#17

7.1K 473 0
                                    

|Budayangkan Vote sebelum baca|

"Mereka mau kesini"

Syaqila menoleh kearah Alaric, sambil menaikan satu alisnya seolah bertanya siapa?

"Temen lo, temen gue"

Syaqila hanya mengangguk lalu kembali menatap televisi yang menayangkan sebuah film kartun. Entah kenapa mood-nya saat ini jelek sekali, biasanya jika ada Alaric dia selalu aktif tapi sekarang tidak.
Lihat, ia malah mencuekkan Alaric.

Keduanya masih sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Alaric sibuk dengan game-nya dan sesekali melirik Syaqila, sedangkan Syaqila ia menonton film itu lalu tertawa sangat keras seolah ia sedang tidak sakit.

***

"Lo duluan masuk!" Alvian menyuruh Putra masuk lebih dulu keruangan Syaqila, karna mereka takut dua sejoli itu di dalam.

"Udah lo duluan bego!" Kini gantian Radit yang mendorong Alvian.

"Eh Dit diem dulu lo ah!" Alvian menahan tawanya "Lo duluan Ren!" sambung Alvian sambil menarik tangan Shiren.

"Alvian lepas! Lo si duluan masuk!" Shiren teriak didepan Alviab membuat Alvian menutupkan wajahnya membuat wajahnya menjadi lucu. Melihat itu teman-temannya hanya tertawa.

"Udah lo duluan!" Radit mendorong Alvian hingga pintu itu terbuka. Pintunya memang sengaja tidak ditutup rapat oleh Alaric, jadi saat di dorong ia langsung terbuka.

Syaqila dan Alaric menoleh kearah pintu dengan tatapan datar milik mereka masing-masing.

Aluna, Alena, Rachel, Kesya, dan Shiren masuk sambil tertawa langsung memeluk Syaqila yang tidak tahu apa-apa, tapi Syaqila dipeluk merasa bahagia.

"Kenapa lo?" Hafizh menepuk bahu Alaric yang sadar karna muka Alaric tak ber-ekspresi.

"Gapapa"

Shiren yang melihat ada bunga disamping Syaqila langsung mengambilnya dan bertanya dengan nada yang sedikit keras "Bunganya bagus Qil, dikasi siapa?"

"Manusia dingin"

Hahahaha!
Kompak satu ruangan tertawa atas perkataan Syaqila yang polos tapi selalu ngenak dihati.

"Gue mau dong dikasi bunga!" Shiren kembali berteriak tapi sekarang matanya melirik kearah Alvian.

"Alvian peka bego" Alena menyahut dengan nada yang sedikit mengejek.

"Al peka tu shiren ngode lo!" Akbar memukul punggung Alvian yang berdiri seolah tak mengerti.

"Besok gue kasih"

Cieee!
Satu ruangan kembali berteriak serempak tapi sekarang melirik kearah Shiren.

"Bunga kuburan!" sambung Alvian membuat senyum Shiren pudar.

"Udah ah lo semua, rumah sakit malah ribut." Radit bersuara membuat semua berhenti bercanda "Gimana keadaan lo?" sambung Radit sambil menghampiri ranjang Syaqila.

"Baik!" Sahut Syaqila

***

"Gue laper!" Syaqila bersuara, tapi Alaric sama sekali tak menoleh.

Teman-temannya sudah pulang dari berapa jam yang lalu.

"Gue laper!" Syaqila kembali bersuara cukup keras.

Alaric hanya melirik lalu melanjutkan game-nya.

"Gue laper!Argh!" Syaqila memberontak dikasur tapi Alaric tetapi tak menanggapinya.

"Gue laper lo budeg ya?" Alaric sekarang menoleh lalu berdiri menujur ranjang dengan tatapan datarnya.

"Tadi gue suruh apa? Kenapa gak mau?" Syaqila membuang mukanya.

"Kalau ada orang yang ngomong dilihat mukanya, gak sopan!" Alaric memegang wajah Syaqila dan mengarahkan pandangannya kearah Alaric.

"Lo mau apa?" Syaqila diam.

"Lo mau apa? gue mau denger"

"Makan! Gue laper!" Syaqila bersuara tak ber-ekspresi.

"Lo nyusahin!" Alaric menatap Syaqila "Untung gue sayang!" sambungnya membuat kedua pipi Syaqila merah.

Alaric[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang