[Epilog]

63.3K 3.1K 14
                                    

"Ren, kamu mau visit Cafe ya hari ini?" Tanya Dira sambil menyiapkan sarapan untuk mereka. Setelah dua bulan lalu mereka menikah, Reno langsung membawa Dira untuk tinggal dirumah yang sudah ia bangun dari hasil usaha nya selama ini.

"Eh? Iya mau visit. Kenapa emang?" Reno keluar kamar sambil berusaha melipat dasinya. Dira yang memang sudah selesai membuat Pancake Blueberry, segelas kopi untuk Reno, dan susu putih untuk dirinya pun meletakan semua itu dimeja makan.

Melihat Reno yang kesulitan melipat dasi membuat Dira akhirnya berjalan kearah Reno "Sini aku pakein." Dan langsung mengambil alih dasi tersebut. Reno sebenarnya bisa memakai dasi sendiri. Hanya saja sebulan terakhir ini dasi itu selalu rutin dipakaikan oleh Dira. Lagipula, Reno suka melihat ekspresi istrinya saat sedang serius melipat dasi.

Dira menepuk pelan simpul dasi yang telah ia buat dan tersenyum bangga dengan hasil kerja tangannya "Finish." Ucap Dira sambil menepuk-nepuk kemeja dibagian pundak Reno, seolah disana terdapat debu. "Thank you." Ucap Reno kemudian mengecup singkat bibir Dira.

Dira tentu saja tidak marah, karena memang itu adalah kebiasaan Reno setelah mereka menikah. Selalu mengambil kesempatan dalam kesempitan. Khas Reno sekali.

"Pulang jam berapa?"

Reno yang sudah duduk dihadapan Dira pun mendongak menghadap gadis itu "Hm, sore kayaknya. Sekitar jam empat. Memang kenapa?"

"Nggak apa-apa sih. Cuma biar aku masakin aja. Kan nanti aku dari RS jam 2 udah pulang. Mau dimasakin apa?"

"Apa aja. Nanti aku makan pasti."

"Serius? Aku masakin nasi putih aja ya?"

Reno mendelik menatap istrinya ini. Semakin lama Reno semakin tahu bahwa Dira ini sebenarnya agak sedikit jahil dan manja. "Kamu ngajak gelut nih."

"Hahaha. Enggak kok enggak. Bercanda."

Kemudian mereka melanjutkan acara sarapan mereka dengan khidmat. Setelah itu Reno dan Dira berangkat bersama untuk bekerja. Reno tidak melarang Dira untuk bekerja, karena ia tahu bahwa itu adalah passion dari istrinya. Reno paham bahwa itu adalah salah satu sumber kebahagiaan Dira, yaitu menolong orang lain.

Setelah kurang lebih satu jam perjalanan, mereka sampai di Rumah Sakit tempat Dira bekerja "Jangan lupa kabarin aku ya."

Dira mengangguk setelah melepas seat belt nya "Iya siap kapten! Aku kerja dulu ya. Assalamu'alaikum." Ucap Dira dan kemudian menyalami tangan Reno.

"Wa'alaikumsallam." Dan Reno menambahi kecupan di kening Dira. Kebiasaan baru.

***

Dira sebenarnya ingin meminta Reno menemani nya ke Dokter, dua minggu belakangan ini ia sering mengalami mual dan pusing dipagi hari. Dira bukannya perempuan awam untuk mengetahui hal ini. Dia seorang dokter yang memang mengerti tentang hal ini.

Namun, dia masih ragu. Jadi ia memustuskan untuk mengunjungi Dokter Obgyn yang ada di Rumah Sakit tempat nya bekerja. Untuk memastikan apakah hal yang akhir-akhir ini ia pikirkan benar atau tidak.

"Wid, nanti temenin gue ke Obgyn yuk?"

Widya yang sedang menulis serius menulis status pasien pun menoleh kearah Dira "Lah udah hamil lo? Jago juga si Reno. Cepet."

Dira spontan menabok pelan pundak Dira "Ini mau cek dulu. Pastiin aja sih. Udah dua minggu gue kayak gejala morning sickness gitu."

"Fix udah lo hamil."

"Aamiin. Tapi gue serius mau jambak rambut lo sekarang."

Widya terkekeh "Yaudah tar gue temenin."

Unintentional | ✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن