[10] Kayla Lestari

46.6K 4.2K 18
                                    

Kayla sedang berada didalam taksi yang akan menuju kerumahnya. Dia bersumpah membenci siapapun perempuan yang bersama Reno tadi!

Siapa namanya tadi? Andrea? Andira? Adrina? Ah, siapapun itu.

Jadi, mereka beneran sudah tunangan dan akan segera menikah?

Enggak!

Itu enggak boleh terjadi. Kayla harus merencanakan sesuatu agar pernikahan atau apapun itu gagal dalam kurun waktu kurang dari dua bulan.

Kalau Kayla enggak bisa memiliki Reno, maka perempuan itu juga enggak bisa!

Kayla dan Reno. Akan selalu seperti itu.

***

Dira sedang menikmati Red velvet dan Strawberry milkshake nya saat Reno memanggil namanya. Mendongak, Dira hanya mengangkat alisnya sebagai tanda bertanya 'apa?' karena mulutnya sedang terisi oleh Red velvet.

"Kamu gak pesan Gayoo coffee dan Croissant coklat lagi?" Tanya Reno sambil menikmati donat coklat nya.

Dira terperangah selama 3 detik, dari mana Reno tau aku suka pesen itu? Batin Dira. "Ah, engga, Saya lagi pengen yang beda aja. Mencoba menu lain di Coffee Shop kamu."

Reno hanya mengangguk.

"Jadi?" Tanya Dira sambil menatap Reno, menuntut penjelasan namun tidak memaksa.

"Jadi?" Balas Reno setelah meminum Kopi Hitamnya.

Dira menghela napas "Kalo kamu gak mau cerita gak apa kok. Itu privasi kamu. Maaf ya tadi Saya hanya kaget kamu tiba-tiba ngomong kayak gitu." Dira sadar ini bukan haknya. Menuntut penjelasan tentang seorang perempuan di hidup Reno. Bahkan mereka baru berteman selama satu bulan.

Reno hanya terdiam.

Suasana menjadi canggung.

Reno berfikir, dia harus menjelaskan hal ini kepada Dira. Karena biar bagaimanapun, Dira sudah membantunya dalam meladeni Kayla. Dira pasti memiliki banyak pertanyaan yang bercokol dikepalanya. Reno tersenyum, menyentuh punggung tangan Dira dan berkata "Kamu mau tanya apa? Saya akan jawab. Saya gak tahu harus menjelaskan dari mana."

Dira terkejut atas kontak fisik tersebut, tapi secepat itu pula dia menghilangkan raut wajah terkejutnya "Dia siapa?" to the point. Khas Dira sekali.

Reno menarik tangan nya dan bersandar ke kursi kemudian tersenyum "Dia... Kayla Lestari."

Nama yang bagus. Tapi kok kayak gak asing. Pikir Dira, namun dia segera mengenyahkan pikiran itu dari kepalanya "Kok kamu bisa ngakuin kalo Saya tunangan kamu didepan dia sih? Kalo dia naksir kamu gimana? Kan lumayan."

"Justru itu yang Saya hindari, Dir. Kamu mau mendengar kisahnya dari awal?"

Dira bersandar kekursi, meminum Strawberry milkshake nya dan menjawab "Itu hak kamu. Saya gak memaksa."

Reno menghela napas dan mulai menerawang mengingat masa lalunya yang sialan itu.

"Dulu Saya suka sama dia, Dira. Dia adalah satu-satunya perempuan yang mau berteman dengan Saya sewaktu SMA. Asal kamu tahu, Saya itu dulu culun."

Dira menegakkan tubuhnya "Lho, jadi kita, maksud Saya, Kamu, Saya, dan Kayla satu angkatan?"

Reno mengangguk.

"Kok Saya gak pernah lihat dia?"

Reno terkekeh, "Kamu kalau sudah akrab sama orang, agak bawel juga ya?"

Dan pipi Dira kembali merona.

"Saya ceritakan dulu, dan kamu boleh membuat kesimpulan. Setau Saya Dokter itu harus cerdas. Iya, kan?"

Dira mengangguk dan kembali menyandarkan tubuhnya. Bersiap mendengar kisah Reno dan Kayla.

"Dulu Saya itu culun sekali. Kamu tau, kalau bisa dibilang, Saya ini semacam geek. Hanya saja, Saya tidak memakai kacamata. Sewaktu kelas sepuluh, Saya enggak punya teman dekat. Saya duduk sendiri dibangku paling belakang. Bisa kamu bayangkan dulu Saya seperti apa?"

Dira nenangguk.

