9. Meninggal

2.9K 95 0
                                    





Riana sangat merasa sedih karna semakin hari kondisi Omanya semakin menurun. Nando pun masih sama saja dengan sifatnya yang balik lagi.

"Riri.. Riri..." Teriak Nando.

"Iya." Jawab Riana lesu.

Mereka pun sudah sampai di sekolah. Proses belajar mengajar pun dimulai sampai tubalah di pertengahan jam pelajaran. Tiba tiba...


"YOLO YOLO YOLO YO
YOLO YOLO YO
Tangjinjaem tangjinjaem tangjinjaem.."



Handphone Riana berbunyi bertanda bahwa ada telpon masuk diangkatlah telpon tersebut.

"Halo?" Kata Riana.

"......" Di sebrang sana.

"Jan bohong dah, pasti bercanda kan?" Kata Riana.

"......" Di sebrang sana.

"Huaaaa Omaaa." Teriak Riana sambil menangis.



Datanglah Nando dan bertanya kepada Riana dan sahabat - sahabatnya.

"Kalian apain Riri?" Tanya Nando dingin.

"Kita gak ngapa-ngapain dia kok." Ucap Joy.

"Terus kenapa dia nangis gitu?" Tanya Nando.

"Tadi habis ngangkat telpon dia langsung teriak nyebut Oma sambil nangis." Kata Keyla.

"Tunggu, handphone Riri mana?" Tanya Nando.

"Ini." Kata Cindy sambil menyerahkan handphone Riri ke Nando.

Nando pun balik dengan wajah paniknya.

"Tolong beresin barang - barangnya Riri!" Kata Nando.

"Emang mau kemana?" Tanya Angel.

"Gue sama Riri mau pulang." Kata Nando.

"Kenapa?" Tanya Keyla.

"Omanya Riri meninggal." Kata Nando.

Akhirnya Riana dan Nando pun langsung pulang karna jenazahnya sudah ada di rumah. Sampailah Mereka di rumah Riana. Tambah kencang tangisan Riri ketika melihat jenazah Omanya. Di peluklah Riana oleh Nando.

"Lo harus ikhlas, Lo harus kuat, kalo Lo nangis gak baik untuk Oma Lo disana." Kata Nando.

"Tapi Gue gak bisa kehilangan dia Gun, coba Lo ada di posisi Gue Lo pasti ngelakuin apa yang aku lakuin sekarang." Kata Riana lemah.

"Udah Lo harus sabar ya Ri." Kata Nando.

"Nan, Oma Nan tega ninggalin Gue." Kata Riana.

"Udah, udah Lo harus tenang ya." Kata Nando.


Akhirnya jenazah sudah di kubur dan Riana masih larut dalam kesedihan.

• • •





Saat ini, Riana sudah bisa menerima semuanya dan Nando kembali lagi menjadi Nando yang Riana kenal. Seperti biasa mereka pergi dan pulang bareng. Mengerjakan tugas bareng, sampai - sampai mereka pergi untuk mencari kebutuhan tugas pun bareng.



• • •


Riana POV.

Aku sudah lega karna akhirnya Nando sekrang sudah biasa saja kepada ku.

"Ri.." Panggil Mama.

"Iya ma?" Sahut Riana.

"Si Nando kok jarang mampir sekarang?" Tanya Mama.

"Gak tau Ma, mungkin dia sibuk silat kan dia Ketua Ekskul Silat." Kata Riana.

"Oh dia ketua silat?" Tanya Mama.

"Iya gitu." Kata Riana.

"Kalian pacaran ya?" Kata Mama.

"Enggak kok Ma, orang kita cuman temenan aja kok." Kata Riana.

"Kalo pacaran juga gak apa." Kata Mama.

"Ih gak mau ah.." Kata Riana.

"Mau juga gak apa." Goda Mama.

"Dih Mama." Kata Riana.

"Kalo sama Gunan Mama ijinin kalo sama yang lain, enggak." Kata Mama.

"Ih mama." Kata Riana.

"Yaudah sana belajar." Kata Mama.

"Iya Ma." Sahut Riana.



Aku pun langsung masuk kamar dan senyum-senyum sendiri. Entah ini perasaan apa setiap kali Mama menanyakan Gunan aku rasanya senang sekali.




• • •




Nando POV

Aku sedang makan malam bersama dengan keluarga, terkecuali papa yang sejak tadi entah dimana rimbanya.

Tiba - tiba papa datang dengan seorang laki - laki yaitu adalah Geraldy Alegro sepupuku.




















































































Jan lupa vote dan coment!!

Still On Your Side (Completed)Where stories live. Discover now