[11] Ini Namanya Apa?

47.9K 4K 47
                                    

Dira sedang terduduk di Cafetaria Rumah Sakit. Saat ini pukul 10 malam, dan ia butuh kopi. Setidaknya untuk menyegarkan matanya yang sedikit mengantuk.

Iya, hari ini Dira mendapat giliran untuk jaga malam di Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit tempatnya bekerja.

Dira memikirkan semua kejadian yang terjadi hari ini, seperti mengoreksi apakah ada kesalahan yang ia buat hari ini atau tidak.

Dan ingatan Dira, entah bagaimana caranya, terjatuh pada kejadian tadi siang. Kejadian di kantor Coffee Shop Reno.

Saat itu Reno terlihat... Sedih? Marah? Kesal? Entahlah, Dira sulit mengartikan tatapan mata Reno siang tadi. Dira mengerti sedikit bagaimana cara membaca gerak-gerik tubuh seseorang, dia pernah membaca buku tentang hal itu. Tapi Reno... Sulit.

Dan sikap Reno tadi siang, itu hal yang ambigu bagi Dira. Seperti menarik tangannya, menggenggam tangan nya, dan menatap intens seperti tadi. Itu bukan hal baru sih bagi Dira. Hanya saja, dengan lelaki yang tanpa ikatan dan menimbulkan gelenyar aneh itu... Campur aduk!

Dira menyesap kopi hitam nya, merasakan rasa pahit yang tercecap dilidahnya dan mengalir mulus melalui kerongkongannya menuju ke lambung.

Dulu saat bersama Sandi, Dira tidak merasakan gelenyar seperti ini, hanya tersenyum malu-malu dan rasa bahagia yang membuncah. Tapi gelenyar ini aneh, ada rasa bahagia, ada rasa takut, ada rasa marah, ada rasa kesal, dan di dominasi rasa nyaman.

Perasaan ini namanya apa?

Dira menyesap kembali kopi hitamnya saat satu pesan Line masuk kedalam ponsel nya.

Widya : Ke nikahan Sandi sama siapa? Besok cuy acaranya.

Dira menghela napas.

Oh Tuhan, bahkan dia lupa kalau besok hari pernikahan Sandi. Dia harus mengajak siapa?

***

Muhamad Akbareno : Dir, saya jemput kamu gimana?

Andira Afsheen : Lho memang kamu gak kerja?

Muhamad Akbareno : Hari ini saya gak punya jadwal apapun.

Andira Afsheen : Boleh, jam 8 nanti jemput saya saja di lobby.

Muhamad Akbareno : Oke.

Dira menghela napas lelah. Bukan, bukan karena Reno baru saja menghubunginya kok. Justru Dira senang karena dia akan dijemput dan tidak perlu memesan taksi. Lumayan lah, safe money.

Hanya saja, hari ini adalah hari pernikahan Sandi. Dira sudah move on kok kalau itu yang kalian fikirkan. Dira hanya... Yah, kalian tahu kan Dira tidak suka keramaian dan dia tidak punya pasangan untuk hadir ke acara tersebut.

Bisa habis harga diri nya kalau dia datang dan tiba-tiba Sandi bertanya "Tunangan kamu mana?" Aih. Malu.

Tapi, kalau Dira tidak datang, yang ada dia akan mendapat predikat "Perempuan Yang Belum Bisa Move On."

Dira membereskan barang-barang nya dan bersiap untuk pulang karena sekarang sudah pukul setengah 8 pagi. Dia harus sampai di lobby terlebih dahulu. Kasihan kalau Reno menjemputnya ditambah harus menunggunya pula.

"Ras, Saya pulang duluan ya." Permisi Dira kepada Rasti, salah satu perawat yang memang mendapat jadwal jaga malam bersamanya. Rasti menangguk mengiyakan

Dira berjalan menuju lobby dan duduk disana, tidak lama setelah duduk di bangku yang ada di lobby, Mobil Range Rover hitam berhenti didepan nya, kaca mobil terbuka dan tampak wajah segar Reno. Ganteng banget aduh Dewi batin Dira berkata. Dira nenggelengkan kecil kepalanya. Menampik fikiran tersebut.

Unintentional | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang