SPECIAL PART : VALENTINE'S DAY

Start from the beginning
                                    

Baru saja Ghina masuk ke dalam kelas, Ali langsung berlutut sambil menyerahkan hadiahnya. Ghina menatap Ali dengan pandangan berbinar, bibirnya menggumamkan kata terima kasih sambil memeluk Ali.

Ali pun tak kalah berbinar dari Ghina, bahkan ia mengelus sayang puncak kepala Ghina yang berada dalam pelukannya. Otak Prilly merekam jelas setiap perilaku-perilaku manis Ali untuk Ghina. Matanya memanas, hatinya pun tak kalah panas, rasanya Prilly ingin meledak sekarang juga.

Ia buru-buru keluar dari kelas, tak lupa menutup pintu kelas dan bersandar pada dinding di depan kelas. Ia menghapus kasar setiap tetesan air matanya. Hatinya terasa seperti sedang diremas-remas, ia bingung kepada dirinya sendiri yang menangis. Mengapa ia harus menangis? Siapa yang sedang ia tangisi? Ali yang tidak pernah menganggap kehadirannya ataukah dirinya yang bernasib malang ini?

Gritte menghampirinya sambil membawa sebatang coklat. "Mau?" Tanya Gritte. Prilly menggeleng sambil menggigit bibirnya kuat-kuat.

"Jangan masuk," imbuh Gritte.

"Kenapa?" Ujar Prilly dengan suara seraknya bahkan air matanya belum berhenti menetes.

"Ali gak peduli sama tangisan lo," lanjut Gritte.

"Gue udah tau itu," balas Prilly dengan sedih.

"Tadi Ghina mau nyamperin lo, tapi ditahan sama Ali." Prilly hanya menganggukkan kepalanya.

Ia tidak mengharapkan kehadiran Ghina yang membujuknya, yang ia butuhkan hanyalah Ali. "Ghina merasa bersalah sama lo, tapi Ali bilang kalo dia ataupun Ghina gak bersalah. Lo yang suka sama dia, lo yang milih buat bertahan, dan perihal lo nangis, itu bukan salah mereka. Tapi salah lo," imbuh Gritte.

Tangisan yang tadinya sempat mereda kini semakin deras, bahkan isakan Prilly semakin kencang. Bahunya bergetar tak karuan, Gritte yang tak kuasa melihat tangisan Prilly yang terdengar memilukan, buru-buru merengkuh tubuh Prilly.

"Gue harus gimana, Te?" Tanya Prilly terisak-isak.

Orang-orang yang berlalu-lalang menatapnya dengan iba sekaligus penasaran. Seharusnya, perayaan hari kasih sayang itu adalah hal yang paling dinanti-nanti, tetapi itu tidak berlaku bagi Prilly tahun ini.

"If it makes you feel broken in anyway, you need to end it before it ends you." Prilly menatap Gritte dengan pandangan yang lebih terluka lagi.

"Gue mau berjuang, sekali lagi," balas Prilly.

Ia menghapus dengan kasar air matanya, menarik napasnya lebih dalam lagi, lalu menghembuskan dengan kuat.

"Sampai kapan, Pril?" Tanya Gritte.

"Sekali lagi, Te. Biarin gue berjuang, sekali lagi, gue cuma mau tau sampai mana batas kemampuan gue buat perjuangin Ali," ujar Prilly.

"Perjuangin Ali itu bukan tolak ukur kemampuan cinta lo," balas Gritte.

"Te, gue mohon untuk kali ini aja, lo dukung gue." Mohon Prilly.

Hati Prilly sangat sakit, bukan karena penolakan Ali tetapi karena Ali yang mencintai mantan sahabatnya itu.

"Sejak kapan gue gak dukung lo, Pril? Tapi kalo mendukung lo itu malah ngejerumusin diri lo ke dalam tumpukan jarum, maaf gue gak bisa," balas Gritte dengan lembut.

"Ghina beruntung ya, Te." Ujar Prilly dengan nada seraknya.

"Suatu saat nanti, lo juga bakal jadi orang yang beruntung saat lo bertemu dengan orang yang tepat," balas Gritte.

"Apa mungkin orang itu Ali?" Tanya Prilly.

Gritte menggeleng pelan, "Jangan terlalu sering buat diri lo terbang sama khayalan lo sendiri."

Rassya, Fathar, dan Dino menyusul Prilly dan Gritte.

"Apa yang lo tangisin?" Tanya Rassya.

"Keberuntungan Ghina. Itu yang jadi pukulan telak buat gue, semuanya seolah membuktikan kalo gue gagal dapetin cinta Ali," balas Prilly sambil tertawa kecil.

"Lo gak bisa nyuruh Ali buat berhenti mencintai Ghina, yang bisa lo lakuin cuma nyuruh diri lo sendiri buat berhenti mencintai Ali," balas Dino.

Prilly menggelengkan kepalanya pertanda ia menolak, "Gue gak bisa."

"Lo gak bisa karena lo gak punya niat," hardik Rassya.

"Kasih gue satu kesempatan lagi buat merjuangin cinta gue," pinta Prilly.

"Cinta itu gak pernah menyakiti, kalo lo tersakiti berarti lo mencintai orang yang salah. Kalo udah tau salah, kenapa mesti diterusin sih," ujar Rassya.

"Gue juga enggak pernah berharap mencintai seseorang yang salah, hanya saja."

"Hanya saja apa, Pril? Gue sebagai sahabat lo, beneran gak sanggup melihat lo terus-terusan tersakiti karena Ali," balas Gritte.

"Gak ada yang tau tentang kapan kita akan dicintai oleh seseorang, bisa aja Ali tiba-tiba besok cinta sama gue," cibir Prilly.

"Au ah, dasar lo-nya juga ngeyel dikasih tau," cibir Gritte tak kalah kesal.


4 Mei 2020.

Stay (Away)Where stories live. Discover now