"Dan sewaktu kelas sebelas, Saya memilih masuk ke jurusan IPS. Karena Saya suka belajar ekonomi dan juga karena cita-cita Saya ingin menjadi wirausahawan muda. Terdengar lucu?" Tanya Reno karena melihat Dira malah tertawa dihadapannya.

"Bukan lucu, Saya hanya kaget, cita-cita kamu sangat sederhana. Biasanya orang akan mempunyai cita-cita yang agak kompleks." Jawab Dira.

"Ya begitulah, Saya hanya melakukan apa yang Saya suka. Ibu Saya sering berkata, jadi diri kamu sendiri. Jangan ikut-ikutan cita-cita orang lain. Karena kamu punya jalan mu sendiri untuk menjadi manusia yang berguna. Terus berdoa dan berusaha. itu kuncinya."

Dira menangguk dan berkata "Saya setuju dengan ibu kamu."

"Boleh Saya lanjutkan cerita Saya?"

"Yuk, silahkan."

"Singkat cerita, dikelas sebelas, Saya satu kelas dengan Kayla. Dia orang pertama yang menghampiri Saya dan berkata lo sendirian aja, kekantin yuk. Gue kenalin sama temen-temen gue. Ya, Saya ingat sekali kalimat pertama yang dia ucapkan. Dan seiring berjalannya waktu, Saya menaruh rasa berlebih terhadap Kayla. Klise memang. Tapi, yang bisa mengatur hati ini jatuh kepada siapa itu hanya Tuhan."

Dira menyimak.

"Namun, saat kami naik ke kelas dua belas, dia mulai dekat dengan anak dari kelas lain. Dia selalu menceritakan nya kepada Saya. Kamu tau seperti apa rasanya? Seperti biji kopi yang digiling. Hancur." Reno menghela napas. "Dan pada saat malam perpisahan, Saya memberanikan diri untuk menyatakan perasaan Saya kepadanya karena dia juga belum memiliki status dengan laki-laki yang sedang dekat dengannya. Namun dia meminta Saya untuk melakukan nya didepan teman-temannya. Kamu tau apa yang selanjutnya terjadi?"

Dira menatap nanar Reno "Dia menolak kamu didepan semua orang?" Tanya Dira.

Reno terkekeh dengan nada yang cukup menggambarkan bahwa ia terluka "Cerdas. Kamu benar, dia menolak Saya dan membuat Saya malu di masa akhir sekolah. Saya tidak melakukan apa-apa saat itu. Saya hanya diam dan mendengarkan semua ucapan Kayla. Saya ingat kalimat pertamanya yang indah, maka Saya juga mengingat kalimat terakhirnya yang berbisa. Dia berkata Lo culun dan maaf gue gak suka sama orang culun. Kamu tau? Harga diri saya terluka saat itu. Dan Saya memutuskan untuk pindah dan kuliah diluar kota."

"Dan parahnya lagi, ternyata dia mempermalukan Saya karena kalah taruhan dengan teman-temannya. Sebab itu dia harus mempermalukan Saya didepan semua orang. Saya langsung membenci dia saat itu juga." Tatapan mata Reno berubah menjadi sangat dingin. Aura disekitarnya pun menjadi sedikit tegang.

Dira refleks menyentuh punggung tangan Reno yang berada diatas meja, tidak mengatakan apapun, hanya berusaha menyalurkan energi yang Dira punya.

Reno melihat itu, kekesalannya sedikit berkurang dan segera menggenggam balik tangan Dira seolah berkata 'Terima kasih.'

Reno menatap tepat dimata Dira dan menguncinya "Jadi apa kesimpulan kamu?" Dengan masih menggenggam tangan halus perempuan itu.

Dira balas menggenggam nya "Masa SMA kamu cukup miris."

Dan mereka tertawa bersama. Seolah kesedihan yang Reno ceritakan hanya sebuah angin lalu yang tidak perlu dihiraukan.

Cukup mereka berdua tertawa, dan semua akan terasa indah.

Reno menatap Dira. Persetan dengan semua pencegahan yang selama ini dia lakukan. Sekarang Reno mengakui. Iya, dia menyukai Dira dan kepribadiannya.

***

Maaf ya kalo aku update gak rutin. Inspirasi kan datengnya gak kenal waktu. Takutnya kalo aku paksain rutin, nanti hasilnya ga bagus.

Terimakasih untuk dukungan kalian sampai saat ini.

Oh ya, kalo part ini sampe 50 vote, aku akan bikin funfact about this story di AN part selanjutnya.

Gimana?

-Sunstarain. 09/07/2017.-

Unintentional | ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora