspreksi apapun.

Sekarang adalah waktunya mereka untuk menaikki motor. Alvino kemudian meng-start motornya dan melajukan motornya dengan kecepatan standar dan sekarang mereka sudah berada di jalanan menuju SMA Sajetya Purnama.

Keduanya sama-sama tidak berbicara satu sama lain. Bisa dibilang, suasana kali ini sangatlah canggung dan membisu. Tetapi, Alvino mempunyai cara agar Aliva bisa berbicara. Yaitu dengan cara rem mendadak.

NYIRT'

Kedua tangan Aliva yang tadinya di pundak Alvino, sekarang berada di pinggang Alvino. Yash. Aliva sekarang sedang memeluk Alvino, "Buset dah. Apa maksud lo rem mendadak?" celetuk Aliva.

"Soalnya lo nggak meluk gue sih. Makanya gue ngelakuin ini secara sengaja."

DEG'

"Jijik gue meluk lo." ucap Aliva melepaskan pelukkannya.

"Kalau lo nggak meluk gue, gue bakalan ngebut." ancam Alvino membuat Aluva mengikuti instruksinya.

Sejujurnya Aliva sangat takut dengan kebut-kebutan. Apalagi melihat anak jaman sekarang yang kerjanya kebut-kebutan membuat Aliva-lah yang jadi takut.

Selama berada diperjalanan, suasana tiba-tiba menjadi awkward. Pipi Aliva juga memerah karena telah memeluk seorang lelaki yang diidolakan oleh gadis-gadis yang berada disekolahnya. Entah apa reaksi mereka nanti. Kayaknya nano-nano.

-¤-

BAD BOYS & BAD GIRLS [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang